07: Time will tell everything

0 0 0
                                    

Keluar dari kamar mandi dengan seuntai kain handuk yang melilit setengah tubuhnya. Serta mengibas kan rambutnya yang basah membuat percikan air di kepalanya menyiprat dimana mana.

Ia berhenti di depan kaca panjang yang terletak di pojok kamarnya. Ia berdiri tegak lalu berpose cool bak model di depan kaca itu. Wow,bagian perut kotak kotak itu kini terekspos dengan jelas. Gavin cukup puas dengan postur tubuhnya yang seksi itu.

"Gue?ya ganteng lah. Gila kalo gue gak ganteng" Gavin ngomong sama dirinya sendiri.

Ia memilih outfit yang cocok untuk malam ini. Malam pertama dinner nya dengan dena.

Gavin menopang dagunya,sedari tadi ia hanya memandangi tumpukan baju itu tanpa ada niat memilih atau bahkan menyentuhnya.

Masih dengan pose yang sama,lalu handpone yang berada di sampingnya berbunyi,memunculkan video call dari 'REVA' wakil nya.

Gavin terpeloncat karena kaget,ia belum menerima vidcall itu karena tidak mungkin dengan keadaannya yang telanjang setengah badan seperti itu. Gavin bingung,apa yang harus ia lakukan saat ini.

Ia menaiki di ranjang,lalu menarik selimut. Merebahkan tubuhnya lalu menutup dada nya dengan selimut.

Gavin mengangkat sambungan vidcall yang sudah 4 kali tidak terjawab. Ia pura pura berlakon seperti orang bangun tidur.

"Apa?" Ucap gavin setelah menerima vidcall dari Reva.

"Lo kemana aja sih?gue vc ga dijawab jawab?!"

"Lo ga liat apa gue habis man..eh tidur maksud gue" sahut gavin sambil pura pura menguap.

"Lo bukan kaya orang bangun tidur deh,seger banget keliatannya" Reva mengernyit. Lelaki yang sedang berbicara dengannya ini sedang berusaha menipunya?Reva tidak gampang ditipu.

"Udah gue lanjut tidur,ngantuk"

"Eh tunggu dulu. Hari ini gue ulang tahun lho Vin. Lo gamau nemenin gue makan bareng apa?atau--" sebelum membiarkan reva ngoceh gavin memotong ucapannya terlebih dahulu.

"Eh hbd yaa,huahh.. ngantuk banget" Gavin berharap reva segera mematikan telfonnya.

"Lo kok gitu sih vin. Gue mau lo nemenin gue sekali ini aja"

"Oke bye rev"

Tut

Gavin memutuskan video call dari reva. Cukup membuatnya gugup harus beralasan apa,alhasil alasan klasik ngantuk sebagai jawabannya. Namun,ada sedikit rasa bersalah. Karena ia menolak permintaan reva yang jelas jelas reva sangat membutuhkannya. Selain hubungan antara wakil dan ketua osis,mereka juga berteman baik. Sering juga reva meminta gavin mengantarnya kemana mana seperti pacarnya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Gavin langsung membuka kembali lemarinya lalu mengambil baju seadanya saja. Ia memakai baju itu dengan sangat terburu-buru. Takut keduluan dengan Dava,atau bahkan kini Dava duluan sudah. Entahlah,Gavin pun tak tahu,keadaan Dava saat ini.

Gavin memilih mobil hitam yang ia kemudikan malam ini. Ada beberapa koleksi mobil dava di garasi besarnya.
Sekitar empat sampai lima mobil yang berbeda warna serta merk nya. Gavin selalu bingung memilih jika ia ingin keluar seperti ini.

***

Tidak ada tanda tanda kedatangan dua laki laki itu. Dena menopang dagunya dan menekuk wajahnya,hampir setengah jam ia menunggu salah satu mereka datang. Namun lihat,tidak ada satupun yang menepati janjinya.

Dena melirik jam di tangannya kembali,mungkin sudah berpuluh kali ia melakukannya berulang. Dena membalikan arah pandangnya,menatap lurus ke dinding kaca cafee itu. Hanya suara kendaraan yang berlalu lalang dijalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUT WRONG HEART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang