Aku bertugas di Tower A bersama dengan dua orang sahabatku Ujang dan Asep. Kami bertempat di sebuah ruang pengendali yang di dalamnya terdapat delapan buah monitor yang disusun melingkari tempat duduk kami. Monitor itu menampilkan 85 gambar yang dihasilkan oleh kamera pengawas yang terpasang di seluruh titik penting tower A.
Aku rasa pada tanggal 26 Desember 2020 lalu, tidak ada yang berjalan diluar standar operasional kami. Kecuali saat pukul 21:00, di mana Arianto bersama teman-temannya sedang merayakan ulang tahunnya di kamar 618. Mereka terdengat memutarkan lagu milik the Maccabees yang berjudul Farewell to the Fair Ground, yang terdengar olehku saat berjalan memeriksa kembali kerusakan kamera di sudut lorong dekat pintu kamar mereka. Terdengar pula olehku mereka saling tertawa dan bersama-sama menyanyikan liriknya "There's no place like home".
Beberapa jam sebelumnya aku sempat menyaksikan Roro pulang bersama Ayahnya, Bahri. Mereka masuk melalui tangga di parkiran Basemen dan masuk ke lift di sisi kirinya. Mereka keluar di lantai 6 dan berhenti sebentar di depan pintu kamar Arianto yang terbuka untuk sekedar menyapa dan memberikan beberapa kado ulang tahun. Bahri menyerahkan sekantong plastik warna putih yang sepertinya berisi kudapan dan Roro memberikan sebuah kotak seukuran kotak sepatu kepada Arianto. Aku selalu menyaksikan adegan itu tiap tahun di tanggal 26 Desember dan biasanya akan berakhir dengan ciuman dan pelukan kecil dari mereka bertiga.
Sementara itu, Asep masih memeriksa dan mengidentifikasi penyebab kerusakan kamera 6.2 yang baru saja digantinya. Dia duduk di belakangku sambil membolak-baliknya. Aku melihat wajahnya yang kebingungan saat berulang kali memintaku untuk memeriksa rekaman dari kamera 6.1 yang berada tepat di depan lift. "Harusnya, orang yang merusak kamera ini dapat diketahui dari kamera lainnya." Gumamnya pelan dengan tangan yang terus bergetar.
Pesta itu berakhir pukul 23:00 sebagaimana arahan kami sebelumnya ketika Arianto meminta ijin keributan di lantai 6. Semua tercatat dalam jurnal harian yang selanjutnya disimpan oleh manajemen pengelola. Setelah pukul 23:00, Pesta mereka dilakukan secara tertutup di kamar 618, tiada musik dan teriakan ataupun tawa yang terdengar dari luar kamar. Semua berubah menjadi senyap. Aku sangat menyukai orang yang menghargai hak orang lain dan karenanya aku mendatangi mereka dan memberi mereka 4 bungkus martabak yang Ujang belikan dari penjual dekat lapangan sepak bola. "Selamat ulang tahun, terima kasih telah mentaati aturan yang berlaku. Ini sedikit cemilan dari kami para pengawas." Ucapku saat menyerahkannya pada Roro yang ternyata ikut bergabung dalam pesta itu. Aku sendiri tidak menyaksikan Roro keluar dari kamar keluarganya dan masuk ke kamar Arianto. Aku kemudian segera berjalan menuju ruanganku dan memutar kembali seluruh kamera yang ada di lorong lantai 6.
Malam itu sekitar pukul 00:10, aku melihat sepasang pemuda yang sedang memadu kasih di lorong lantai 8. Mereka tampak sangat antusias dengan satu sama lainnya. Mereka berpelukan dan kemudian saling berciuman. Aku biarkan mereka menyelesaikan urusannya. Aku alihkan pengawasanku ke tempat lain. Ujang datang menyodorkan segelas kopi dan kemudian dia bilang, "Roro dan Ari berpacaran?" Aku segera menatap matanya. Dia menggerakkan dagunya ke arah monitor. Aku lihat Arianto dan Roro berjalan beriringan memasuki lift lantai 8 dan keluar di lantai 6. Mereka berdua masuk ke kamar 618 dan kembali bergabung dengan teman mereka.
Sekitar pukul 1:00 malam Orang tua Arianto, Amar dan Siti datang. Mereka masuk melalui tangga dari parkiran lantai 1A. Keduanya kemudian masuk melewati lobi dan memasuki lift di seberangnya. Mereka keluar dari lift lantai 6 sebelah kiri, berjalan ke kamar keluarga Bahri dan menetap di sana. Setelahnya tidak ada yang keluar dari kamar itu sampai pagi menjemput.
Teman-teman Arianto pulang pukul 04:00 pagi tanggal 27 Desember 2020. Aku sempat menghitung jumlah mereka dari rekaman kamera 6.2 yang telah diperbaiki. Mereka berjumlah tujuh orang dengan komposisi tiga orang lelaki dan empat orang perempuan di luar Roro. Mereka turun melalui lift dan keluar di LG kemudian menuruni tangga menuju parkiran Basemen. Aku tidak memperhatikan mobil yang mereka naiki. Tetapi aku yakin masih ada rekaman yang tersimpan untuk jenis mobil yang mereka naiki saat keluar dari gedung. Aku masih bisa mengingat ekspresi tawa dan canda mereka ketika melewati lorong lantai 6 pagi itu yang tertangkap oleh kamera. Aku juga masih mengingat bagaimana Roro dan Arianto mengantarkan mereka dengan wajah yg tampak puas di depan pintu lift setelah memastikan teman-temannya bisa menekan tombol lantai dengan benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/248036936-288-k508906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kata
Mystery / ThrillerKumpulan dari beberapa cerita pendek dengan judul yang terdiri dari Satu Kata. Tiada kesamaan selain judulnya.