Satu

1.3K 182 85
                                    

Pagi yang cerah di kantor Armed Detective Agency. Ketenangan menghiasi kantor pagi ini. Namun, tidak dalam waktu lama karena salah satu anggota sedang teriak tidak jelas. "Kemana lagi si tukang bunuh diri itu?"

Kunikida, memasang wajah ingin membunuh salah satu rekan kerjanya, si tulang bunuh diri. "Dia pasti nyemplung ke sungai lagi," ucapnya frustasi.

"Aku akan mencarinya, Kunikida-san, setelahnya kami akan mengerjakan misi," ucap Atsushi berinisiatif. Hari ini memang jadwalnya mengerjakan misi dengan seniornya si-tukang-bunuh-diri itu.

Atsushi beranjak dari tempat duduknya, tepat sebelum ia melangkahkan kaki, ponselnya berbunyi.

"Yaa Atsushi~~," suara itu terdengar jauh.

"Dazai-san, kau di mana?"

"Kau masih di kantor?" Tanya seniornya balik tanpa menjawab pertanyaannya.

"Iya Dazai-san."

"Aku butuh bantuanmu." Suara Dazai masih terdengar jauh. Entah apa yang dilakukan seniornya di ujung telfon sana. "Bisakah kau ke asramaku?"

"Eh, ada apa Dazai-san?"

"Kau mungkin tidak percaya jika tidak melihatnya secara langsung." Suara sesuatu yang jatuh dan desisan Dazai terdengar. "Aa~ sekalian bawakan aku makanan, kalau bisa tidak terlalu besar."

Atsushi mengiyakan permintaan seniornya dengan wajah bingung. Ada apa dengan seniornya itu?

...

Atsushi masih menatap jalan dengan kebingungan. Apalagi yang sedang dilakukan seniornya sekarang? Apa ia sedang mencoba metode bunuh diri baru, lalu gagal seperti sebelumnya?

Ia juga bingung, makanan yang dimaksud Dazai seperti apa? Ia tidak bisa membayangkan makanan kecil selain onigiri. Jadi, nasi kepal itulah yang ia bawa ke asrama seniornya itu.

Atsushi sudah berdiri di depan pintu asrama Dazai. Ia mengetuknya pelan, namun tak kunjung ada sahutan. Ia ingin mengetuknya sekali lagi, namun ia mendengar sesuatu di bawah pintu asrama.

"Atsushi-kun, ini kuncinya." Atsushi melirik ke bawah, asal suara Dazai. Ia terkejut, namun tetap mengambilnya. Ia membuka pintu kamar, lalu menatap ruangan itu kosong dan berantakan.

"Dazai-san?" Panggilnya pelan.

"Atsushi, aku di sini." Atsushi mencari asal suara, dan ia hampir melompat kaget, seniornya sedang menepuk sepatu Atsushi dengan keras.

Hampir saja Atsushi mendendang seniornya itu.

"Dazai-san! Kenapa bisa?" Siapa yang tidak kaget, sosok yang harusnya lebih tinggi dibanding dirinya, kini tak lebih besar dibandingkan remot tv. Tubuh mungil itu bahkan tidak memakai baju, hanya sebuah gulungan panjang yang melilit tubuh, yang Atsushi tebak adalah perban. Ia menawarkan tangannya untuk Dazai. Dengan senang hati sosok mungil itu naik ke atas telapak tangan Atsushi.

"Sudah ku katakan, kau tidak akan percaya jika tidak melihatnya langsung, Atsushi," ucap Dazai santai. "Aku terbangun dengan wujud seperti ini. Bahkan tidak ada satupun yang bisa kugunakan untuk menutupi tubuhku. Ahh, aku mau makan, kau membawanya kan?"

Atsushi linglung, ia meletakkan Dazai dengan hati-hati di atas meja dapur, lalu membuka plastik yang ia bawa. "Aku bingung makanan kecil yang kau maksud, Dazai-san. Jadi kubawakan onigiri untukmu."

"Aa~, begitu ya. Tak masalah. Tapi, tolong buka dan aduk onigirinya, Atsushi. Aku tidak mau hanya memakan nasinya sampai kenyang." Atsushi menurut dan membantu seniornya yang malang. Ia masih bingung dengan hal ajaib yang ada di depannya ini.

Dazai MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang