5. Kekuatan Quella

190 49 2
                                    

"Ada cara lain," kata Catrella tiba-tiba.

"Apa!"  "Apa?"

Tanpa sadar, Everly dan Novarel menyahut bersamaan.

Catrella memandang kami dengan serius. "Caranya ...." Catrella menggantung kalimatnya. Namun tatapannya mengarah ke arah Quella yang menatapnya tenang.

Aku menautkan alisku, sedikit tidak paham. "Apa, Ella?" tanya Abel tak mengerti.

Catrella masih menatap Quella dengan diam. Aku dan yang lain juga serentak mengutinya menatap Quella. Sebenarnya aku masih tidak paham apa maksudnya.

Quella yang ditatap langsung mengalihkan pandangannya. "Apa pun itu, aku tidak mau!" bantahnya dengan tegas.

Aku tercengang sebentar. Baru kali ini aura dan sikap lembut yang selalu Quella keluarkan menghilang begitu saja. Lalu ... bukankah ini juga pertama kalinya aku melihat dia tegas begitu?

Abel melebarkan matanya dan menjentikkan jarinya. "Ah, aku mengerti!" serunya.

Feliza menyipitkan matanya lalu menggeleng pelan. "Aku tidak mengerti."

Bertha yang berada tepat di samping Quella menyatukan kedua telapak tangannya. Ia menatap Quella dengan penuh harap. "Quella, kumohon lakukan, ya?" katanya memohon.

Quella tampak terdiam, lalu menggeleng pelan. "Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa, maaf," lirihnya.

Everly menyentuh kedua tangan Quella dan meremasnya pelan. "Kau pasti bisa melakukannya, Quella! Aku percaya padamu!" seru Everly dengan penuh keyakinan.

"Iya, kalaupun gagal juga tidak apa-apa. Kita akan mencari cara lain," timpal Delight seenaknya.

Aku melirik tajam padanya. Hei, Quella sedang percaya diri. Harusnya kau membantu menyemangati diriny sendiri, bukan malah berkata begitu!

"Quella, jangan dengarkan Delight. Kau pasti bisa melakuka—"

"Sudah kubilang kalau aku tidak mau, ya tidak mau!" pekiknya emosi. "JANGAN PAKSA AKU!" jeritnya lagi dan pergi begitu saja.

Seketika suasanya menjadi hening. Tak kusangka, ternyata memang benar, marahnya orang lembut itu jauh lebih dasyhat dan berbahaya. Sekarang tiba-tiba suasananya menjadi seperti penuh kepasrahan, kekecewaan, dan ... takut.

"Jadi ...." Feliza mulai bersuara kembali. "Ada yang bisa menjelaskannya padaku?" lanjutnya sambil menatap ke arah yang lain.

Cana langsung mencubit kedua pipi Feliza gemas, lalu menariknya agar menatap Cana. "Dengarkan aku baik-baik!" perintahnya.

Feliza memukul tangan Cana dengan kasar hingga membuat Cana meringis pelan. "Kamu tahu apa kekuatan asli Quella?" tanya Cana.

Feliza mengangkat salah satu alisnya dan menggeleng pelan. "Aku tidak tahu pasti, tapi ... aku sering melihatnya belajar sesuatu dengan cepat," cerita Feliza.

Cana menjentikkan jarinya. "Itu dia! Quella belajar cepat karena melihat orang lain melakukannya. Kalau tidak ada orang lain yang melakukannya, dia tidak akan bisa belajar dengan cepat, bahkan sampai membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa," jelas Cana panjang lebar. "Itu berarti kekuatannya adalah meniru orang lain."

Feliza menautkan alisnya, menatap Cana dengan ekspresi kebingungan. "Jadi? Apa hubungannya sama manusia penyembah itu?"

Cana menghela napas kesal. Ia memejamkan matanya dan memijat pelipisnya pelan. Aku yang sedari tadi memerhatikan mereka, kini terkekeh pelan.

Bagaimana rasanya, Cana? Itu yang aku rasakan ketika kau terus menggangguku. Enak, kan?

Cana langsung menoleh sinis padaku. Aku hanya menunjukkan jari jempol yang terbalik sekaligus menjulurkan lidah ke arahnya.

Twelve ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang