Desau angin pemakaman di minggu pagi yang khidmat itu, berpadu dengan bunyi lonceng gereja yang berdentang 12 kali, perlahan-lahan mengiringi langkah kaki sepasang anak manusia, yang kini tengah menyelami riwayat kehidupan para ancestor-nya.
Evangelline Fay berjalan di samping kekasihnya, mengapit lengan pria tegap itu dalam balutan dress hitam di bawah lutut, beserta tudung kepala berupa scarf yang melindunginya dari suhu ekstrim London menjelang musim dingin yang panjang ini.
Edward membawanya ke suatu tempat yang cukup jauh dari pusat keramaian, di mana hanya ada mereka berdua, desau angin, dan kesunyian yang melingkupinya. Eve berpegangan semakin erat pada pria itu, jalanan yang semakin menanjak di antara perbukitan ini, membuat keduanya sedikit terengah. Tempat peristirahatan Mr Rudolf Harrisson berada di cluster yang paling atas, cukup memakan waktu untuk bisa menyambanginya. Namun sekalipun demikian, Evangelline tak menyerah untuk bisa menjangkaunya hanya dengan berjalan kaki.
Gadis itu teringat akan perkataan Edward sebelum membawanya ke tempat ini. Pria itu mengatakan, ia begitu ingin memperkenalkan Eve ke pada seseorang yang istimewa, yakni mendiang Ayahnya. Edward ingin, mendiang Ayahnya berjumpa dengan gadis pilihannya ini. Perkataan pria itu membuat Eve merasa tersanjung sekaligus terharu di waktu yang bersamaan. Sorot matanya terlihat berkaca-kaca di sepanjang perjalanan ini. Ia mengapit lengan Edward dan sesekali bertanya.
"Apa Ayahmu--akan menyukai gadis sepertiku ? Aku ini tidak pandai memasak, aku tidak terampil dalam mengurus rumah, seringkali, aku juga bersikap semauku. Aku dan kau memiliki banyak perbedaan. Saat menjadi suamiku nanti, kau mungkin harus sering bersabar untuk menjaga perasaanku. Sejujurnya, aku terlahir sebagai wanita yang sangat sensitive, melebihi gadis-gadis lainnya. Tidak banyak orang yang bisa berteman denganku, hanya segelintir orang saja yang bisa membuatku nyaman. Aku selalu merasa--kepribadianku benar benar buruk, maafkan aku Ed, tapi, aku ingin selalu berkata jujur dan terbuka mengenai diriku padamu. Aku--tidak ingin mengecewakanmu, apalagi membuatmu menyesal."
Di setiap langkah kaki keduanya, Ed tersenyum lembut dan menjawab setiap pertanyaan gadisnya itu.
"Kau mungkin tidak pandai memasak dan mengurus rumah, tetapi semua itu tak lagi menjadi masalah dalam hubungan ini Eve. Selagi kau adalah gadis yang jujur, dan bisa berdamai dengan duniaku, itu saja sudah cukup membuatku merasa bahagia karena memilikimu sebagai pendampingku."
Evangelline mendengarkan jawaban itu dengan seksama, ia diam-diam selalu memperhatikan Edward, yang tanpa ia sadari telah begitu banyak berubah. Lelaki itu kini lebih sering mendengarkannya, ketimbang beradu argumen dengannya.
Eve tidak tahan untuk mengatakan isi hatinya, "Kau--telah menjadi seorang pendengar yang baik akhir-akhir ini." ucapnya dengan begitu polos.
Edward tersenyum simpul karenanya, "Kau tiba-tiba merasa kagum, karena mungkin, ini pertama kalinya seorang Mr Prime Minister mampu membuat calon istrinya terkesan."
Eve menggelengkan kepalanya, "No! Don't say that! It's not the first time you've impressed me, you've always made me fall in love with you. All the times."
Ed semakin terkekeh karenanya, "Itu yang kusuka darimu. Kau jujur, tidak pernah berpura-pura menjadi orang lain untuk menarik perhatianku. Kau bersikap apa adanya, papaku pasti akan menyukai gadis sepertimu Eve. Karena kau memiliki sifat yang tidak banyak orang lain miliki. Kejujuran itu sangat berharga, maka tetaplah menjadi dirimu sendiri." ujar pria itu yang kemudian melempar senyum ke arah wanitanya.
Evangelline Fay menatapnya dengan rasa haru, "Ed, kenapa kau bersikap sangat manis? Kau membuatku jatuh semakin dalam pada pesonamu. Kau pribadi yang hangat dan pengertian. Bagaimana bisa--aku melarikan diri darimu?" balas gadis cantik itu sambil tersenyum ke arah lelakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒅𝒆𝒗𝒆 ( 𝑻𝒉𝒆 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒊𝒔𝒔𝒐𝒏'𝒔 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔 )
Romansa¤ Genre : Romance Politic ¤ Writer : Liebe_Aimer ¤ Status : On Going The Harrisson Couple Series "Edeve" Sang Perdana Menteri Inggris yang terlampau skeptis terhadap percintaan, pada akhirnya menemukan European Goddess sebagai belahan jiwanya. ...