8. Aneh

332 63 42
                                    

Suara gemercik percikan api terdengar olehku. Perlahan, aku mulai membuka mataku dan terdiam sebentar. Pandanganku terlihat berkunang-kunang dan terasa pusing. Sial, aku lupa punya anemia.

Aku berdiam diri sebentar agar memfokuskan pandanganku sekaligus otakku juga perlu waktu untuk mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Ketika pandanganku sudah jernih kembali, terlihat sebuah perapian dengan api yang sedikit berkobar dihalangi oleh jeruji besi.

Apa aku di penjara, sekarang? Sial! Ah, aku ingat. Di mana lelaki sialan itu sekarang?

Aku beranjak bangun dari tidurku. Melakukan sedikit peregangan khas orang bangun tidur. Tapi aku merasakan tanganku tidak bisa bergerak bebas. Aku melirik ke arah tanganku sebentar. Uh, borgol kekuatan! Mereka pasti sengaja memborgolku dengan ini agar kekuatanku tidak berfungsi.

Ah, menyesalnya aku tidak minta diajarkan ilmu sihir sekalian. Pandanganku mulai melihat sekeliling. Terlihat dinding berwarna merah gelap. Seperti merah maroon, namun kali ini lebih gelap. Bahkan apinya saja mengeluarkan warna yang sama.

Tunggu! Api jenis apa ini?

Aku mencoba berdiri dan mulai berjalan mendekati jeruji besi. Beruntung kakiku tidak ikut diborgol juga. Ketika menyentuh jeruji besi itu, kulitku langsung terasa panas dan kesetrum di saat yang bersamaan.

Tiba-tiba, aura kegelapan terasa dekat denganku. Itu membuatku sulit bernapas dan merasa sesak. Aura ini begitu kuat, lebih kuat dari sebelumnya. Tanpa sadar, aku mulai sedikit terbatuk. Apakah pemimpin dari lelaki kemarin akan datang?

"Ah, tak kusangka Maurice berhasil menjalankan tugasnya dengan baik," kata seseorang entah siapa yang berada di depanku.

Dia mengenakan jubah merah maroon yang sama tetapi kali ini lebih besar dan mewah. Maksudku, jubah itu seperti dilapisi banyak kekuatan untuk melindungi pemakainya. Jubah itu juga memiliki ukiran yang tidak kumengerti berwarna silver.

"Ya, menangkap gadis kecil sepertimu bukanlah hal yang sulit," lanjut lelaki itu.

Meski aku tidak bisa melihat wajahnya secara utuh, namun aku masih bisa melihat bibirnya yang tersenyum miring padaku. Entah kenapa, tubuhku langsung gemetar. Kakiku terasa lemas tak berdaya. Aku ingin mundur setidaknya beberapa langkah untuk menjauhinya, tapi tidak bisa. Tubuhku seolah sudah tersihir olehnya untuk terdiam mematung seperti ini.

Lelaki itu berjalan maju mendekatiku. Aku masih terdiam menatapnya. Aura kegelapan semakin lama terasa semakin pekat. Dadaku seperti ditekan oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Dia berada satu jengkal dari wajahku. Aku beruntung ada jeruji besi ini sebagai penghalangnya. Namun aku masih bisa melihat iris merah terang yang bercampur warna orange. Kalau saja kulitnya tidak terlihat pucat, aku pasti akan mengira dia vampir.

Aku bisa melihat wajahnya dengan jarak sedekat ini. Itu karena tubuhnya terlalu tinggi untukku, membuatku harus mendengakkan kepalaku untuk menatapnya.

"Di mana benda itu?" tanyanya menatapku tajam.

Aku terdiam. Selain tubuhku, mulutku seolah menjadi bisu. Aku tidak bisa mengatakan apa pun. Aku terlalu takut untuk melakukannya. Orang ini jauh lebih baik di atasku, sangat jauh. Dia seperti satu tingkatan dengan Allysha atau Lady Aquamarine.

Dia lagi-lagi tersenyum miring. "Kau takut padaku?" bisiknya yang masih terdengar jelas olehku.

Lampu peringatan tanda bahaya seolah sudah muncul di dalam otakku. Aku memang tidak bisa menyembunyikan ketakutanku saat ini karena dia pasti akan melihatnya meski aku menutupinya. Pernahkah kalian mendengar bahwa antagonis jauh lebih pintar daripada protagonis? Seperti itulah kira-kira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twelve ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang