pesë

350 49 2
                                    

*
*
*

Mereka kembali kerumah dengan perasaan campur aduk, antara senang dengan Changbin dan bingung sekaligus khawatir dengan Gavian.

Remaja itu tadi hanya menunggu di dalam mobil, untung Gavian bukan tipe orang yang kalau ada masalah kabur dari rumah.

Changbin mengetuk pintu bercat baby blue di depannya, dengan sebuah papan nama bertuliskan 'Gavian' disana.

Pintu terbuka, menampilkan sosok anak sebelas tahun yang sama seperti beberapa saat yang lalu. Tatapan tak suka dan raut wajah datarnya.

"Adek ingin tidur, jangan ganggu adek." Kata anak itu lalu menutup pintu dengan kuat, membuat Changbin terperanjat tak percaya.

Changbin meneteskan air matanya, kemudian dirinya berlari menuju kamar.

"Abin" Lirih Chan ketika melihat Changbin mereka masuk ke kamar dan menjatuhkan dirinya di atas kasur.

Hyunjin yang sudah tertidur pun terbangun akibat getaran kuat yang dihasilkan oleh Changbin.

"Binnie, kau tidak apa-apa?" Hyunjin bangun dari tidurnya, lalu menarik Changbin agar duduk dan langsung memeluknya.

"Hei, kenapa?"

"Hiks, Hyuun. Hiks, Ian. Hiks." Isak pria dua anak itu, Hyunjin meringis ketika mengingat masalah tadi.

Chan yang mendengar itu mendekati mereka, ia duduk di belakang Changbin.

"Gavian masih perlu waktu buat sendiri, sekarang udah malem. Abin tidur yah, kasian nanti anak kita betiga." Chan mencoba menenangkan Changbin, ia cukup mengerti dengan seorang ibu yang melahirkan putranya dan mengkhawatirkan putranya.

"Hiks, Ian marah sama Abin. Hiks."

"Sayang, Ian ngga marah sama Binnie. Ian cuma lagi butuh waktu buat nerima semuanya." Hyunjin mengelus rambut hitam legam milik Changbin.

Changbin sudah tenang, ia masih di pelukan sang suami. Sedangkan Chan duduk dengan meluruskan kakinya dan bersandar di kepala ranjang.

"Eumh, kak, Hyun" panggil Changbin.

"Iyah, kenapa?" Keduanya menjawab bersamaan, Changbin terkekeh kecil melihat itu. Sejak mereka bertiga menikah, Chan dan Hyunjin selalu melakukan hal secara bersamaan.

"Kak, bagaimana jika nanti anak Abin bukan anak kakak? Tapi anak Hyun.
Hyun, bagaimana jika nanti anak Binnie bukan anak Hyun? Tapi anak Kak Chan?" Inilah yang dipikirkan oleh Changbin sejak awal, bagaimana jika salah satu dari mereka tidak terima dan berakhir mengasingkan anaknya.

Changbin ingat, mereka selalu melakukannya bersama-sama. Yah, itu cukup melelahkan. Tapi prinsip Changbin ialah, jika Chan dapat maka Hyunjin juga akan mendapatkan hal yang sama dari dirinya. Begitu juga sebaliknya, oleh karena itu tak memungkinkan siapa ayah dari bayinya kali ini.

"Hei, siapapun ayahnya. Kakak ngga masalah, asalkan itu anak Abin. Kakak terima, lagi pula milik Hyunjin milik kakak juga bukan?" Chan berkata dengan tersenyum, membuat Changbin cukup tenang dengan pikirannya.

"Yang dikatain kak Chan bener, dia mau jadi adik kandung Ge, ataupun adik kandung Ian. Dia tetap anak kita bertiga, jadi ngga ada alasan untuk tidak menerima nya." Hyunjin membawa Changbin untuk tidur di ranjang, Changbin tidur di tengah-tengah Chan dan Hyunjin. Sementara Hyunjin di sebelah kiri Changbin, sedangkan Chan di sebelah kanan tapi dirinya masih di posisi duduk menyandar.

"Sekarang, Binnie tidur yah." Changbin mengangguk, ia dan Hyunjin tertidur dengan Hyunjin yang memeluknya dari samping.

Chan tersenyum hangat melihat keduanya, ia lalu mengusap rambut Changbin lembut. Chan berdiri, membawa tungkainya keluar dari kamar. Berjalan ke tempat yang seharusnya ia berada sekarang, ketempat di mana sosok kepala keluarga juga ayah di butuhkan.

Jingga [ChanChangJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang