$ || Kinara dan Dunia yang Tidak di Kenal

20 4 0
                                    

Bagian 4, Kinara dan dunia yang tidak di kenal

Kinara masuk ke halaman sekolahnya setelah berdebat cukup lama dengan Baskara. Cowok itu mamaksa mengantar Kinara sampai depan kelas yang pastinya di tolak mentah-mentah.

Memangnya dia masih anak playgroup yang suka merengek minta ditemani sekolah? Kinara jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pasti ada alasan di balik sikap protektif Baskara.

Kinara berjalan ke ruang administrasi, ia tidak tau dimana kelas Kinari. Tentu saja Kinara tidak bertanya pada Baskara atau Ayah dan Bunda, itu akan membuat mereka tambah curiga.

Plang di koridor utama menunjukan ruang administrasi terletak di ujung koridor. Kinara mengarahkan perhatiannya ke halaman sekolah. Ada banyak anak laki-laki yang berkumpul di sana, bermain futsal bahkan sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

Ewh.

Kinara bisa membayangkan bagaimana suasana kelas setelah anak-anak itu masuk, pasti bau keringat dan kelembabannya akan menyebar ke setiap sudut ruangan.

Kinara berhenti di depan meja administrasi, ada dua orang guru perempuan di sana.

"Pagi, Bu," sapa Kinara membuat dua guru itu langsung menoleh.

Guru dengan rambut di cepol rapi menatapnya dengan senyum hangat, sedangkan satu lainnya hanya menoleh sekilas lalu kembali berkutat dengan tumpukan kertas di meja.

"Pagi Kinari, ada yang bisa ibu bantu?" sapanya ramah.

Kinara sedikit terkejut ketika guru itu tau namanya, bahkan ia tidak memperkenalkan diri. Kinara yakin pasti Kinari sering berurusan dengan dewan guru entah dalam hal positif atau negatif.

"Kelas saya di mana ya, Bu?" tanya Kinara hati-hati sambil tersenyum kaku.

"Maksud kamu?" guru itu balik bertanya, ia menatap Kinara aneh.

Kinara berdecak dalam hati, sudah menebak akan reaksi guru di depannya. Oleh karena itu ia mulai mengeluarkan beberapa alasan yang telah dipersiapkannya sejak di dalam mobil tadi.

"Saya dapet info kalau ruangan kelas saya di pindah karena atapnya roboh. Pindah kemana ya, Bu?"

"Roboh?" Guru itu mengernyit, ia menoleh ke temannya. "Wi, atap XI IPA 1 beneran roboh?" tanya guru perempuan itu pada teman di sebelahnya.

Guru perempuan yang sibuk dengan lembaran data itu ikut menoleh. "Eh? Engga kok, tadi Pak Yanto baru saja habis bersih-bersih di sana."

XI IPA 1, Kinara mendapatkan apa yang dicari. Ia segera menyela obrolan yang membuat keduanya menoleh bersamaan.

"Maaf Bu, ternyata saya di bohongin sama temen saya." Kinara meringis. "Yaudah Bu, saya ke kelas dulu. Terimakasih sebelumnya," ujarnya lalu segera pergi dari tempat itu.

"Eh, Kin!"

Kinara berhenti, ia menoleh ke belakang. "Iya, Bu?"

"Sertifikat kamu sudah bisa di ambil sepulang sekolah ya."

"Sertifikat apa?"

"Kan bulan lalu kamu menang olimpiade matematika," ujarnya mengingatkan. "Wajar kamu lupa, dua bulan lalu aja kamu ikut lima lomba sekaligus," lanjutnya sambil terkekeh.

Kinara mengangga, tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

Demi apapun, olimpiade matematika?

Lima lomba dalam sebulan?

Jangankan memenangkan olimpiade, tidak remidi saat ulangan saja bisa membuat Kinara bersorak riang.

Kinara terdiam, menyadari bahwa ada masalah baru yang harus dihadapinya. Di sekolah ini Kinari dikenal oleh para dewan guru sebagai siswi berprestasi.

Find Me in The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang