Ekstra Chapter 1.1

3.2K 585 554
                                    

—Badminton Court, Kampus II Universitas Pemuda Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Badminton Court, Kampus II Universitas Pemuda Indonesia.


Akhir pekan ini Dominic, Theo, Jaeffry, Johnatan, Juan, Tama, Yudha, dan Veronica mengunjungi kampus dua untuk bermain badminton. Kegiatan yang sering mereka lakukan saat masih awal kuliah dulu. Setelah memasuki semester tua, mereka mulai kualahan meluangkan waktu karena tugas yang semakin menumpuk.

Saat mendengar kabar Dominic akan bermain badminton, Nabilla memaksa ingin ikut. Kapan lagi dia bisa menonton pacarnya bermain badminton. Hari-hari biasanya Nabilla hanya bisa melihat sisi serius Dominic.

Benar kata teman-temannya, kekasihnya ini memang bucin sekali dengan buku dan Kitab Undang-Undang. Makanya, saat mendengar Dominic akan bermain badminton, halusinasinya melayang tinggi. Nabilla tidak sanggup membayangkan penampilan Dominic dengan rambut sedikit berantakan dan kening sedikit basah karena keringat. Pasti cowok itu akan terlihat sangat tampan.

Sejak dulu Nabilla selalu iri jika melihat teman-teman perempuannya pergi menemani pasangannya bermain futsal. Nabilla juga ingin seperti mereka. Masalahnya dulu dia masih jomlo. Kalau sekarang, kan, dia sudah resmi menjadi pacar orang. Walau sebenarnya sifat pacarnya lebih mirip Yeti daripada manusia.

Bahkan kemarin saat Nabilla meminta ingin ikut menemani Dominic bermain badminton akhir pekan ini, cowok itu menjawab, 'Boleh ikut tapi syaratnya harus main juga. Kalau cuma nonton mending rebahan aja di kos. Jangan ganggu.'

Kebanyakan cowok senang kalau pacarnya mau menemaninya olahraga. Bahkan tak jarang ada yang sampai merayu pacarnya agar bersedia menontonnya bertanding. Seharusnya Dominic bersyukur memiliki pacar perhatian seperti Nabilla. Bukannya terima kasih, Nabilla malah dituduh pengganggu.

Memangnya Nabilla akan serusuh apa, sih?

Nabilla masih ingat seberapa menyebalkannya ekspresi Dominic saat mengucapkannya. Ingin marah tapi dia ingat pacarnya memang memiliki mulut setajam silet. Alhasil terpaksa Nabilla ikut bermain badminton. Padahal dia sangat tidak pandai olahraga di bidang itu.

"Gila rame banget."

Nabilla refleks menoleh ke arah Fani yang berjalan di sampingnya. Jangan tanya kenapa Fani bisa ikut bersamanya hari ini. Jawabannya tentu saja karena Nabilla yang memaksa teman kos-kosannya itu untuk menemaninya.

"Ini hitungannya masih sepi. Dulu lebih rame lagi. Bahkan kalau mau main aja harus atur waktu ganti-gantian," jelas Veronica.

"Mereka semua anggota ekstrakurikuler badminton?" Tanya Nabilla.

Veronica menggeleng. "Enggak semua, kok. Tapi kebanyakan dari Fakultas Ekonomi."

"Lapangannya di kampus mereka, sih. Jadi deket kalau mau main," kata Fani.

Perhatian Nabilla teralihkan saat melihat segerombolan mahasiswa—yang tadinya sedang duduk di pinggir lapangan—langsung menyambut akrab Dominic dan teman-temannya.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang