! || Awal Dunia Baru

45 11 2
                                        

Support 'Hello, Sister?" by click the vote button and leave a comment.

Bagian Dua (!) - Awal Dunia Baru

*

Tit... tit... tit... tittttttt...

Alarm itu mengeluarkan bunyi panjang menandakan sesuatu yang buruk telah terjadi, semua kepala yang menyaksikan itu membelalak tak percaya. Kendaraan berbodi besar itu baru saja menabrak tembok rumah yang dihias dengan anggrek berbagai jenis oleh pemiliknya. 

Pasir yang diangkutnya kini berhamburan menutupi seluruh ruas jalan. Suara teriakan ibu-ibu yang heboh di tengah jalan komplek perumahan membuat gadis yang tertidur di lantai dua rumah itu terbangun dari mimpi buruknya.

Tubuh gadis itu mengelepat seperti ikan yang dikeluarkan dari air, matanya membulat sempurna, nyawanya seperti baru saja dicabut oleh malaikat maut. Ia memegang dadanya yang tiba-tiba sakit, mimpi itu begitu menyeramkan sampai terbawa ke dunia nyata. 

Gadis itu tersadar, ia meraba seluruh tubuhnya, kepala, tangan, kaki bahkan permukaan tempat tidur untuk memastikan bahwa ia tidak tidur di jalanan yang basah dengan tubuh penuh darah.

Gadis dengan piyama merah muda itu kini mengambil air di sebelah nakas, meneguknya tiga kali lalu menaruhnya kembali. Ia meremas rambutnya untuk meredakan sakit kepala yang berdenyut hebat. Ia melirik piyama yang melekat di tubuhnya, mengernyit aneh ketika sadar akan sesuatu.

Gadis itu Kinara, gadis yang selalu menggenakan kaos oversize dan kolor ketika tidur dan kini bangun dengan setelan piyama yang tidak pernah ia gunakan sebelumnya.

Kinara melempar pandangannya pada ruangan asing berukuran 4x6 meter dengan wallpaper bunga dan sentuhan warna pink dan putih. Semua seakan didesain sedemikian mungkin seirama dengan seluruh furniturenya. Tidak ada sampah yang selalu ia selipkan di tepi tempat tidur apalagi baju yang berserakan di sudut ruangan. Semua tertata rapi, bersih, dan terstruktur yang seakan memperjelas bahwa ini bukan kamarnya.

Lalu, dimana dia sekarang?

Kinara membuka tirai yang menutup jendela di sebelah ranjang. Ia menyembulkan wajahnya di sana, memperhatikan kerumunan orang yang sedang saling bantu memindahkan pasir yang berserakan di jalanan ke dalam rumah desain bata sebelum hujan turun dan membawa jutaan butir pasir itu pergi bersamanya.

Siapa ibu-ibu dan bapak-bapak di bawah sana? Kapan ia punya tetangga baru? Kinara mengernyit menatap halaman rumah yang kini dipenuhi oleh segala jenis bunga, khususnya anggrek mulai dari yang berwarna putih, ungu, kuning, oranye bahkan ada yang bermotif bentol-bentol seperti macan. Mama tidak akan sempat mengurus tanaman, ia selalu sibuk di dapur dan mengurus pekerjaan rumah. 

Kinara menjelajah lebih jauh, sejauh jangkauan matanya dan ia semakin dibuat bingung dengan indera penglihatannya sendiri. Kenapa rumah Tante Wanda berubah menjadi rumah tingkat tiga? Kenapa tidak ada anak-anak kecil yang nongkrong sembari numpang Wi-Fi di depan gerbang rumah Bu Yosi? Kemana perginya Chio, anjing milik Pak Tio yang selalu menggonggong tiap pagi? Ada begitu banyak pertanyaan dalam kepala kecilnya. Apakah ia masih bermimpi?

Kinara bangun dari kasur, ia menatap dan meneliti seluruh jengkal ruangan ini. Furniturenya terlihat begitu terawat, tidak ada sedikitpun debu atau coretan berbekas di sana. 

Kinara kembali ke kasurnya, menyelipkan tangannya di sela-sela benda itu, berharap ada bungkus makanan yang biasa ia letakan di sana. Nihil. Tidak ada apapun. Kinara menghela napas, ia duduk di tepi kasur, kepalanya kini berdenyut semakin keras seperti baru saja dihantam benda tumpul.

Find Me in The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang