Bund, rumput tetangga lebih hijau itu benar yaa. Karena lihatlah, rumput kita kering tak bersemi.
Halo!
Halo halo!
Thankyou:)
# 16
Jennie sudah siap di dapur, menyiapkan sarapan untuk saudari-saudarinya.
Menu yang Jennie pilih untuk sarapan adalah Nasi Goreng Kimchi. Makanan favorit keluarganya. Sudah lama sekali ia tidak memasak, hingga menimbulkan sedikit takut masakannya tidak enak atau kurang asin dan lain sebagainya. Tapi rasa keinginannya membuat makanan itu lebih tinggi daripada seutas takutnya.
"Pagi unnie," Jennie mengalihkan pandangannya. Ia lihat adik satunya itu sudah siap dengan seragam lengkap melekat pada tubuhnya.
"Lisa, tumben sekali sudah siap?" Lisa semakin mendekatkan dirinya dengan Jennie.
Lisa terlalu senang dengan perubahan keluarganya, hingga rasanya tidak mau mensia-siakan waktu yang bisa ia manfaatkan untuk berada dekat dengan unnie-nya.
"Jisoo unnie mana?" Lisa bertanya, karena kemarin yang membuat sarapan adalah Kakak tertuanya.
"Jisoo unnie sedang bersiap," Jennie menjawab tanpa terlepas perhatiannya pada bahan yang sedang ia siapkan. Dan Lisa mengangguk atas jawaban itu.
"Chaeng mana?" tanya Jennie kali ini.
"Dia masih bersiap unnie. Ada yang bisa kubantu, unnie?" Lisa lihat pada sekitar. Ia ingin membantu juga rasanya.
Jennie sedikit berpikir, "Oh tolong masukan sedikit minyak ke wajan itu, dan nyalakan kompornya."
Lisa mengangguk, ia berjalan ke arah kompor itu. Saat akan menyalakan kompornya, tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak karuan.
Perasaan yang terus berulah mengganggu aktivitas dan akal sehatnya. Menimbulkan cemas berlebih yang langsung memenuhi sekujur tubuhnya.
Tangannya terkepal kuat. Mencoba tetap tenang, tapi kecemasan yang juga sudah menguasai diri tak bisa ia kontrol.
"Chaeng," lirihnya, memanganggil seseorang yang ternyata menjadi alasan kecemasan itu lagi.
Tangan yang terkepal itu langsung memegangi dada, memukulnya kecil.
Sialan. Perasaan yang sama yang akhir-akhir ini ia rasa. Ada apa? Kenapa saat melihat kompor ia menjadi begitu cemas dan satu nama langsung terlintas dalam cemasnya.
"Lisa kau tidak apa-apa?" Jennie menghampiri Lisa. Dipegang kedua bahunya saat Lisa begitu terlihat pucat.
Lisa tersadar dari bayang buruknya. Ia balas tatapan Jennie yang khawatir dengan sayu di bola matanya.
"Perasaanku tidak enak, unnie," jawaban lirih Lisa itu semakin membuat Jennie semakin khawatir, apalagi Lisa sempat bergumam menyebut nama Chaeyoung.
"Kau duduk saja, Lisa." Jennie mulai melepaskan tangannya dari bahu Lisa. Tidak akan benar pikirnya jika dalam keadaan seperti ini Lisa membantunya.
Jennie tuntun Lisa pada kursi yang ada di dekatnya. Mengelus pucuk kepala Lisa agar adiknya sedikit tenang.
Lisa hanya diam akhirnya, memerhatikan Jennie yang sedang memasak dengan pikiran yang tertuju pada perasaan aneh yang tiba-tiba kembali.
Dua hari ini Lisa sudah tidak terlalu memikirkan mimpi dan perasaan aneh itu, tapi tadi kembali hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunch ✓
Fanfiction[ √ ] Berawal dari bunga tidur yang meresahkan hati, terpikir hingga berlarut-larut, dan menimbulkan sebuah perasaan yang aneh juga menyesakkan dada. Firasatkah? || SIBLINGS & FAMILY ||