Part 1.0

40 4 0
                                    

  *Author's POV*

      Seorang siswa berjalan melewati koridor sekolah yang mulai sepi karena sudah berpulangan semua. Ia berjalan menunduk sambil menyeret kakinya yang terkilir. Wajahnya penuh lebam, seragamnya basah dan kotor, juga berbau campuran wipol serta darah. Penampilannya sangat buruk, ia berusaha berjalan hingga sampai di tangga, ia terjatuh.

Flashback....

  Jinyoung sedang berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya, dia berjalan sambil menunduk. Lalu, seseorang menabraknya hingga terjatuh.

"Lihat manusia bodoh ini, sungguh tidak berguna" ucap lelaki yang menabraknya.

Lalu seorang teman lelaki itu menarik rambut Jinyoung, "Hei, sampah, melihatmu mengotori hariku." Lalu lelaki itu menyeret Jinyoung ke kamar mandi. Bersama dengan dua temannya, ia memukul Jinyoung, menendang dan bahkan meludahinya.

  Salah satu dari mereka menarik Jinyoung, dan membuatnya mencium closet. Temannya menjedutkan kepala Jinyoung ke tembok hingga berdarah. Lalu Jinyoung sedikit kejang.

"Lihat si bodoh ini, ia seperti rusa sekarat"

Lalu kedua temannya menyiramkan air bekas pel ke badan Jinyoung.

"Bangun kau bodoh" ucap salah seorang nya.

" Sial, melihatnya membuatku muak "

Lalu mereka bertiga pun pergi meninggalkan Jinyoung sendirian.

Jinyoung hanya terdiam, sakit ini tidak terasa tentunya bagi ia. Hanya saja kepalanya sedikit pusing setelah mencium bau darahnya sendiri.

Ia berjalan sepanjang koridor, tentu saja dia bisa menyembuhkan lukanya jika saja ia tidak mengalami fase lemah.

Ia mengingat ucapan ayahnya, " Aku tidak mengerti denganmu. Kau sungguh memalukan "

Tentu saja, ia tahu kalau dia ini terlalu lemah sebagai seorang Vampire. Ia tidak mampu menghisap darah manusia, apalagi menatapnya. Ia juga tidak berani menggunakan kekuatannya, semenjak dia tidak menggigit manusia, ia tidak memiliki energi yang cukup untuk menggunakan kekuatannya. Atau lebih tepatnya, dia lah yang tidak ingin. Ia bahkan menjadi lebih lemah dari manusia.

|||||||||End of Flashback|||||||||

   Bae jin young membuka matanya, sekelilingnya gelap dan hanya diterangi lilin.

Sosok kekar berada didepannya sedang menghadap jendela.

"Ayah.." ucapnya lirih.

Pria itu berbalik menghadapnya, "Siapa mereka?" Tanya nya.

Jinyoung hanya terdiam, "Maaf"

Ayahnya mendekat, matanya berubah warna menjadi merah, taringnya keluar.

" Kalau kau Lemah seperti ini, jangan bilang kau anakku "

Ia lalu menghilang pergi. Jinyoung hanya terdiam pasrah. Lalu tiba-tiba seseorang masuk ke kamarnya.

Ia langsung berlari ke tempat tidur dan berbaring disebelahnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Daehwi, Teman baiknya sejak kecil.

Jinyoung hanya mengangguk.

" Aku telah meminta paman Bae memindahkan mu ke sekolahku "

Jinyoung menatapnya. " Terimakasih "

Daehwi tersenyum kecil, lalu berbisik di telinga Jinyoung "Aku juga telah menggigit mereka bertiga, hingga koma"

Jinyoung menatapnya tidak percaya. Daehwi melanjutkan kembali, " Aku juga membiarkan mereka hidup, nanti setelah mereka mulai membaik, aku akan menggigit mereka kembali. Biar mereka merasakan penderitaannya. Haha "

"Whoa, kau cukup kejam." Ucap Jinyoung. Ia menatap daehwi, ia merupakan seorang alter, masternya telah tiada.

Alter merupakan slave yang ditinggal mati oleh masternya. Slave yang lemah mungkin akan memilih bunuh diri, tetapi daehwi memilih bertahan dan memulihkan kekuatan nya.

Slave merupakan manusia setengah Vampire yang digigit oleh Vampire origin. Slave akan mematuhi masternya yang mengigitnya.

Hanya Vampire origin lah yang bisa membuat slave juga memiliki kekuatan yang sangat kuat. Mereka bisa bertahan di bawah sinar matahari, Berbeda dengan Slave dan Alter yang akan melemah jika terkena cahaya matahari.

Dan Jinyoung merupakan keturunan Vampire origin. Hanya saja ia tidak pernah meminum darah manusia sejak 200 tahun yang lalu. Insiden itu tertanam kuat di ingatan nya. Membuatnya takut dan tidak pernah meminum darah.

  Dalam Kehidupan Vampire usia 500 tahun merupakan usia remaja Vampire. Pada usia itulah mereka disekolahkan dan dibaurkan dengan manusia.

" Tenang saja, aku akan membuat mereka membayar atas perbuatan mereka padamu " ucap Daehwi.

" Terimakasih. Lalu bagaimana bisa kau membujuk ayahku? " Tanya Jinyoung.

"Penasaran?"

Jinyoung mengangguk.

" Aku meminta bantuan paman Minho, ia kan kepala sekolah disana. Aku memohon kepada-nya untuk membujuk ayahmu, dan karena ia merupakan teman baik ibumu, ayahmu menyetujuinya. "

" Kau sangat cerdik "

Dengan bangganya Daehwi tersenyum, "Of course"

  Daehwi lalu pergi keluar , menghilang. Jinyoung menatap langit-langit kamarnya.

  Hari yang melelahkan, setiap kali ini terjadi, ayahnya akan sangat kesal padanya karena tidak melawan. Ia sangat lelah..

  " Ibu... " Ucapnya lirih.

Ia lalu bangkit menuju balkon, menatapi langit yang diterangi oleh cahaya rembulan. Beberapa bintang menghiasi angkasa, memberikan kerlap Kerlip yang tidak jelas artinya. Ia bisa merasakan energi nya pulih, ayahnya pasti memasukan darah ke tubuhnya ketika ia pingsan. Ayahnya walau terlihat kejam dan disiplin, tetap saja menyayanginya sepenuh hati. Bahkan ketika para tetua perkumpulan Vampire menyebutnya cacat, ayahnya sangat murka dan mengundurkan diri sebagai ketua Vampire.

  Ia menarik napas panjang, lalu duduk di tiang balkon. Ia melihat banyak bayangan melintas di hutan. Rumahnya berada di tengah-tengah hutan, tempat paling strategis bagi para Vampire.

  Bayangan yang melintas itu merupakan para Slave keluarganya, juga Outcast. Outcast merupakan manusia yang menjadi Vampire karena kutukan didalam darah mereka yang menjadi keturunan seorang slave.

Salah satu bayangan berhenti dan tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita. Bayangan itu menggigit nya, dan membawa jasadnya ke sungai diujung jurang.

" Wanita malang... "

Ia lalu menatap kearah kota, kerlap Kerlip lampu yang jauh. Hari esok, ia akan pindah ke pegunungan Berastagi, tempat sekolah barunya. Disana mungkin tidak akan ada banyak perubahan terhadap dirinya. Ia tidak peduli, ia hanya tidak ingin menatap mata orang lain dan lebih menyukai untuk diam. Ia juga tidak begitu peduli terhadap sekitarnya, karena ia tau, sebagai makhluk abadi, tidak ada gunanya berkoneksi dengan manusia yang pasti akan mati lebih cepat.

Ia juga tidak peduli terhadap perkataan dan setiap luka yang ia dapat dari manusia, ia menganggap diamnya sebagai wujud kasian terhadap makhluk seperti mereka.

Ia menghela nafas panjang, lalu berbalik ke dalam kamar dan melanjutkan tidurnya.

ππππππππππππππππππππππππππππ

900 kata :)
Appreciate me.
Thanks for 2 readers pertama yang baca prolog. Aku update karena kalian.. padahal belum aku share , tapi Uda dibaca aja.

Terimakasih, kalian adalah semangatku.

Aku ngedraft selama 1 hari... Ngetik sambil kerja itu berat :'( but I'm happy for it :')

Don't Afraid, I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang