4 : Korea

434 103 11
                                    

Dua minggu berlalu dengan cepatnya, sejak saat itu juga [name] meminta izin untuk tidak bekerja dan digantikan oleh manajer sementara.

Nomor ponsel di matikan, pesan pun tidak dibalas. Shion hanya bisa pasrah dengan mengirim kan bukti rekaman suara Rieyu bersama Yuna yang sempat ia rekam itu.

Berharap dapat terjadi perubahan setelah mengirimkan rekaman tersebut kepada [name].

Shion masih mengingat jelas semua ucapan [name] pada pertemuan terakhir mereka.

"Kau keterlaluan!"

"Pria bajingan, tidak tau malu!"

"Aku harap kita tidak bertemu lagi!"

Ucapan yang terus membekas di fikirannya.

Sudah dapat Shion pastikan, pria tengik bernama Rieyu itu kembali bertindak kotor dengan berbohong kepada [name]. Terkaannya mengatakan bahwa Rieyu memutar balikkan fakta yang ada.

"Sial." umpat Shion dalam hati.

Thomas kembali setelah keluar sebentar membeli kopi, duduk di samping Shion dan melihat para generasi monster yang masih setia melakukan latihan.

"Mau?" tawar Thomas, mengeluarkan satu buah susu kotak rasa pisang dari kantong belanjaannya.

"Tidak." Tolak Shion. "Apa status [name] masih sebagai manajer tetap atau sudah keluar?"

Thomas menghela napas panjang, sudah menduga Shion akan kembali menanyakan hal tersebut. "Masih belum ada informasi. Sudahlah, dia sudah pergi meluruskan hubungan di Korea sana. Relakan perasaan mu."

Shion mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Merelakannya kepada pria sampah? jangan bercanda, akan ku rebut [name] dan memberikannya kebahagiaan yang pantas ia dapatkan."

Sakusa datang menghampiri untuk mengambil handuk latihannya yang berada di samping Shion. "Kita akan ke bandara besok, ada jadwal di negeri ginseng."

Shion menatap Sakusa kaget. "Serius? tapi bukannya jadwal kita besok ke Argentina?"

Sakusa pergi setelah mengucapkan apa yang harus ia ucapkan. Thomas diam, tidak ingin memberitahu kan jadwal yang sebenarnya.

Shion secara mendadak berdiri kemudian berlari mencari Meian. Semua yang melihatnya hanya membiarkan.

"MEIAN!" teriaknya sambil membuka pintu ruang ganti pakaian secara kasar.

Meian menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Oh, sudah tau ya?"

Shion ternganga. "Kalian semua menyembunyikan jadwal dariku?"

"Sengaja, agar kau tidak begitu banyak berfikir saat tau kita punya jadwal di sana." Meian memasukkan bajunya ke dalam loker lalu mengunci loker tersebut.

"Apa gunanya, sekarang aku tau dan pusing memikirkan kemana aku harus pergi agar dapat menemui [name] nanti."



Hal mengejutkan terjadi.

Saat para anggota tim inti sampai ke Bandara, mereka langsung bertemu dengan manajer utama mereka yang sudah izin selama dua minggu lamanya.

Seperti biasa, para trio hebohlah yang lebih dulu menyapa [name].

"[NAME]-SAAAAN!!!" teriak Hinata, sempat menarik perhatian orang-orang.

Penjagaan kepada seluruh anggota pun diperketat karena orang-orang mulai ramai menyerbu mereka. Hinata dan Bokuto pun dicegah untuk tidak berlari menghampiri [name] terlebih dahulu.

Manajer sementara memberi perintah untuk menemui [name] nanti saja, menyuruh para anggota untuk segera bergegas agar para fans yang berada di bandara tidak menghambat jadwal mereka.

Meian paham Shion sangat ingin membicarakan sesuatu dengan [name], dia pun meminta izin dari manajer untuk membiarkan Shion berbicara sebentar.

"WAN-SAN DIIZINKAN! TIDAK ADIL!" oceh Hinata.

"BENAR, ITU BENAR. TIDAK ADIL!" Bokuto ikut membuat manajer sementara mereka itu pusing.

Kembali kepada Shion yang sudah berada tepat di depan [name], masih diam memandang rambut [name] yang dipotong sebahu.

"Membuang kesialan?" tanya Shion.

[Name] menunduk malu, hampir menangis namun ditahan secara paksa. Memorinya terulang dengan sendirinya, mengingat kejadian pahit yang terjadi di Korea selama dua minggu ini.

[Name] membungkukkan tubuhnya. "Shion-san, maafkan aku untuk kejadian pada hari itu."

Shion merasa tidak enak, meminta [name] untuk tidak meminta maaf seperti itu. "Lupakan, aku tidak peduli tentang itu. Bagaimana keadaanmu selama ini [name]?"

Hendak [name] membuka bibirnya untuk menjawab pertanyaan Shion, namun sudah terdengar teriakan dari Thomas, memanggil Shion untuk segera kembali.

[Name] menggeleng pelan. "Mari bertemu lagi nanti, hati-hati diperjalanan Shion-san."

Dengan berat hati Shion melangkah kembali, sempat menoleh ke arah [name]. Melihat [name] melambaikan tangan dengan ekspresi senyum terpaksa.

"Ku harap itu tidak separah yang ku pikirkan."




Koi no yokan - Inunaki Shion.
Bagian 4 : Baik-baik untuk dirimu, yang sedang berada di Korea.

Koi No Yokan • Inunaki Shion •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang