7. Surat Tantangan

7K 816 12
                                    

"Realita tak seindah dunia halu."

-Indira Allaya-


Di sebuah markas Avinash, mereka semua tengah merayakan kemenangan Angkasa atas balapan liar kemarin malam. Laki-laki itu sangat Handal dalam menguasai jalanan. Jangan panggil Angkasa, jika ia tidak bisa menaklukkan lawannya sendiri.

Angkasa selalu membuat Geng Avinash bangga dengan kehebatannya. Meski Angkasa tak banyak bicara, tapi Angkasa bisa menunjukkan dengan cara kehebatannya sendiri. Itulah ciri-ciri orang cerdas. Banyak diam, namun memiliki sejuta bakat yang terpendam.

"Kalau soal balapan emang lo jagonya dah, Sa," puji Libra pada Angkasa. Angkasa hanya bersikap biasa saja. Pujian itu sudah sering kali ia dengar.

Kala itu, malam menunjukkan pukul 12 malam. Deruman suara motor Angkasa sangat terdengar begitu nyaring membelah jalanan ibu kota DKI Jakarta. Laki-laki itu memulai balapan dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah musuhnya sendiri.

Akibat kecepatannya yang tak tanggung-tanggung, dan skil yang ia tunjukkan di jalanan, membuat Angkasa dengan gampang mengalahi musuhnya. Ya, sampai sekarang, masih belum ada yang bisa mengalahkan Angkasa.

"Nah, lo, Sat. Gimana soal Indira? Udah baikkan dong, ya?" tanya Alden kepo. Harusnya laki-laki itu tak perlu menanyakan hal seperti itu. Dirinya sudah lihat kejadian waktu di sekolah bukan? Ada-ada saja Alden!

"Gue gak perlu jawab pertanyaan yang gak bermutu itu, kan?" Pertanyaan yang singkat, namun menusuk.

Saat tengah asyik mengobrol di sebuah ruang tengah. Tiba-tiba saja ada seseorang yang melemparkan sebuah batu yang berbalut kertas ke arah jendela markas mereka. Membuat kaca itu langsung pecah dan menimbulkan suara yang sangat bising.

Pranggg!

"Anjing, naon eta?!" pekik Ujang yang langsung beranjak dari duduknya.

Mereka terperanjat begitu terkejut saat mendengar bunyi itu begitu keras. Gegas mereka langsung menghampiri ke arah sumber suara itu. Betapa terkejutnya, mereka harus melihat serpihan kaca yang sudah berserakan di mana-mana.

Ujang mencoba memastikan keluar markas, mencari sosok pelaku yang sudah berbuat kegaduhan di markasnya. Namun, Ujang sama sekali tidak melihat satu orang pun di sana. Di luar begitu sepi, tak ada tanda-tanda kemunculan dari sang pelaku.

Sementara Satria, ia mengambil batu berbalut kertas itu, dan membaca sebuah tulisan yang ada di sana.

Surat Terbuka!

Surat ini di tunjukan kepada seorang ketua bernama Satria Wijaksana. Dengan ini, gue menantang lo untuk kembali balapan di jalan mangga. Tepat pukul 20.00 WIB. Lebih dari itu, gue anggap lo pengecut!

Tertanda : Kaisar Moses Jeraldin
Ketua Geng Bhuvanesh.

Satria meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarangan arah. Mereka sudah meremahkan Satria, bahkan berani menantangnya tanpa takut. Satria sama sekali tidak takut dengan tantangan itu. Bahkan bibirnya kini tersenyum miring, karena sebentar lagi ia akan mencoba bermain-main dengan Geng Bhuvanesh.

"Jiah, anggotanya udah di kalahin sama si Aksa. Sekarang, ketuanya sok-sokan nantangin si Satria," cibir Alden berdecih. "Kalah mah, kalah aja keles."

SATRIA Or ANGKASA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang