Setelah pertemuan tadi, Gya belum melihat Rafish lagi. Bahkan, sudah lewat Magrib begini anak tetangganya itu belum juga terlihat pulang. Padahal ada kabar penting yang ingin dia sampaikan.
"Kak!"
Gya menoleh dan mendapati Gio keluar rumah dengan memeluk gitar kesayangannya. Anak SMA yang cuma punya stok cadangan kaos berwarna hitam itu, memilih langsung duduk di samping Gya.
"Dipanggil mama," lanjutnya. Kemudian, ia mulai memetik senar gitar, tanpa ikut bernyanyi. Selain komik, bermain gitar memang menjadi hobi Gio.
Melihat Gya yang belum juga beranjak, membuat Gio melirik pada kakaknya dan mengulang ucapannya lagi. "Dipanggil mama, disuruh makan."
"Iya, bentar. Cerewet!" balas Gya gemas. Selesai salat Magrib, Gya memang langsung memilih duduk di teras dan tidak ikut makan malam bersama keluarganya.
"Makin kurus baru tau loe!"
"Nggak ada barbie yang gemuk," cibir Gya tak mau kalah.
"Tapi, cowok lebih suka cewek berisi."
"Bodo! Rafish suka gue."
Eh?
Gio langsung menghentikan jarinya yang sedang lincah memetik senar gitar dengan kunci nada Cinta Luar Biasa-nya Andmesh. Kemudian, menatap sang kakak penuh selidik, hingga membuat Gya mengutuki dirinya sendiri yang telah salah bicara.
"Dia belum pulang?" Tuh, kan! Salah bicara lagi.
"Dia siapa?"
"Itu Bang Aji tukang sayur. Belum pulang?"
Gio makin memicingkan matanya. Kakaknya ini benar-benar mencurigakan. Jangan bilang dia terjebak dengan pesona berondong Rafish!
Suara sepeda motor membuyarkan perang batin di antara keduanya, hingga membuat mereka serentak menoleh. Menunggu Rafish membuka helm dan menyembulkan kepalanya ke pagar pembatas rumah mereka seperti biasa.
"Hai! Malam-malam berduaan aja. Aku jadi iri."
Nah, kan! Memang sudah jadi kebiasaan Rafish melongokkan kepalanya ke pagar pembatas rumah mereka. Mentang-mentang dia jangkung.
"Dari mana kamu?"
"Dih! Posesif amat calon istri aku."
Uhuk!
Gio terbatuk-batuk keras, lalu memukul-mukul dadanya sendiri sambil berdiri. Kemudian, memilih kembali masuk ke rumah setelah berkata, "Lanjutin, deh! Gue mau nyelamatin telinga berkelas gue dulu."
Gya mencibir, lalu kembali menatap Rafish yang masih melipat kedua tangannya di atas pagar pembatas. Tetangganya itu tampak begitu kusut.
"Beneran sibuk organisasi?"
Rafish tidak menjawab. Ia masih menatap Gya dalam diam, hingga membuat Gya salah tingkah.
"Gya?"
"Hm?"
"Mau jalan-jalan naik motor sebentar?"
****************
Malam ini Rafish tidak seperti Rafish biasanya. Meski ia mencoba bersikap ceria seperti biasa, namun sorot matanya berbeda.Gya memilih diam. Ia membiarkan Rafish membawanya kemana pun dan mulai tampak menikmati angin malam yang terkadang memang menenangkan.
Lama berputar-putar, akhirnya Rafish menghentikan sepeda motornya di depan taman kota. Ada beberapa pedangang asongan di sana dan Rafish langsung memesankan beberapa tusuk bakso bakar setelah menanyakan persetujuan Gya terlebih dahulu.
"Kamu kenapa?" Akhirnya Gya bertanya juga ketika Rafish sudah duduk di sampingnya. Memang ada yang tidak beres dengan Rafish.
"Jangan perhatian, nanti aku salah paham."
Dih! Gya mendengkus dan itu berhasil membuat Rafish tertawa kecil.
"Semua manusia punya masalah, kok. Kenapa harus sok-sok kuat?"
Tawa Rafish berangsur pudar. "Pertanyaan mana dulu yang harus aku jawab?" Rafish mengangkat sebelah alisnya, lalu melanjutkan, "Aku dari mana atau aku kenapa?"
"Kamu dari mana?"
"Dari makam Papa."
Deg!
Gya sempat terdiam karena bingung harus bereaksi seperti apa. Jadi, ayah kandung Rafish sudah meninggal? Ia jadi ingat dengan gunjingan tadi pagi.
"Kamu dengar yang tadi pagi?"
Rafish ikut terdiam. Namun, kemudian ia mengangguk dan entah kenapa hal itu membuat hati Gya jadi sakit.
"Papa bukan penipu, apa lagi perampok."
Gya mengangguk percaya. Ia tidak butuh penjelasan, sungguh. Siapa pun dan bagaimana pun Ayah Rafish ia sama sekali tidak peduli.
"Papa cuma kambing hitam." Ketika mengatakan itu Gya dapat merasakan suara Rafish bergetar dan lagi-lagi hati Gya ikut terluka.
Rafish kembali mengulas senyum, lantas memalingkan wajah untuk mengusap kedua matanya yang sedikit berair. Sebuah sisi yang belum pernah Gya lihat sebelumnya.
Ini adalah salah satu kekurangan Gya. Ia sama sekali tidak tahu caranya menghibur orang, kecuali ... memeluknya.
Gya menepuk lengan Rafish, hingga pemuda itu menoleh padanya lagi. Kemudian, ia mengaitkan kedua tangannya ke leher Rafish, hingga membuat Rafish menunduk dengan mata yang melebar.
Gya menghela napasnya dalam, lalu memeluk Rafish dengan begitu erat. "Aku salah satu orang yang nggak butuh penjelasan tentang siapa dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Kesayangan
RomanceLulus kuliah, bekerja, menikahi CEO dan keliling dunia adalah rencana panjang masa depan seorang Agya Sofia yang sudah dirancang sejak lama. Namun, rupanya jalan hidup tidak semulus yang ia bayangkan. Jangankan untuk bekerja, menikah dan keliling du...