Syutthhh ...
Craakkk ...
Napasku rasanya langsung tercekat. Paru-paruku seolah lupa caranya mengembang. Hidungku juga seperti lupa bagaimana caranya memasukkan oksigen ke dalamnya. Mataku hanya bisa melotot terkejut atas apa yang terjadi.
Anak ini bukan anak biasa. Dia anak setan. Anak jadi-jadian. Dia gila. Sangat murni nggak waras!
Tiba-tiba aku mendengar suara Cana tertawa dengan sangat lantang. Itu membuat yang lain menoleh bingung padanya.
"Chichie bukan anak jadi-jadian, Fia," kata Cana di sela-sela tawanya.
Archie langsung mendelik ke arahku, disusul oleh yang lain. Aku terperanjat kaget. "Sudah kubilang aku tidak percaya padanya! Dia tetap saja menyuruhku berdiri di sini!" omelku kesal.
Sebenarnya, Archie jadi beniat pamer padaku. Dia menunjukkan bahwa dia bisa menghilangkan anak panah dan busurnya pada saat memanah. Jadi ketika dia memanah, busur dan anak panahnya tidak terlihat.
Aku dijadikan sebagai bahan percobaan sekaligus ajang pamer untuknya. Dia menyuruhku berdiri dengan sebuah anggur di kepalaku. Maksudku, anggurnya benar-benar satu buah saja, bukan satu ikat atau satu tangkai.
Awalnya dia bertanya dulu aku percaya padanya atau tidak. Kalau percaya, aku pasti mau dijadikan bahan percobaan seperti itu. Tapi dia itu Archie Aries! Mana mungkin aku percaya padanya!
Akhirnya dia malah memaksaku untuk dijadikan bahan percobaan. Dia benar-benar berniat untuk membunuhku!
Archie tampak tersenyum menyeringai. "Tapi aku hebat, kan?" katanya dengan penuh percaya diri.
Aku tidak mau mencari masalah yang aneh-aneh lagi dengannya. Lebih baik aku akhiri saja ini. "Iya, iya! Kamu sangat hebat! Bahkan kamu sangat cocok jika disandingkan dengan Dewa Eros!" pujiku padanya.
Senyumnya malah memudar. "Kau tidak asik!" serunya dan pergi begitu saja.
Aku memejamkan mataku kuat-kuat. Sabar, Fia sabar. Orang sabar memiliki keberuntungan lebih banyak, oke? Tenang, Fia.
"Ayo kita berangkat!" seru Novarel dengan semangat. Kami mulai berjalan ke arah yang sesuai perkataan Delight kemarin. Sayangnya, aku lupa ini arah mana.
Karena aku buta kompas, mungkin aku akan menganggapnya kami berjalan ke arah utara? Soalnya ini lurus ke depan.
"Ini barat, Fia," celetuk Cana sambil merangkulku sok akrab.
"Kita memang akrab, kok," katanya tidak terima.
"Iiiiiii yaaaaaaaaa!" teriakku tepat di telinganya dengan nada yang panjang. Cana langsung meringis pelan, lalu mengusap telinganya.
"Kau jahat sekali," gerutu Cana pelan.
"Aku dengar!" jawabku.
Kemudian, kami berjalan dengan berbincang pada topik masing-masing. Karena perasaanku sedang sangat bagus saat ini, aku mengajak Quella mengobrol dan Cana yang sedang mengobrol dengan Abel malah sesekali mengusik obrolanku dan Quella.
"Yo, Fia! Bagaimana kabarmu?" tanya Novarel yang entah bagaimana caranya bisa ada di sampingku.
"Apa maksudmu?" tanyaku balik. Tumben sekali Novarel berkata begitu padaku. Apa dia salah makan? Tapi dia memakan makanan yang sama denganku. Aku saja tidak kenapa-kenapa, kenapa juga dia harus kenapa-kenapa?
Selanjutnya, aku tidak begitu mendengarnya lagi. Entah kenapa aku merasa tidak enak dengan tempat ini. Seperti ada yang aneh, tapi aku tidak tahu itu apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twelve Zodiac
FantasíaDari dulu aku tidak pernah percaya dengan zodiak. Aku selalu mengabaikan jika teman-temanku mulai membahas zodiak mereka. Namun sekarang, aku harus terjebak di sini. Bersama sebelas anak lainnya, aku ditugaskan untuk bersama mereka. Aku tidak tahu...