8

3.5K 231 11
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah hampir dua minggu Minju dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Minju dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Yujin.

Minju sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Yujin tidak pernah mengunjungi Minju lagi.

Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Minju mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya.

Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Yujin tidak melepaskannya?

Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Minju berniat membunuhnya, jadi dia menawan Minju di sini karena menganggap Minju ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Yujin tidak membunuhnya sekalian?

Beberapa lama terpaku di jendela, Minju menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Yujin yang biasanya lengang.

Sehari-hari pemandangan yang didapat Minju hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Yujin dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah. Kali ini Minju melihat ada mobil bunga dan mobil katering.

Apakah Yujin akan mengadakan pesta?

Kalau iya, mungkin saja kesempatan Minju untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih membuka. Minju bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Hyewon yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya – tentu saja di bawah pengawasan Hyewon.

Minju tidak pernah berinteraksi dengan Hyewon lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara.

Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Minju terlalu besar. Karena dialah Hyewon dihajar oleh Yujin, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Hyewon dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Hyewon, Minju disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Yujin mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Minju lolos.

Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?

Minju memang tidak kenal dengan Hyewon, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya....

“Minju,” Itu suara Yujin.

Minju terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Yujinlah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Minju yang sedang melamun sambil memandang Minju yang sedang menatap ke luar jendela.

Otomatis Minju mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Yujin yang berkuasa memenuhi ruangan.

Yujin melirik tangan Minju yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Minju baru menyadari ada orang lain di belakang Yujin, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.

Sleep With The Devil [JINJOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang