# 14
Chaeyoung meletakkan ponselnya di nakas. Fokus tujuannya saat ini menjaga unnie-nya. Menjaga raga yang lemah tak berdaya.
"Aku tidak kemana-mana unnie, jadi bangunlah," air itu seolah tau apa yang harus dilakukannya saat ini. Keluar begitu saja dari mata sendunya.
Chaeyoung terbawa arus masa lalu saat melihat Jennie seperti ini. Kenangan berputar nyata dalam ingatnya. Kebersamaan yang membuat hati terasa tenang, namun terguncang akan kerinduannya.
Ingin berteriak rasanya di hadapan Jennie, dan Jisoo. Menghentikan segala gerak aktivitasnya, lalu menariknya ke tempat yang akan menimbulkan tawa. Bermain di taman bersamanya dan Lisa.
"Unnie," mata itu perlahan mulai membuka. Chaeyoung menegakkan badannya. Memerhatikan lebih jelas lagi mata yang setengah terbuka itu.
"Chaeng," lirihnya seperti berbisik, namun Chaeyoung masih bisa mendengarnya dibantu oleh gerakan bibirnya yang perlahan.
"Iyaa unnie, Chaeng di sini,"
"Jangan pergi," jemarinya mencari-cari keberadaan tangan adiknya, lalu digenggam begitu erat setelah menemukan.
"Aku tidak pergi, aku di sini unnie," Chaeyoung menenangkan Jennie yang sepertinya ketakutan.
"Tenang unnie, ada apa? Apa masih terasa sakit kepalanya?" Jennie mengangguk. Begitu tersadar tadi, kepalanya terasa sakit. Kecemasannya pun menjadi tambahan beban sakit kepalanya.
"Unnie minum obat dulu yaa. Tadi Unnie belum sempat minum obat. Tapi sebelum itu, makan lagi yaa unnie." Chaeyoung membujuk Jennie dengan lembut.
"Tidak mau, Chaeng." melasnya.
"Hanya beberapa suap saja, unnie." Chaeyoung pun mencoba melepas genggamannya tapi Jennie semakin mengeratkan, membuat Chaeyoung menghentikan geraknya.
"Unnie, sebentar yaa," Jennie pun mulai melepas genggamannya. Chaeyoung membantu Jennie sedikit duduk bersandar pada headboard, lalu mengambil mangkuk yang berada di nakas. Menyuapi Jennie yang bersyukurnya mau.
Sesuai ucapan Chaeyoung tadi, Jennie hanya mampu menerima beberapa suapan Chaeyoung saja.
Chaeyoung tidak masalah, yang penting perut unnie-nya itu sudah terisi kembali. Lalu Chaeyoung mengambil segelas air putih dan beberapa pil obat.
Ia memasukkan obat itu ke dalam mulut unnie-nya, membantu Jennie menegak minumnya.
Setelah itu, kembali Chaeyoung membaringkan Jennie. Membiarkan unnie-nya itu mengistirahatkan tubuh yang masih terasa lemah.
"Kemari Chaeng," Jennie menepuk sebelah ranjangnya yang kosong. Menyuruh Chaeyoung untuk berada di sampingnya.
"Unnie, kau membuatku takut dari tadi," Chaeyoung kini sudah berada di samping Jennie, bersandar pada kepala ranjang dengan raut wajah kesedihannya.
"Maaf, sudah membuatmu takut," Jennie menatap langit-langit kamarnya.
"Tidak," Chaeyoung melihat pada unnie-nya, tidak. Dia bukan menyalahkan Jennie atas rasa takutnya sendiri. Ini murni dari dirinya yang terlalu mencemaskan Jennie hingga menimbulkan rasa takut.
"Maaf yaa unnie. Atas kejadian tadi pagi," Chaeyoung menunduk, ia belum tenang sebelum Jennie menanggapi maafnya. Sedari tadi itu yang terus menjadi bebannya.
"Hmm yaa,"
"Unnie kumohon. Maafkan aku, Lisa dan Jisoo unnie," Chaeyoung memiringkan kepalanya, Ia lihat pada Jennie yang memandang lurus pada langit-langit kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunch ✓
Fanfiction[ √ ] Berawal dari bunga tidur yang meresahkan hati, terpikir hingga berlarut-larut, dan menimbulkan sebuah perasaan yang aneh juga menyesakkan dada. Firasatkah? || SIBLINGS & FAMILY ||