% | Kinara dan hari-hari Kinari

18 3 0
                                    

Bab 5, Kinara dan hari-hari Kinari.

----- hello sister -----

Bel istirahat berbunyi. Kantin dipenuhi oleh siswa-siswi yang berebut memesan makanan. Kinara bergerak canggung, sebenarnya tidak ada seorangpun yang secara pribadi mengajaknya ke kantin.

Namun, dengan pedenya Kinara mengikuti Dera –gadis yang duduk di bangku depannya- sambil berbincang sok akrab.

Bimo tidak ke kantin, laki-laki itu sudah kenyang menyerap sari-sari ilmu pengetahuan dari buku yang tidak pernah lepas dari genggamannya.

“Kenapa ke kantin?” Dera bertanya saat mereka telah duduk di salah satu bangku panjang di sudut kantin.

Kinara meletakan mangkok baksonya lalu menatap aneh ke arah Dera. Apa yang diharapkan gadis itu pada Kinara saat pergi ke kantin di jam istirahat? Buat tugas? Tentu saja makan.

Bahkan semut yang merayap di kaki meja juga tau itu.

“Maksud lo?” tanya Kinara bingung.

Dera membungkam mulutnya, matanya mebelalak kaget seperti baru saja melihat peristiwa langka.

Kinara jadi semakin bingung, dahi gadis itu berkerut membuat wajahnya terlihat lucu.

“Lo bisa ngomong pake ‘gue-lo’ juga ternyata!” ujar Dera masih tidak percaya. Mata gadis itu bahkan berbinar.

“Emangnya gue ngomong pake bahasa apa? China?”

“Ya, lo kan selalu pake ‘aku-kamu’. Bosen ya ngomong pake bahasa alus?”

Kinara hampir saja menyemburkan es jeruk yang baru saja ia seruput. “Lo kira bahasa bisa di saring?”

“Bisa. Tapi pake otak bukan saringan yang dipake Mbak Nina buat nyaring jeruk dari biji-bijinya.”

Kini giliran Kinara yang menatap Dera tidak percaya, gadis itu cukup seru ternyata, tidak membosankan seperti penampilannya.

Dera, cewek yang serba rata-rata. Rambutnya dikuncir, roknya di bawah lutut, dan wajahnya masih polos tanpa make up sedikitpun. Dia tidak pintar namun, tidak bodoh juga.

Nilainya rata-rata, penampilannya rata-rata, namun sikapnya lebih dari rata-rata untuk membuat Kinara terkesan. Hanya gadis itu yang bersikap normal sejak Kinara duduk di kelas. Ketika semua orang menatapnya aneh, Dera adalah satu-satunya orang yang tidak peduli.

Gadis itu sibuk membaca komik, menyumbat telinganya dengan headset dan sibuk dengan dunianya.

Dera mengambil pensil dari kotak pensil Kinara tanpa izin lalu menyengir ketika pensil itu patah jadi dua. Gadis itu tidak berbaur, tidak ikut bergosip bersama geng sosialita kelas yang Kinara bisa tebak dengan mudah siapa saja anggotanya.

Dera adalah si tidak pedulian yang membuat Kinara penasaran.
Dari penilaian kilat yang Kinara lakukan, gadis itu yakin bahwa Dera adalah orang yang tepat untuk menjadi informannya tentang kehidupan sekolah Kinari.

Tentu saja Kinara tidak bisa mengandalkan Bimo, laki-laki itu bahkan tidak pernah lepas dari tumpukan buku. Kinara juga tidak bisa mengandalkan anggota kelas yang lain, setengah dari mereka seperti memihak Hera, atau berada di bawah kuasa Hera.

Kinara memotong bakso jumbonya dengan susah payah, kuah bercipratan di sekitar meja membuat Dera menggerutu sejak tadi.

“Lo motong bakso apa semen?”

Kinara berdecih, ia hanya melirik Dera sekilas lalu kembali sibuk dengan makanannya. Dera sudah selesai dengan mie ayamnya, namun ia sudah kembali dengan sepiring batagor dan juga segelas es teh manis, kloter kedua di jam istirahat pertama.

Find Me in The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang