PROLOG

49 11 3
                                        

Dukung cerita ini dengan vote dan komen kalian ^^

*

Prolog - Hujan Menuju Mimpi

*

----- hello sister -----

Tahun 2020, tahun terakhir di bangku SMA.

"KINARA BANGUN! UDAH JAM BERAPA INI?!"

Teriakan sang mama membuat gadis remaja yang baru saja bermimpi aneh itu terbangun kaget. Suara Mamanya sudah terkenal yang paling nyaring di seantero komplek perumahannya. Apalagi jika dalam urusan memarahi Kinara, bahkan tetanggapun bisa mendengar dari balik rumah masing-masing.

"Sial," desis Kinara. Ia mengusap wajahnya kasar, akhir-akhir ini ia sering bermimpi aneh. Gadis itu bertemu orang yang sama dalam mimpi yang berkelanjutan. Ia bergidik ngeri setelah ingat apa yang ia temukan kemarin sebelum tidur.

Kemarin ia mencari tau di internet, apa arti dari mimpi bertemu orang yang sama berkali-kali. Apalagi orang itu laki-laki, apakah itu pertanda sebentar lagi Kinara akan mengakhiri masa jomblonya? Boro-boro akan dapat pacar, alhasil dia jadi ketakutan sendiri. Pasalnya dalam artikel yang ia baca, menyebutkan bahwa ia harus berhati-hati. Karena percaya tidak percaya dia sedang di sukai oleh jin laki-laki. Kinara memukul jidatnya dengan bantal berkali-kali, menyesali tindakannya kemarin malam.

"Kinar! Masih belum bangun juga?!" Mamanya sudah menatap marah dari balik pintu.

"Ini udah bangun," jawab Kinara dengan suara yang teredam bantal.

"Kenapa masih di kasur? Cepat mandi! Hari ini Papa nggak bisa antar kamu. Jangan sampe ketinggalan angkot lagi kayak kemarin."

"Mama buatin Kinar surat izin dong, bilang aja Kinar tiba-tiba sakit," pintanya yang langsung di tolak mentah-mentah.

"Sembarangan kalo ngomong, kalau sakit beneran gimana?" Mamanya menggeleng heran. "Mandi atau mama telfon papa sekarang? Biar habis kamu dimarah." Mama keluar dari kamar dan menutup pintu penuh emosi sehingga meninggalkan bunyi "brak" yang membuat Kinara terperangah. Dia tidak heran kenapa ia tumbuh menjadi anak remaja yang penuh emosi. Lihat saja bagaimana cara mamanya membangunkan dan menutup pintu kamar. Itu cukup sebagai bukti.

Kinara bangun dari tidurnya dengan malas, mengambil handuk yang tergantung di balik pintu dan segera masuk ke kamar mandi.

Lima belas menit dalam tekanan, akhirnya Kinara selesai dengan semua hal yang dilakukannya secara kilat. Mama sudah berteriak sejak tadi. Baru saat Kinara turun ke ruang makan, teriakan itu akhirnya berhenti.

"Kamu nggak bakal sempet sarapan, Kin. Ini bawa ke sekolah, udah mama masukin ke kotak makan. Makan nanti aja di kelas." Mama memberikan kotak makan yang terisi full dengan sandwich. Kinara menatap Mamanya, berusaha membujuk wanita itu sekali lagi.

"Ma, buatin kinar surat izin sekali aja, ya? Bilang kita ada acara keluarga atau apa gitu. Boleh ya, ma?" pintanya dengan mata berbinar.

Mama melotot, menatap tajam Kinara dengan tangan yang sudah berkacak pinggang. "Cepat berangkat atau mama telfon papa?"

Fix. Tidak ada harapan lagi. Daripada di marah papa lebih baik ia pergi sekolah walaupun tubuhnya hanya ingin berbaring di kasur.

"Diluar hujan lho, Ma." Kinara mencoba sekali lagi. Mama mengambil ponsel dari saku celanya yang langsung membuat Kinara mendelik. "Kinar bercanda! Sekarang Kinar berangkat. Serius."

"Pulang sekolah jangan keluyuran. Jangan isi mampir ke rumah temen atau cafe, langsung ke rumah."

"Iya."

"Jangan buat masalah di sekolah."

"Iya."

"Jangan coba-coba untuk-----"

"Iya, Ma. Iya!" Kinara mengecup tangan Mamanya lalu berjalan ke luar. Gadis itu terheran dalam hati, apa jadinya kalau Kinara tidak ada? Siapa yang akan membuat Mama menjadi emosi seperti ini setiap pagi? Pasti paginya akan sangat membosankan.

Kinara berhenti di seberang jalan. Menatap langit mendung yang kini mengganti hujan rintiknya dengan buliran yang lebih besar. Gadis itu menatap jalanan yang ramai dan berisik. Suara klakson saling bersahutan, motor dan mobil berhimpit mengisi ruas jalan. Ia berdecak ketika melihat angkot terakhir sudah mau meninggalkannya. Kinara merentangkan tangan, memberi tanda bagi kendaraan untuk membiarkan ia menyebrang. Gadis itu berlari kecil mengejar angkot yang telah melaju, ah setidaknya kali ini ia masih beruntung. Sang kenek yang melihatnya segera menyuruh supir untuk berhenti.

"Makasi ya, Bang," ujar Kinara yang di balas anggukan kenek angkot. Namun keberuntungan itu hanya bertahan beberapa detik. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Baru saja ia akan memasuki angkot, satu tangan dari luar telah menarik tasnya. Menarik tas beserta tubuh Kinara sehingga jatuh dan terseret di aspal. Semua mata menatap kejadian itu tanpa kedip. Hanya beberapa detik namun berhasil membuat Kinara tidak sadarkan diri.

Suasana berubah mencekam dalam sekelebat, dua orang yang baru saja mencopet tas Kinara kini ikut terjerembab di jalan, ditendang oleh pengendara lain yang ikut menyaksikan kejadia itu. Suara gemuruh terdengar lebih keras dari biasanya, air hujan tumpah ruah menghantam aspal yang kini berubah warna menjadi kemerahan. Gadis itu tertidur di jalanan yang basah, darah segar keluar dari tubuhnya, dengan mata yang hampir tertutup ia menatap orang-orang yang mulai mengerumuninya.

Para pencopet itu sudah babak belur, di amuk masa yang marah melihat Kinara yang terbaring lemah. Seseorang telah menghubungi ambulan, meminta agar secepatnya ia di selamatkan.

Mata gadis itu hampir tertutup, sebulir air matanya telah jatuh diiringi dengan rintik hujan yang kian deras.

Ma, maafin Kinar.

Tubuhnya melemah, suara orang-orang mulai terdengar sangat jauh. Detik itu juga kesadarannya hilang.

Tuhan tolong jangan buat pagi hari Mama menjadi membosankan.

----- hello sister-----

Anggap saja bagian bab sebelumnya hanya bumbu untuk memulai  cerita ini.

Bab sebelumnya hanyalah sedikit bocoran untuk peristiwa penting. Namun, bab ini adalah awal dari semuanya. Jangan bingung ya! 

Cerita ini dimulai ketika Kinara masih berada di bangku SMA kok! See ya di chapter berikutnya!!

Makin banyak yang voment bakal semakin sering updatee YOOWWMAN!

Salam, Shea.

01.04.21

Find Me in The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang