4. Delight Kembali

301 64 12
                                    

Craakkk ...

Craaakk ...

Wusshhh ...

Psshhhh ...

"Arrghh! Kenapa selalu gagal?" keluh Abel frustasi.

Novarel langsung menoyor kepala Abel. "Apa yang kau lakukan, sih? Bertha itu punya kekuatan api. Nanti minta dia saja untuk membuatnya," omel Novarel.

"Harga diri, Nov. Bella itu gengsian," celetuk Cana seenaknya.

"Panggilanku bukan Nov!" bantah Novarel.

"Panggilanku juga bukan Bella!" sahut Abel sambil melirik Cana tajam.

"Gengsian itu tidak bermanfaat," kata Catrella tiba-tiba.

Aku yang dari tadi hanya memerhatikan mereka, kini jadi terkejut. Tumben sekali Catrella ikut campur. Dia itu bukan tipikal orang yang suka ikut campur urusan orang lain.

Aku melirik ke arah Catrella. Dia hanya memandang kosong ke depan. Iris emelrad   itu terlihat mengkilap sesaat. Anak itu ... kenapa?

"Gengsi itu mencegahmu untuk melakukan sesuatu yang sangat ingin kau lakukan. Kalau saja gengsi itu tidak ada, kau pasti bisa melakukannya," celoteh Catrella.

"Kalahkan gengsinya sebelum gengsi itu mengalahkanmu."

Aku tercegang beberapa saat. Gadis di sampingku ini ... sungguhan Catrella, kan? Ada apa dengannya? Tumben sekali dia berbicara sepanjang itu.

Oh, apa ini? Kenapa suasananya jadi hening begini?

Tanpa sengaja, aku melirik Cana yang berada tepat di sampingku yang lain. Sepertinya dia ingin menyeletuk sesuatu yang tidak berguna. Aku segera menutup mulutnya. "Jangan merusak suasana!" bisikku tepat di telinganya.

"Dia seperti sedang galau," lanjutku dengan melirik Catrella sebentar.

Cana menoleh ke arahku dengan matanya yang melotot terkejut. "Kau tahu?" bisiknya.

"Lain kali gunakanlah perasaanmu, bukan kekuatanmu!" bisikku dengan penuh tekanan.

"Oh ya? Perasaan seperti apa?" bisik seseorang yang berada di belakangku— eh? Aku langsung menoleh terkejut. Mataku melotot tak percaya.

A-archie?

Te-terlalu dekat! Di-dia terlalu dekat dengan wajahku!

"Kalian tahu, tidak? Bisikan kalian itu masih bisa terdengar di suasana hening begini," lanjutnya masih berbisik. Matanya yang berada beberapa inci dariku itu menatap dengan tajam.

A-apa, sih?

Huaa terlalu dekat!

Tanpa sengaja aku langsung mendorongnya dengan kencang. Mungkin karena tubuhnya kuat, dia hanya terdorong sedikit. Sedangkan aku malah ikut terdorong ke belakang.

A-archie sudah gila! Dia murni tidak waras! Si sialan itu!

"Kalian sedang apa?"

Aku langsung menoleh ke belakang. Quella melihat ke arah sini sambil menautkan alisnya. "Kenapa kalian menatapku begitu?"

Aku buru-buru langsung menggeleng pelan. "Ti-tidak ada apa-apa," kataku sambil meyengir lebar. "Ah, kalian sudah menangkap makan malamnya? Aku akan bantu."

Tanpa pikir panjang, aku langsung pergi ke arah Everly, Bertha dan yang lainnya. Mereka yang saat ini bertugas untuk mencari makan malam. Kita dibagi dua kelompok untuk mencari makanan saat istirahat begini.

Twelve ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang