Baeric 💘

809 96 6
                                    

Untuk kesekian kalinya dalam hari ini, Jacob menghela nafas. Pikirannya berusaha fokus pada penjelasan dosen di depan. Tapi pikirannya selalu teralih pada seseorang yang lebih muda darinya, yang berhasil merebut atensinya, dan berhasil memporak-porandakan hatinya.

Sohn Youngjae atau Eric Sohn, adik tingkat yang gencar mendekatinya ketika masa orientasi. Jacob yang waktu itu menjabat sebagai panitia harus menahan malu ketika si adik tingkat secara terang-terangan menyatakan perasaan padanya. Hanya menyatakan perasaan, tanpa menuntut jawaban.

"Kak Jacob, aku suka sama kakak. Nggak usah dibales surat cinta sama pernyataannya hari ini. Yang penting aku bisa pdkt-an sama Kak Jacob. Siap-siap aja ya Kak!"

Yaa Jacob mana mungkin menolak ketika Eric tidak pernah absen menemuinya tiap hari - yang untungnya masih satu fakultas - dari rajin mengantarnya pulang atau ke mana saja yang ia butuh, mengajak makan bareng dan terkadang ditraktir, mengirim ucapan selamat pagi dan semangat menjalani hari. Siapapun akan luluh terbawa perasaan ketika ada orang seperti Eric mendekati kita, tak terkecuali Jacob.

Namun sekarang, ada hal yang membuat Jacob sebisa mungkin menghindari Eric. Mungkin alasannya tidak masuk akal, tapi Jacob cemburu ketika Eric terlihat dekat dengan teman perempuannya. Jacob beberapa kali melihat Eric berjalan dengan perempuan itu, dan mereka terlihat akrab. Dengar dari temannya, perempuan itu bernama Nancy.

"Kak.."

Joonyoung atau lelaki yang akrab dipanggil Jacob itu terkejut oleh seseorang yang menghalangi jalannya. Dia Eric, orang yang sedang ia hindari.

"Mau pulang kan? Bareng yuk"

Duh, memang Jacob berniat pulang. Tapi karena bertemu Eric, lain lagi ceritanya.

"Nggak, aku mau ke perpustakaan."

"Perpustakaan lewat sana, kakak salah arah."

"Mau ke kamar mandi bentar."

"Kenapa nggak sekalian kamar mandi di perpus?"

Oke, Jacob mati kutu.

"Udah nggak usah nyari alasan. Kalo emang mau ke perpus atau ke kamar mandi, ayo aku temenin. Yang penting pulang bareng aku."

"Kamu pulang duluan aja..."

"Kamu emang ada urusan lain, atau mau ngehindarin aku sih kak?"

Baiklah, lebih baik Jacob menyerah daripada semakin lama ia berdebat dengan Eric menarik perhatian orang-orang.

"Oke, kita pulang."

Jacob berjalan terlebih dahulu menuju parkiran tempat motor Eric. Tiba-tiba Eric menyusul dan menggenggam tangannya.

"Jalannya aku gandeng, biar gak kabur."

Sepanjang jalan hingga parkiran, mereka tidak saling berbicara. Bahkan ketika diperjalanan pun, keduanya terdiam. Jacob memang tidak berniat membuka pembicaraan dan Eric sendiri.. entah apa yang ia pikirkan.

Hingga Jacob sadar, bahwa jalan yang ia lewati bukan jalan menuju kosnya.

"Eric, kita mau kemana?"

Eric tidak menjawab, mengacuhkan Jacob yang butuh jawaban.

"Eric mending aku turun kalo kamu mau ngajak aku pergi!"

Motor yang mereka tumpangi berhenti ketika ada lampu merah.

Eric membuka kaca helmnya dan menoleh ke belakang sedikit,

"Mall."

"Ngapain ke.."

Di Kala Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang