Happy Reading 🦋❤️Salsa melangkah dengan gontai menuju kelasnya. Kaki kecilnya melangkah melewati kelas-kelas yang sudah banyak berpenghuni. Jarum jam sudah menunjukkan angka enam lewat empat puluh lima menit. Matahari pun sudah menunjukkan diri di ujung sana, masuk ke dalam ruang kelas melalui celah-celah jendela.
Hari ini Salsa sekolah diantar oleh mang Asep supir pribadinya. Gavin memberi kabar bahwa laki-laki itu tidak bisa menjemput Salsa karena ingin berangkat dengan Jihan.
Salsa ikut memperhatikan parkiran, saat suara gaduh anak-anak yang bergosip di koridor kelas mengatakan bahwa Gavin sudab datang bersama Jihan. Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih dan Salsa tidak mennetang itu, karna benar adanya.
Pandangan Salsa yang awalnya sendu berubah menjadi pelototan karena merasakan tangan lain melingkar di pundaknya. Sontak Salsa langsung memalingkan wajahnya ke samping yang mana langsung bertatapan dengan Velyn yang sedang cengengesan.
"Ngagetin aja."sentak Salsa sembari melepaskan rangkulan Velyn.
Velyn mendengus kesal. "Sarapan pagi ini pake air mata ya?, pantes mukanya sedih gitu?"
"Gak jelas" ucap Salsa sembari melanjutkan langkahnya."Gimana sama ka Calvan?" sambungnya.
"Enggak gimana-gimana, di tanggepin aja nggak."
"Beneran?, nggak pernah di respon?" tanya Salsa.
"Seperlunya doang." Velyn menghela nafas."Masa gue chat panjang lebar di balesnya cuman oh, ya, ok, gak, kan garing!" seru Velyn.
"Kurang usaha sihh"
🦋✨
Suara gaduh terdengar saat ketua kelas XI.IPA 1 membawa info bahwa guru yang mengajar saat ini tidak bisa masuk. Anak-anak yang awalnya duduk di kursi masing-masing, kini sudah bertukar tempat duduk.
Tepukan di pundaknya, membuat Gavin menoleh kan kepalanya kesamping. Satu alisnya terangkat menatap Kevan bingung.
"Lo tadi berangkat sekolah bareng Jihan?" tanya kevan memelankan suaranya.
Pertanyaan dari Kevan, membuat Gavin mengangguk.
"Cewek lo gak marah?"
Gavin mengangkat bahu acuh."Nggak kayanya."
"Lo nggak nanya?" Gavin hanya menggeleng, sembari menatap Kevan lekat."Kenapa lo peduli banget lo suka sama Salsa?" menatap kevan curiga.
Kevan spontan menggeplak kepala Gavin pelan."Eits... Sembarangan lo!"ucapnya ngegas.
Gavin mengangkat bahunya acuh."Keliatannya dia baik-baik aja."ucapnya kembali ke topik pembicaraan.
"Mungkin luarnya keliatan baik-baik aja vin, tapi isi hatinya apa lo tau?" Fabian yang menjadi pendengar akhirnya membuka suara.
"Lo suka sama Jihan vin?"pertanyaan dari Calvan mampu membuat Gavin diam. Otaknya berfikir mencari jawaban dari pertanyaan barusan.
"Nggak mungkinlah! Mereka itu sahabatan mustahil kalo Gavin punya perasaan sama Jihan." Kevan menggebrak meja kuat, membuat seisi kelas langsung memperhatikan laki-laki itu namun tidak dihiraukan olehnya.
"Gue gak tau." Jawab Gavin.
Sementara itu, di jam yang sama tapi beda tempat, Salsa memegang pulpenya dengan mata yang lurus kedepan. Angin yang berhembus di jendela kelas membuat anak rambut yang terbebas dari kuncirannya ikut berterbangan, sedikit menghalau penglihatannya. Sinar matahari yang menembus melalui jendela membuat Salsa mengerutkan alisnya.
Tepukan di bahunya membuat ia berjengkit kaget. Memegang dadanya sebagai bentuk refleks. Pandangannya memandang Velyn dengan pandangan yang awalnya sayu berubah melotot.
"Kenapa?!" tanyanya kesal.
"Gue perhatiin dari tadi, lo murung terus, kenapa? Ada masalah?"
Ternyata Velyn seperhatian itu. Ia sampai memperhatikan gerak-gerik yang di lakukan Salsa tanpa gadis itu sadari.
Menggeleng pelan, dengan mimik wajah yang ia usahakan senormal mungkin, Salsa menjawab."Gapapa ko."
"Gara-gara kak Gavin tadi pagi?" Salsa menggeleng kuat menanggapi pertanyaan dari Velyn barusan.
"Terus kenapa?!" Terkadang inilah yang membuat kedua temannya geram, selalu berpura-pura bahagia padahal tidak.
"Sal... Gue sahabat lo, tapi giliran lo ada masalah lo gak mau cerita, berasa gak guna banget gue jadi sahabat." Ujar Velyn.
Terkadang, seseorang memang harus ditampar dulu baru bisa menyadari kesalahannya.
"Lo kenapa gini?" tanya Salsa. Ia bergerak gelisah, takut salah melangkah sahabatnya menjauh.
"Harusnya gue yang nanya Sal, kita kenal bukan satu hari, dua hari Sal tapi udah lama!" Suara Velyn naik oktaf.
Salsa menghela nafas pelan, kemudian menunduk. "Ayah sama bunda bakal cerai."ujarnya.
"WHAT THE-" Teriakan yang menggema membuat seisi kelas menatap mereka berdua, sementara yang ditatap malah cengengesan sembari mengucapkan maaf berkali-kali.
"Kenapa bisa, Sal?" Tanya Velyn.
"Ayah selingkuh." Sembari mengangkat kepalanya, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Memangnya, anak mana? Yang mau melihat orang tuanya pisah? Setegar-tegarnya anak, pasti rapuh jika sudah menyangkut orang tua.
"Om Atma ko gitu?" tanya Velyn pelan.
"Gue juga gak nyangka ini bakal terjadi, padahal Gue udah bahagia hidup di keluarga ini, walau ayah sama bunda jarang pulang, gue mau ngelarang tapi gak bisa..." Sebutir air bening lolos dari pelupuk mata Salsa. Ia mengusap air matanya kasar."Gue gak mau mereka pisah Vel "
Tubuh Salsa tiba-tiba ditarik kedalam pelukan hangat Velyn. Kedua tanganya mengusap punggung Salsa halus."Lo yang kuat ya Sal, nggak selamanya hidup bahagia terus, begitupun sebaliknya. Intinya anggap aja kesedihan yang kita hadapi itu adalah kebahagiaan yang sedang di bentuk."
Velyn melepaskan pelukannya, menatap lekat wajah Salsa ibu jarinya terulur menghapus air mata Salsa dengan halus."Lo harus kuat ingat di luar sana banyak yang lebih sedih dari lo."ucapnya sambil tersenyum tulus.
Jejak air mata di pipinya pun perlahan menghilang. Apalagi yang membahagiakan selain teman yang baik dan pengertian.
***
Gavin👑
Sal?
Knp Gav?
Maaf y aku gak bisa anter kamu.
Aku harus anter Jihan.Iya gpp
Hati-hati Gavin.Setelah menutup ponselnya Salsa beranjak meninggalkan kelas. Ia menumpukan tanganya pada balkon. Ia menatap lalu lalang siswa sekolahnya. Sekolah masih ramai di jam-jam seperti ini, maka dari itu Salsa memilih pulang belakangan karena malas berdesak-desakan.
Mata Salsa tak sengaja menatap siluet Gavin yang berjalan sambil merangkul bahu Jihan.
"Gavin." Ucapnya lirih.
Saat tengah sibuk dengan pikirannya, Velyn menepuk pelan pundak Salsa. Salsa berbalik."Belum pulang?"
"Belum abis dari toilet, lo sendiri?"
"Nunggu sepi."
Velyn mengangguk, ia melambaikan tanganya."Gue duluan yaa."
"Iyaa."
Salsa kembali melanjutkan aktivitasnya. Setelah merasa sekolah sepi Salsa menuju gerbang, terlihat supirnya menunggu disana, lalu pulang menuju rumahnya.
Saat sampai seperti biasa rumahnya besar namun sepi. Salsa, Melangkah masuk agar segera memasuki kamarnya. Namun saat diruang tamu, panggilan seseorang membuat nafasnya tercekat.
"Ayah?" lirihnya.
Tekan bintang ⭐
Jgn lupa komen🤝
KAMU SEDANG MEMBACA
Betwen Be Loved
Jugendliteratur"Lo siapa sih?! ganggu gue terus!"Sarkas Salsa. "Gue pacar lo SAL!" Jawab Gavin yang tersulut emosi. "Gue mohon berusaha inget gue, jangan gara gara tabrakan hari itu lo jadi lupa gue." dengan menatap mata Salsa, Salsa merasakan perubahan ketika mat...