empat

959 151 55
                                    

Saat ini Dazai sedang berada di ruangan yang begitu familiar di matanya. Ruangan besar dengan pemandangan indah Yokohama. Namun, saat ini ia tidak bisa bebas bergerak karena ia berada di kandang hamster, lengkap dengan roda putarnya.

Pakaian Dazai juga sudah diganti. Mori menyadari chip yang terpasang di belakang baju Dazai. Ia menggantikan baju Dazai dengan setelan yang sama seperti saat Dazai masih di Port Mafia.  "Kau terlihat lebih imut jika seukuran hamster, Dazai-kun."

Yang diajak bicara hanya diam, ia sedang memikirkan caranya keluar. Pintu kandang ini dikunci dengan gembok. Jika dalam ukuran normal, dazai pasti dengan mudah membobol gembok itu. Namun, tinggi tubuhnya bahkan hampir sama dengan kawat yang biasa ia gunakan untuk membobol gembok. "Untung saja kau tidak menambahkan serbuk kayu, Mori-san," sindirnya

"Jika kau seukuran ini, aku lebih mudah mengurusmu."

"Aku tidak perlu diurus manusia sepertimu, Mori-san. Apa yang kau inginkan?"

"Tidak ada, aku hanya merasa jika kau tidak berkeliaran di luar sana, Port Mafia akan lebih mudah melaksanakan misinya. Kau masih bisa menjadi eksekutif, Dazai. Eksekutif termuda dan terkecil. Chuuya pasti senang."

Dazai hanya menatap Mori dengan dingin. "Aku tak tergiur jabatan itu."

Ketukan pintu menginterupsi perbincangan mereka. Dazai berbalik malas, melihat tamu Mori yang mengganggu perbincangannya dengan Mori.

"Boss, ini aku, Chuuya." Ucap sosok yang baru saja dibicarakan. Perasaan tidak enak yang sedari tadi Dazai tahan.

"Chuuya-kun, aku punya hadiah untukmu," ucap mori sambil menunjuk kandang putih kecil itu. Yang di dalam kandang hanya menatap Mori kesal. Pasti pria tua ini sudah merencanakannya.

"Apa itu boss? Kandang hamster?"

"Mendekatlah, ini untukmu. Aku menitipkannya kepadamu, jangan sampai lepas."

Chuuya mendekat. Ia melihat sesuatu yang bergerak di kandang itu. Sosok hitam dan sedikit coklat di kepalanya. Tunggu, ini bukan hamster, sosok itu terlihat seperti manusia.

Chuuya terbelalak. Matanya melebar sempurna. Mantan partnernya, musuhnya. Dazai Osamu sedang berada di depan matanya, terlihat sangat kecil.

Ia menatap mori heran. "Boss, untuk apa kau membeli mainan berbentuk manusia dakjal itu?"

"Tidak, itu bukan mainan, ia sungguh Dazai Osamu. Kau bisa menjaganya, kan? Kau tidak akan ada misi akhir-akhir ini."

Chuuya mengangkat kandang putih itu. Dazaipun merasa terguncang dan terpental ke kanan dan ke kiri. "Oi, aku bisa muntah jika kau menggoyangkan kandangnya."

Suara sungguh Dazai. Chuuya masih tidak percaya. "Kau menjadi, sangat kecil," seringainya.

"Jangan mengejekku."

Chuuya mengangkat dua alisnya. "Apa aku butuh membelikanmu sepabrik susu agar kau tinggi?" Sindir Chuuya membalaskan dendamnya yang selama ini ia simpan. Akhirnya ia bisa membalaskan ucapan Dazai tujuh tahun lalu.

"Kau bisa membawanya kemanapun kau suka, Chuuya. Tapi, jangan biarkan ia lepas."

"Siap, boss."

"Perlengkapannya akan diantarkan ke ruanganmu," ucap mori lagi setelah chuuya membawa Dazai bersamanya.

"Kau mau membawaku ke mana?" ucap Dazai sambil memegangi jeruji kandang. Pergerakan Chuuya membuat Dazai tidak bisa duduk dengan seimbang. "Dan jalanlah dengan pelan. Aku bisa mual jika terus terguncang."

Chuuya hanya melirik Dazai mini. "Sepertinya walaupun ukuranmu berubah, kau masih bisa menggunakan ability-mu."

"Ya jelas saja, yang berubah hanya ukuran tubuhku," ucap Dazai acuh.

Dazai MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang