Bekas

305 95 59
                                    

Burung Sriganti berterbangan di taman kampus. Berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya, memamerkan kelihaiannya dalam menemukan sumber makanan. Dimasukkan paruh lancipnya ke dalam bunga warna-warni yang dihinggapinya, menariknya pelan dan memperhatikan kanan-kiri, kemudian terbang dan hinggap di ranting pohon mahoni dekat kolam.

Sika duduk tidak jauh darinya memperhatikan Rembayung yang berusaha mengambil potret Burung Sriganti dengan kamera DSLR-nya. Rembayung berulang kali memutarkan tangan kirinya yang menempel pada lensa dan menarik kepalanya menjauhi kamera. Setelah cukup lama mengulang keduanya, dia terjebak pada momen burung Sriganti yang sedang bersiap terbang meninggalkan ranting. Terlihat burung itu mulai menggerakkan sayapnya dan Rembayung dengan cepat menggerakkan jarinya untuk mengabadikannya. Terlihat senyum puas dari bibir tipisnya ketika ketegangannya sudah mulai hilang.

Sementara itu perhatian Sika masih tetap terpaku pada gerakan bibir tipis Rembayung. Setelah memastikan perhatian Rembayung beralih padanya, Sika kemudian angkat bicara sambil mendekat. "Aku punya kabar baik, Pengikut kita di Instagram telah genap dua ribu. Kita harus merayakannya Yung."

" Boleh, Akupun merasa perlu membuat sesuatu yang istimewa di rumah nanti."

Kamar apartemennya terletak dilantai 6 dengan jendela yang menghadap ke kolam renang. Dari tempat tidurnya, terlihat dua buah kolam renang tempat para penghuni menghabiskan waktu di sore hari. Di bagian sisi lain, terlihat pula sebuah kedai kopi yang biasanya dipenuhi anak-anak muda di malam hari. Kedua tempat itu selalu menyita banyak perhatiannya. Dia merasa mampu mengamati semua kebiasaan penghuni apartamen hanya dengan memperhatikan tingkah mereka di kolam renang dan kedai kopi. Malam itu, Sika menyaksikan seorang perempuan muda yang sedang beradu mulut di kedai kopi. Pada sudut lain, Sika juga dapat melihat dengan jelas dua orang lelaki yang sedang menunjuk ke arah jendelanya. Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sika kemudian memperhatikan lelaki itu dan mencoba merekam segala gerak-geriknya.

Sika segera melompat dari tempat tidurnya ketika terdengar suara pintu kamar terbuka. "Hei, aku sudah lama menunggu kalian." Sika menghampiri Rembayung, "Owh Dewi dan Santi juga ikut." Sika mencoba menenangkan diri.

"Kamu baru saja menangis Ka?" Tanya Rembayung sambil mencium kening Sika.

"Hei, biarlah yang lalu pergi!" Dewi memegang pundak Sika.

"Aku tidak menangis, aku hanya terharu dengan dukungan kalian." Sika meneteskan air mata. Dia tidak ingin ketakutannya terlihat oleh teman-temannya.

Rembayung dengan telaten menata lilin melingkari ruang tamu mereka. Sebuah meja kecil tempat makanan ditaruhnya di tengah lingkaran. Dia ingin membuat sebuah nuansa makan malam di tengah lilin yang mengelilinya.

Santi menyiapkan makanannya. Beberapa bahan yang telah mereka beli dari supermarket terdekat telah ditaruh berjajar di hadapannya. Sebuah buku resep masakan yang berukuran besar ditaruh di sisi kanannya. Dari kejauhan tampak dirinya sedang membolak-balik buku resepnya.

Sika dan Dewi keluar dari kamar. Sika berjalan ke dapur membantu Sinta dan Dewi mencoba melakukan setting alat-alat musik yang akan mereka gunakan bersama Rembayung. Dia memastikan dinding ruangannya kedap suara. Mengetuk-ngetuknya dan kemudaian menekannya dengan tangan di beberapa titik yang mungkin bocor. Sebuah wallpaper besar yang berisi lukisan mereka berempat di pasang untuk menutupi warna cat temboknya yang berwarna abu-abu.

Pesta dimulai setelah jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Saat itulah, beberapa teman komunitasnya datang. Mereka datang membawa snack, wine dan makanan ringan lain yang dapat dimanfaatkan untuk memeriahkan pesta. Mereka yang hadirpun tidak banyak, hanya sekitar enam orang saja.

Dewi mengiringi pesta dengan suara gitarnya yang beraliran folk. Rembayung duduk di sampingnya menyanyikan lagu The head and the heart yang berjudul Fire/Fear dan mengikuti musik Dewi. Sika dan Sinta duduk di tengah keenam tamu undangannya. Sebagai tuan Rumah, dia menceritakan tentang segala aktifitas bersama mereka di galeri kecil itu.

Satu KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang