"Mulai detik ini aku akan merubah mindset ku, bukan aku yang menyesal kehilanganmu, tapi kamu yang menyesal kehilangan orang sesabar aku:)"
Kini Gavin sedang memasuki ruangan serba putih yang berbau obat-obatan, ia kaget bahkan sangat kaget ketika ia di kabarkan bahwa kekasihnya kecelakaan.
Kini ia hanya di temani oleh alat pendeteksi jantung. Ia berharap semoga kekasihnya sadar, dan tersenyumlah kembali. Gavin merasa bersalah, karena ia telah gagal melindungi Salsa.
Flashback
"Akhirnya kamu datang juga Gav." Ucap Rina bunda Jihan, dengan senyum di bibirnya.
"Iya tante, Jihan nya mana ya tante?"
"Oh itu kamu masuk aja, tante mau makan siang dulu ya di kantin rumah sakit."
"Iya tante."
Gavin melangkah memasuki ruangan dimana di dalamnya terdapat seorang gadis dengan wajah pucatnya. Namun entah mengapa kali ini hati dan otaknya tidak searah, hatinya merasa tidak enak karena memikirkan kejadian yang membuatnya meninggalkan Salsa di pinggir jalan.
Ia duduk di kursi samping tempat tidur Jihan, ia memandangi wajah pucat Jihan yang terlihat damai. Mata hitam pekat yang terpejam, bulu mata yang lentik, pipi yang tirus dan bibir tipis yang pucat.
Pikirannya mulai melayang ketika, ia melihat jendela yang mulai basah karena hujan. Gavin berfikir apakah ia terlalu jahat? Hingga kekasihnya di tinggal di pinggir jalan, apalagi sekarang hujan sudah mengguyur membasahi jalan. Ia terlalu jahat untuk wanita seperti Salsa yang baik dan penyabar, namun bukan tanpa sebab ia lebih memilih Jihan di banding Salsa, ini karena kesalahannya di masa lalu yang membuat ia harus menjaga Jihan.
Ia terhenyak dari lamunannya ketika ia merasakan ada tangan mungil yang mengelus tangannya.
Dengan lekat ia memandang wajah sayu Jihan. "Kamu udah bangun?"tanya Gavin.
"Aku gapapa hehe." Ucap Jihan sambil terkekeh. "Kamu lagi ko melamun?, Mikirin Salsa ya?"setelah mengucapkan kalimatnya, raut wajah Jihan berubah menjadi sedih dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Dengan cepat Gavin menggeleng sebagai bentuk jawaban. "Enggak kok." Balas Gavin berusaha meyakinkan Jihan.
"Beneran?" kata Jihan dengan binar di matanya.
"Iya." Tegas Gavin, namun tak bisa di pungkiri jauh di lubuk hatinya ia khawatir dengan kekasihnya Salsa.
"Kirain aku kamu mikirin Salsa yang centil itu!, Yang udah berani rebut ka-" ucapan Jihan terpotong ketika Gavin memanggil namanya dengan lengkap.
"Jihana Gizela Berlania." Tegas Gavin.
Mata Jihan mulai berkaca-kaca kembali namun na'as Gavin hanya mendiamkannya. Membuat ia tunduk karena merasa di hiraukan oleh Gavin.
Namun perhatian Gavin teralihkan ketika ponselnya bersuara.
"Kenapa?"
"...."
"Salsa?"
"...."
"Oke gue kesana sekarang, makasih infonya."
Sambungan terputus sepihak. Gavin menoleh ke arah Jihan yang masih menunduk. Gavin berlalu menghiraukan panggilan dari Jihan.
Jihan yang merasa di abaikan oleh Gavin hanya karena Salsa, membuat ia semakin benci kepada Salsa. Jihan memandang punggung tegap Gavin yang mulai menghilang di balik tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betwen Be Loved
Teen Fiction"Lo siapa sih?! ganggu gue terus!"Sarkas Salsa. "Gue pacar lo SAL!" Jawab Gavin yang tersulut emosi. "Gue mohon berusaha inget gue, jangan gara gara tabrakan hari itu lo jadi lupa gue." dengan menatap mata Salsa, Salsa merasakan perubahan ketika mat...