17

2.6K 217 38
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ketika kesadarannya kembali, Minju berada di ruangan putih itu, dan dia memejamkan matanya lagi, tak pernah sebelumnya dia merasa begitu bersyukur berada di ruangan ini.

Kengerian masih merayapinya, membayangkan pisau yang berkelebatan di mukanya, di tubuhnya, di lengannya....

Aduh!

Minju merasa nyeri yang amat sangat dan menoleh ke arah lengannya, lengannya itu sudah dibalut perban yang amat tebal, nyerinya masih terasa tetapi lebih karena trauma mendalam Minju akibat pengalaman buruknya itu.

Minju terduduk, Yujin telah menyelamatkannya, sekali lagi.

Kenapa lelaki itu menyelamatkannya?

Apakah benar karena dia dianggap sebagai pelacur istimewa Yujin?

Karena dia melayani Yujin dengan tubuhnya?

Dengan pucat Minju memalingkan mukanya, merasa dirinya begitu rendah.

Lelaki itu menyelamatkannya.

Minju memejamkan matanya, membayangkan bagaimana Yujin, menghalangi pisau yang hendak menikamnya dengan tangannya.

Minju masih ingat darah yang mengalir itu, dan mau tidak mau Minju menyadari kalau dihitung-hitung sudah beberapa kali dia diselamatkan oleh Yujin.

Kenapa lelaki itu menyelamatkannya?

Itu adalah pertanyaan yang tak bisa dijawabnya.

Bertahun-tahun Minju menumbuhkan kebencian di hatinya, memupuk rasa dendam yang mendalam, dengan pengetahuan bahwa Yujin yang jahat telah menghancurkan keluarganya.

Yah, Yujin memang jahat. Tetapi selain mengurung Minju, dia memperlakukan Minju dengan baik....

Apakah dia memang menganggap Minju sebagai kekasihnya?

Pipi Minju memerah membayangkan itu semua.

Apakah semua kebaikan Yujin murni disebabkan karena dorongan gairah?

Seharusnya Minju merasa terhina, tetapi tidak, perasaannya terasa hangat tanpa dia mau. Dia tidak boleh merasa seperti ini. Kebenciannya adalah satu-satunya senjata menghadapi lelaki itu... Kalau sampai Minju merasakan perasaan lebih kepada Yujin... Minju menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir perasaan yang menggayutinya.

Dengan gemetar dia meraba lengannya yang di perban, dan menangis. Seluruh kehidupannya berubah hanya dalam waktu singkat, seluruh rencana yang dibuatnya matang-matang telah hancur, dan dia sekarang terpuruk di sini. Kembali dalam cengkeraman lelaki iblis itu, dan bahkan sekarang berutang nyawa kepadanya.

“Jangan menangis”.

Minju terlonjak ketika suara itu terdengar di dekatnya, dengan ketakutan dia menoleh dan mendapati Yujin di sana, duduk di sofa tak jauh dari ranjang dan mengamatinya.

Dengan kasar Minju menghapus air matanya dan menatap Yujin marah, “Semua ini gara-gara kau!,” serunya menuduh,

“Kalau kau tidak melibatkanku dalam kehidupanmu yang penuh musuh itu, aku tidak akan mengalami ini!”

“Dan kalau kau tidak gampang tertipu oleh bujuk rayu dokter yang selalu tersenyum itu, kau tidak akan diculik dengan mudah,” sela Yujin tajam.

“Aku hanya ingin lepas darimu, kenapa kau tidak melepaskan aku?,” kali ini Minju berteriak penuh frustrasi.

“Aku mohon aku sudah muak berada di sini… aku…”

“Tidakkah engkau bahagia di sini Minju?,” Yujin mendekat ke ranjang dan menyentuh dagu Minju dengan jemarinya.

Sleep With The Devil [JINJOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang