Kedatanganmu ke rumah kecilku tidak akan merubah keputusanku. Semua masih sama seperti sepuluh tahun lalu ketika kamu mendatangiku di warung samping kecamatan dan menyodorkan anggur gepengan dengan harapan agar kehangatannya dapat melemaskan keteguhanku. Memang kantor kecamatan sekarang telah dipindah dan aroma anggurnya telah menguap, tetapi keputusanku sebagai seorang lelaki tetap tidak berubah. Bukankah seorang lelaki harus selalu memegang kata-katanya?
Kamu terus memaksaku untuk bergabung. Katamu "Seorang lelaki harus mengambil jalan perjuangannya." Akupun sepaham denganmu. Kesepahamanku itu tertuang jelas pada jawabanku, "Aku tidak akan mengkhianati jalan yang kita pilih bersama. "Ketika aku melihat keraguan mulai tampak dari sorot matamu, akupun kembali meyakinkanmu," Kita sering turun ke jalan bersama. Mendekam dibalik jeruji dan menjadi terdakwa penyulut kerusuhan. Itulah jalan perjuangan yang pernah kita ambil kawan."
Kita sama-sama dibesarkan di lingkungan pejuang. Kepribadian kita sebagai pejuang telah ditempa sejak masih belia ketika kita masih bersama keluarga. Sebagai anak dari tokoh masyarakat, tentu kamu memahami dengan jelas apa yang aku maksudkan. Tiap hari orang tua kita memberi teladan agar selalu mendahulukan kepentingan masyarakat katimbang pribadi. Aku rasa itulah pendidikan paling pokok atas peran individu dalam masyarakat yang menjadi pondasi perjuangan kita.
Waktu SMA kita juga berusaha tumbuh layaknya pejuang. Mengkritik sesuatu yang tidak patut dan membenarkan sesuatu yang salah. Membaca buku-buku filsafat layaknya para pemikir. Menonton film-film para aktivis yang mimiliki jalan berbeda dari lingkungannya.
Kamu tentu ingat momen-momen saat pertama kalinya kita menonton Schindler's List di ruang Osis. Kita bertiga berpura-pura mengerjakan proposal untuk mendapatkan waktu khusus memakai komputer Osis. Tepat ketika tengah malam ketika tukang kebun sekolah tertidur lelap, Said tersenyum sambil menyodorkan sebuah kaset CD. "Kaset apa ini Id? Kenapa harus menontonnya semalam ini?" Tanyamu penasaran.
"Film Bokep. Aku mendapat hadiah dari kakak sepupuku yang kuliah di kota." Said tersenyum.
Aku segera mengambil kaset itu dengan harapan isinya sesuai. Hanya saja, ternyata isinya berbeda. Film mengenai Perang Dunia II itu terasa menyiksa pikiranku. Bahkan momen ketika adegan-adegan erotis dipertontonkanpun terasa tidak menarik. Pikiranku terfokus pada sosok anggota Nazi yang mencoba menyelamatkan orang Yahudi dengan mendirikan sebuah perusahaan. Aku masih mengingat jelas ekspresi wajahmu yang terkagum-kagum menyaksikan kebaikan Liam Neeson, yang memerankan Oskar Schindler.
Kembali pada dua minggu lalu saat kamu berkunjung ke rumahku. Kamu mengangkat cangkir kopi yang telah dihidangkan oleh istriku dengan mata penuh kekhawatiran. Aku tahu kekawatiranmu tentang kematian yang mungkin saja menghampirimu seperti Said. Mungkin kamu takut rasa dendamku masih tersimpan rapih di dalam benakku. Maka aku yakinkan dirimu bahwa aku tidak mengamatimu ekspresi wajahnu dengan mengalihkannya pada topik utama kita. Akupun bilang bahwa permohonanmu akan dipertimbangkan, barulah kamu minum kopi itu. "Maaf, aku orang yang harus mendapatkan jawaban sebelum memakan atau meminum sajian yang diberikan tuan rumah." Katamu tertawa.
Said memang teman terbaik kita. Berkat dia nama kita dikenal oleh seluruh sekolah. Dia selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya, yang memudahkannya untuk bergaul dengan siapapun yang dia inginkan. Namanya begitu cepat terkenal di manapun kita berada.
"Aku tidak ingin seperti Said," Terangmu kepadaku. Kamu angkat kaki kananmu dan melipatnya di atas kaki kirimu. "Bukankah kamu ingin melanjutkan semua perjuangan Said?" Bisikmu menggoda.
Aku selalu tertarik untuk meneruskan perjuangan Said. Menjadi pembela utama atas permasalahan yang tidak banyak dilirik orang. Aku sangat terobsesi dengan keagungan tindakan nyata untuk perubahan dunia. Kamu pun tahu aku rela mati seperti Marielle Franco untuk mencapainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kata
Bí ẩn / Giật gânKumpulan dari beberapa cerita pendek dengan judul yang terdiri dari Satu Kata. Tiada kesamaan selain judulnya.