Cuaca di London pagi itu terlihat mendung di pertengahan musim dingin di bulan Desember ini. Suhu udara mencapai -6 derajat celsius. Yang mana fenomena badai salju semalam telah mengakibatkan penumpukan lapisan es di seantero sudut kota London, yang berpotensi membuat jalanan semakin licin.
Akibat badai salju semalam, jalanan London tampak lenggang dan sepi di pagi hari ini. Berbagai berita cuaca di televisi telah mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas dan lebih berhati-hati ketika hendak berpergian di tengah-tengah cuaca ekstrim tersebut.
Stasiun televisi BBC News sejak dua pekan terakhir ini telah melaporkan adanya potensi perubahan cuaca yang signifikan di Inggris, di mana kabut beku akan membuat suhu turun ke kisaran -2 derajat celcius sebelum mengalami polar blast.
Masyarakat Inggris menjadi semakin aware dengan adanya berita-berita terkait cuaca tersebut. Sayang sekali, natal dan perayaan tahun baru di Inggris khususnya ibu kota London mungkin takkan sesemarak biasanya.
Ketika menyaksikan berita di televisi di mana badai salju semalam tampak menghiasi kota London menjadi kota yang serba putih. Edward Harrisson yang tengah berada di kediamannya, Downing Street 10, tampak menyesap secangkir kopi pahit hitamnya seraya menyimak pemberitaan itu dengan sangat serius.
"Tampaknya, pengaruh geografis Inggris membuat cuaca menjadi sedemikian pelik untuk diprediksi. Posisi Inggris di ujung Atlantik membuatnya sekaligus berada di ujung lintasan badai, lintasan badai semacam ini tentunya dipicu oleh angin samudera. Bahkan, Professor meteorologi di Universitas Leeds, Mr Douglas Parker juga menyebutkan bahwa badai-badai ini bergerak berdasarkan perbedaan temperatur dari ekuator ke kutub. Sehingga, selagi udara hangat dan dingin mengalir dari ekuator ke kutub dan begitu pula sebaliknya, rotasi Bumi menciptakan topan - dan Inggris berada di ujung lintasannya."
Tepat di samping perapian yang hangat, di mana ornamen-ornamen natal berupa kaus kaki polkadot, boneka sinterklas, dan lonceng warna-warni kecil bergelantungan menghiasi area cerobong asap di sekitarnya itu, Edward Harrisson yang tengah duduk di sofa merah dengan menghadap ke arah televisi tampak begitu resah seraya memijat mijat pelipisnya.
Siaran televisi yang memberitakan perihal cuaca ekstrim itu kian membuatnya suntuk.
Edward kemudian menyambar remote control untuk mematikan televisinya, lalu segera beralih ke arah Mr Hans, penasihatnya, yang telah menunggu untuk berdiskusi.
"Cuaca dalam dua pekan terakhir ini tidak begitu baik Sir. Saya kira, cuaca hari ini malah semakin memburuk. Suhu di luar sana berkisar di antara -5 hingga -4 derajat celsius." ucap pak tua itu begitu informatif.
Edward menatapnya lamat, "Apa ini artinya, agenda Brexit-ku akan mulai terbengkalai lagi, Mr Hans ?" ujarnya tidak begitu senang.
Edward kemudian berbicara dengan lebih sarkastik, jelas sekali ia begitu kesal pagi ini.
"Haruskah aku--bersikeras pergi ke parlemen untuk menemui mereka dalam situasi seperti ini? Kupikir, mereka takkan merasa puas bila tidak mencaci-maki kinerjaku di parlemen walau hanya sehari saja. Aku selalu penasaran, agenda apalagi yang akan mereka usung untuk menentang kebijakan Brexit-ku. Bagaimana menurutmu Mr Hans? Aku ingin mendengar pendapatmu. Biasanya, kau selalu mempunyai 1001 cara dalam mengatasi persoalanku ini. " tukasnya tanpa ekspresi.
Pria tua beruban itu pun menanggapi, "Sebaiknya, anda melakukan virtual meeting dengan para anggota dewan House of Common untuk melanjutkan agenda Brexit yang tertunda. Tidak perlu memaksakan diri anda untuk menggelar rapat besar di parlemen Sir, aku percaya bahwa kesehatan anda adalah prioritas kami yang utama. Jika anda mengindahkan nasihatku ini, tentunya, anda sudah bisa menebak, bahwa aku tidak akan mengambil resiko terlalu banyak. "
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒅𝒆𝒗𝒆 ( 𝑻𝒉𝒆 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒊𝒔𝒔𝒐𝒏'𝒔 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔 )
Romance¤ Genre : Romance Politic ¤ Writer : Liebe_Aimer ¤ Status : On Going The Harrisson Couple Series "Edeve" Sang Perdana Menteri Inggris yang terlampau skeptis terhadap percintaan, pada akhirnya menemukan European Goddess sebagai belahan jiwanya. ...