Kepalaku serasa dihantam begitu membuka mata. Seluruhnya terlihat kabur di pengelihatan, aku hanya bisa menangkap sedikit cahaya putih yang bersinar dari sisi yang kuyakini adalah langit-langit rumah. Merasa tak mampu menerima cahaya, aku memilih untuk kembali memejamkan mata.
"Arin, udah sadar?"
Kini aku memaksa mataku untuk terbuka, berusaha melihat siapa pemilik suara itu dengan jelas. Aku terus berkedip agar bayangan samar yang kulihat di depanku bisa semakin jelas. Hingga akhirnya, aku menemukan wajah Hana yang kini tengah tersenyum padaku.
"Hana?" Aku mengedarkan pandang ke sekeliling, memastikan dimana keberadaanku sekarang. Dan ini benar kamarku. "Kok kamu bisa di sini? Ngapain?"
"Jenguk kamu."
Dahiku berkerut. "Jenguk?"
Hana menggenggam tanganku, tersenyum seolah tengah menenangkanku. "Kemarin malem kamu pingsan karna kedinginan. Kepala kamu masih sakit?"
Aku mencoba mengingat apa yang kualami kemarin. Kepalaku makin pusing begitu potongan kejadian malam itu pelan-pelan merangsak masuk, berputar seperti kaset usang dan terus berulang. Aku yang tengah mengobati Sunghoon, obrolan malam kami, Jay yang mendadak datang, dan kerusuhan yang membuatku menumpahkan tangis persis seperti orang gila. Presensi Hana, Jungwon dan Sunoo yang kutangkap dalam kabur dan aku yang kehilangan kesadaran setelahnya.
Aku tercenung. Semua itu terasa seperti mimpi. Atau memang itu benar hanya mimpi?
"Yang kemarin... Itu nyata?" Aku bertanya bodoh.
Hana mengulas senyumnya kaku dan mengangguk. Napasku seolah dicabut. Semua berakhir. Aku dan Jay sudah benar-benar berakhir sekarang. Kalau saja tidak ada Hana di sini, aku mungkin sudah menangis tersedu-sedu.
Maka aku hanya meraup banyak udara demi mengisi paru-paru yang sesak. Berusaha terlihat kuat demi Hana yang telah repot menungguku hingga sadar. "Kamu tau semuanya, ya? Tentang Jay yang ngira kalau aku Alyn?"
Ia mengangguk lagi tanpa suara.
Kepalaku tertunduk. Aku menggigit bibir dalamku. "Aku malu. Pasti sekarang kamu berpikir kalau aku perebut, kan? Aku serakah? Aku memang ngga tau malu karna terus pura-pura jadi Alyn demi bisa deket sama Jay, padahal aku tau itu salah."
"Ngga, kamu ngga salah." Hana menggeleng kukuh dan makin mengeratkan genggaman tangan kami. "Aku memang baru tau kalau ternyata Jay dan Alyn punya hubungan semacam itu, dan Jay jadi menderita karna ditinggal Alyn. Ini bukan salahmu, malah menurutku kamu jadi penyelamat buat Jay sekarang. Kamu yang buat Jay bisa senyum dan semangat lagi."
"Tapi tetep aja aku bukan orang yang Jay harapin presensinya selama ini."
"Kamu ngga pantes nyesel, karna kita semua sekarang lagi berterima kasih sama kamu." Ia menjeda, seperti tengah mempersiapkan kalimat berikutnya. "Omong-omong, kamu beneran suka sama Jay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [SUDAH TERBIT]
FanficThantophobia : fear of losing someone you love. _____ Aku selalu beranggapan bahwa setiap sikap yang Jay tunjukkan, semuanya berawal dari kesalahanku. Sebab kebaikan dan perlakuan manisnya terasa asing buatku. Hingga suatu hari aku menyadari, bukan...