Pelukan

624 46 28
                                    


"Apa gunanya logika jika kamu tidak bisa memahami ku.Apa gunanya perasaan jika kamu selalu egois."

****

Bima membuka pintu gudang. Dia pulang 2 jam lebih awal dari biasanya. Keadaan rumah kosong, entah dimana istri dan anaknya. Dia tak memikirkan hal itu. Dia masih mencari informasi tentang almarhumah mantan istrinya--Amelia--.

Satu bulan akhir, dia sering pulang dari kantor lebih awal. Dia ingin membuktikan bahwa semua tuduhan di masa lalu adalah salah.

Bima membuka lemari yang tak dikunci. Masih ada banyak baju milik alm. mantan istrinya itu, karena dulu, sewaktu cerai ibunya tidak membiarkan Amelia membawa sepeserpun harta miliknya, sangat kejam.

Bima membuka laci lemari itu. Jantungnya berdetak cepat, tidak ada. Buku bersampul biru itu tidak ada di tempatnya. Siapa yang berani mengambil? Siapa yang lancang memasuki ruangan istri ku? Pikirnya bingung.

Dia mencoba mencari ulang. Namun hasilnya tetap sama. Buku itu telah hilang. Padahal, dengan buku itu dia bisa tahu lebih tentang Amelia. Dia menyesal, kenapa tidak dari dulu saja dia membaca buku itu.

Bima menendang lemari itu kesal. Nafasnya cepat. Dia marah.

"Siapa yang berani masuk tempat ini!" ucapnya kasar.

Percuma marah marah, itu nggak akan menghasilkan apa apa. Pikir Bima. Dia kembali mencari sesuatu yang bisa bermanfaat untuk dirinya melakukan penelitian.

Dia menggeser lemari, namun tak ada yang ia dapatkan. Di situ hanya ada rumah laba laba yang telah mati. Masih tak mau menyerah,dia mengambil kursi dan mengecek di atas lemari. Sama saja.

Bima menghela nafas. Meskipun mantan istrinya sudah meninggal, cinta yang dia punya masih ada. Kenangan indah masih tersimpan rapi di pikirannya. Berpisah dengannya adalah mimpi buruk. Namun, karena keadaan yang memaksa dia harus berpisah.

Bima keluar dari gudang itu. Dia menatap ruangan itu. Sangat sepi. Untuk apa rumah besar jika selalu sepi, kurang harmonis, dan, sering terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil.

Dia melirik ke pergelangan tangannya. Jam itu menunjukkan pukul 2.35 PM. Satu jam lagi, anaknya akan pulang. Dia pula bergegas keluar rumah dan mengendarai mobilnya.

"Aku kangen dengan Yaya, mungkin saat aku sampai sana Yaya sudah pulang," batin Bima. Dia tersenyum saat menatap foto cantik milik anaknya.

****

20 menit berlalu, Bima duduk di depan teras rumah Om Gempa. Mungkin sebentar lagi anaknya akan pulang.

Dan benar saja, 5 menit kemudian Ice dan Yaya pulang. Senyum Bima mengembang. Sudah berapa lama dia tidak menjenguk anaknya.

"Yaya!!!" panggil Bima.

Ice dan Yaya menatap sumber suara. Ice tidak tau siapa lelaki itu sedangkan Yaya, gadis itu tersenyum senang.

"Ayo cepet Ice!!" kata Yaya sambil menepuk pundak Ice.

"Ck!! Sabar, bentar lagi juga nyampe Ya," kata Ice.

Ice memakirkan sepeda motornya, Yaya sudah lari menghampiri laki laki itu dan memeluknya. Ice tersenyum kecil, dia berjalan mendekati kedua orang itu. Dia berjabat tangan dengan Bima.

Hei, Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang