Chapter 5 - Mala Petaka

2.8K 711 68
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dominic mengusap sepatunya dengan tisu basah. Berusaha membersihkan noda di ujung sepatu kanannya. Sepertinya hari ini benar-benar bukan hari baik bagi Dominic. Tadi pagi sebelum berangkat ke kampus, motornya mendadak mogok di pertengahan jalan. Akibatnya, Dominic harus terlambat masuk kelas Pak Haru.

Pak Haru adalah dosen Hukum Pertanahan yang terkenal sangat disiplin. Jika mahasiswa terlambat lima menit saja, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran lantaran Pak Haru sudah mengunci pintu kelas dan tidak membiarkan siapa pun masuk. Alhasil, Dominic terpaksa harus merelakan kelasnya karena terlanjur terkunci di depan kelas.

Kesialan yang terjadi padanya tidak berhenti di situ. Saat Dominic baru saja keluar dari perpustakaan, diperjalanan dia bertemu dengan seorang cewek berkepala batu yang dia kenali sebagai teman Chandra.

Cewek itulah yang meninggalkan noda kotor di sepatu putihnya. Padahal baru kemarin diambil dari laundry. Belum ada beberapa jam dipakai, sepatunya sudah kotor lagi. Parahnya, dia bahkan tidak mendapatkan permintaan maaf.

"Kayaknya bakalan susah hilang kalau cuma dilap pake tisu gitu doang, Bang." Jeno ikut menunduk memperhatikan sepatu Dominic.

Rendi mencabut selembar tisu basah yang keempat, memberikannya pada Dominic. "Mana ada bekas lumpurnya lagi. Yang nginjak kayaknya jarang cuci sepatu."

Dominic menghela napas panjang. "Bukan kayaknya lagi. Sekali lihat aja gue udah yakin banget orangnya serampangan."

"Siapa yang serampangan?" tanya Chandra yang tiba-tiba muncul dari pintu kantin bersama Markus, Johnatan dan Veronica.

Melihat wajah Chandra, tiba-tiba emosi Dominic naik lagi.

"Anjing."

Ucapan Dominic membuat Chandra refleks termundur. Sedangkan Johnatan, Jeno, Markus, dan Rendi serempak menoleh kaget.

"Loh, kok ngamuk?" Veronica menarik kursi di samping Dominic. "Santai bos."

Chandra diam-diam berjalan menjauh dari Dominic, menghampiri Jeno dan Rendi. Perlahan berbisik, "Bang Dominic lagi kesel sama gue?"

"Enggak kayaknya," Rendi mengedikkan bahu. "Sebelum lo dateng mood-nya udah enggak bagus."

"Tapi tadi Bang Do masih kalem-kalem aja sebelum lo dateng, Chan." Kompor Jeno.

Chandra yang baru saja menghela napas lega kembali bungkam usai mendengar ucapan Jeno.

Markus—yang diam-diam mendengarkan percakapan antara Jeno, Rendi, dan Chandra—mengunggingkan senyuman geli, dengan akrab merangkul pundak Chandra yang terlihat pucat.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang