Satu hal yang tidak pernah kukatakan kepadamu. Tidak ada yang sekejam kamu perihal meninggalkan, namun hanya kamu satu-satunya pria yang kuharapkan. Sebagai seseorang yang pernah berhasil kau luluhkan hatinya, aku hanya ingin kembali mengenangmu setelah sekian lama. Bagiku, dahulu kamu adalah segala hal yang ingin kutuju. Dahulu, kamu adalah mimpi yang ingin ku hampiri setiap hari. Dahulu, kamu adalah hati yang ingin kusinggahi.
Kini, waktu begitu kejam menghukumku, dengan teganya menjauhkanku dari sosokmu. Ia menggelapkan mataku dengan bayang-bayang semu, kemudian setelah semuanya berlalu ia kembali menyiksaku dengan bayang-bayangmu yang melintasi pikiranku sepanjang waktu.
Sadarku mungkin terlambat. Sebab, kamu berhasil mendekap rumah baru setelah kepergianku. Dengan sekejap waktu kamu bisa menemukan orang baru sebagai penghuni hatimu. Seolah kamu adalah orang yang mudah jatuh cinta, lalu meninggalkan luka seenak hatimu saja.
Kamu seolah tidak peduli, apakah hati yang kamu patahkan mampu untuk jatuh cinta lagi. Kamu tidak peduli, ketika seseorang yang pernah kamu perjuangkan bahkan tidak mampu melangkah kembali. Kamu tidak peduli, bahwa seseorang yang pernah kamu cintai tidak mampu menemukan alasan untuk hidup---lagi.
Kalau sudah begini, aku sungguh ingin menjadi kamu. Kemanapun kamu mau, berkelana menapaki luka-luka tanpa sedikitpun merasa berdosa. Memporak-porandakan rasa tanpa sedikitpun penyesalan setelahnya.
Namun, sampai kapanpun aku akan tetap menjadi aku. Seseorang yang terlanjur jatuh hati kepadamu. Seseorang yang betah berlama-lama berjalan tertatih diatas luka-luka yang masih menganga. Seseorang yang masih gagal mengikhlaskan apa yang seharusnya dilepaskan.
Barangkali benar apa yang dikatakan orang-orang, bahwa cinta akan terasa saat semuanya sudah tiada.
[ Nun, 31/12/2020 ]
