"Jadikan?"
Astagfirullah! Lagi-lagi Rafish mengejutkan Gya yang baru saja membuang sampah. Bocah tetangganya itu muncul dari balik pagar rumahnya dengan cengiran tengil. Entah bagaimana caranya sampai dia tahu semua jadwal kegiatan Gya.
"Jadi apa?" balas Gya jutek. Berondong nggak bisa dikasih hati guys, nanti dia minta cinta.
"Traktir."
"Dih! Kapan gue janji?"
Rafish melipat kedua tangannya di atas pagar yang membatasi rumah mereka, lalu menumpukan dagunya di sana.
"Nggak janji, sih, tapi etikanya begitu."
"Etika apaan? Dari tadi ngomongin etika mulu." Gya memutar tubuhnya sambil tersungut-sungut hendak masuk kembali ke dalam rumah.
"Masih satu kali bimbingan lagi, loh, baru ACC. Yakin nggak butuh bantuan?"
Gya membalikkan tubuhnya kasar lengkap dengan mata tajam siap asah. Apalagi ketika melihat Rafish sedang memainkan alisnya naik-turun.
"Mau makan apa? Uangku sekarat."
****************
Seperti yang Gya duga, berondong mah sukanya ngebakso. Syukur, deh. Dompetnya selamat dari godaan Rafish yang terbusuk.
"Kamu nggak makan?"
Gya yang sedang mengaduk-aduk jus mangganya, langsung mengangkat sebelah alisnya. "Pertanyaan kamu udah kayak kita pacaran aja."
"Ya, enggaklah!"
Gya melongo. Tumben Rafish menolak. Jadi, selama ini anak tetangganya itu cuma menggodanya saja. Astaga, ternyata Gya saja yang gede rasa.
"Pacar apa? Kita itu calon suami-istri."
Uhuk!
Gya langsung menggeplak kepala Rafish dengan dompetnya. Tidak kuat, dong. Kalau kuat-kuat nanti Rafish geger otak, Gya juga yang rugi. Rugi biaya rumah sakit dan rugi gagal wisuda tahun ini karena gitu-gitu Rafish pawangnya Bu Erni.
Rafish yang melihat raut kesal Gya justru terkekeh geli. Entah sejak kapan ia tergila-gila dengan seorang Agya Sofia. Baginya, apapun yang dilakukan dan diucapkan Gya selalu indah.
"Buruan makannya. Ketawa mulu."
"Iya, Sayang, iya."
"Dih!"
****************
Rafish menghentikan sepeda motornya tepat di depan pagar rumah Gya. Ia sedang menjalankan peran mengantar doi dengan selamat setelah kencan.
Gya yang turun dari sepeda motor sambil mencoba membuka helm, langsung celingak-celinguk ketika melihat sebuah sedan silver terparkir tidak jauh dari sana. Matanya langsung berbinar.
"Mas Rafka?"
"Biasa aja!" Rafish memegang kedua pundak Gya, lalu memutar tubuhnya gadis itu agar menghadapnya. Kemudian, membantu Gya membuka pengait helm dan melepaskan dari kepalanya.
"Biasa apanya? Dia GM, tau!"
"Nggak tau." Rafish menggantung helmnya ke setang motor, lalu melaju memasuki halaman rumahnya sendiri tanpa pamit pada Gya.
"Cie cemburu!" teriak Gya geli.
"Eh, udah pulang."
Gya yang masih mencoba menggoda Rafish, langsung menoleh dan senyumnya sontak melebar ketika melihat orang yang menyapa dirinya tersebut.
"Eh, ada Mas Rafka," balas Gya malu-malu.
"Dari mana?"
"Makan, Mas. Sebentar aja, kok. Nggak ngapa-ngapain."
Jawaban Gya tersebut membuat Rafka terkikik kecil. Putri relasi bisnisnya ini manis sekali.
"Ya, udah sana masuk. Udah malam."
Uwu! Perhatian.
"Iya. Mas hati-hati, ya."
Rafka mengangguk, lalu tersenyum simpul. "Ya udah, sana masuk."
Gya menggeleng. "Mas dulu yang pergi, baru aku masuk."
Astaga, adegan sinetron.
Tok! Tok! Tok!
Dahi Gya berkerut. Jam berapa sekarang? Kenapa sudah ada orang ronda?
"Di sini masih ada ronda warga, ya?"
Kening Gya berkerut lagi. Iya juga. Kapan di sini ada kegiatan ronda?
"Nggak ada," jawab Gya ragu.
"Udah malam! Udah malam! Tamu pulang!"
Gila! Itu suara si ikan. Gya mengatup kuat matanya, mencoba menahan jengkel, lalu tersenyum canggung pada Rafka.
"Biasa, Mas. Tetangga lagi patah hati. Jadi bawaannya sensi."
Rafka tersenyum lagi. Kali ini lebih manis, hingga membuat Gya rasanya mau meleleh.
"Ya, udah. Mas pulang, ya."
Gya tidak menjawab, takut suaranya gemetar dan gagal keren. Akhirnya, ia mengangguk malu-malu saja.
Tok! Tok! Tok!
Gya memutar kasar tubuhnya menghadap rumah Rafish. Kesabarannya udah di ambang batas, lantas ia berteriak keras. "Diem loe, Pis!"
Eh! Astaga beneran gagal keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Kesayangan
RomanceLulus kuliah, bekerja, menikahi CEO dan keliling dunia adalah rencana panjang masa depan seorang Agya Sofia yang sudah dirancang sejak lama. Namun, rupanya jalan hidup tidak semulus yang ia bayangkan. Jangankan untuk bekerja, menikah dan keliling du...