enam

630 115 26
                                    

"Aku sudah mengetahui bagaimana cari mengembalikan ukuran Dazai!" Ranpo menyambut kedatangan Kunikida yang tumben sekali datang lebih lama dibandingkan detektif terhebat itu. "ada salah satu detektif baru yang baru saja menyelesaikan kasus yang sama dan ia mengenal peri mungil yang mengutuk Dazai menjadi kecil. Motif peri mungil mengutuk orang-orang karena ia sedang gabut dan ingin melihat drama yang sudah ia ciptakan. Kita hanya butuh Dazai dan detektif itu akan meminta peri mungil itu mengembalikan Dazai!" ucap Ranpo menjelaskan. 

Kunikida menghela nafas. "motifnya ingin melihat drama yang ia ciptakan?" gumam Kunikida sambil memijat kepalanya, "ia mengutuk orang yang tepat. Dazai sedang berada di Port Mafia dan kemungkinan besar untuk mendapatkan Dazai ya dengan cara kekerasan," ucap Kunikida sambil menghela nafas. 

Ranpo mengangguk antusias. sepertinya ia juga menikmati drama yang akan tercipta nantinya. 

----

Sifat yang lebih menyebalkan dari Dazai adalah setelah ia sembuh dari sakit. Terlalu lemah untuk melakukan aktivitas, namun tubuhnya tidak lagi mengalami demam. Di saat seperti ini, Dazai punya banyak energi untuk bermanja dan merengek. Seakan energinya sudah terisi dari istirahat seharian.

"Chuuuuuyaaaaaaa!" Teriaknya dari kandang, Dazai sedang menggenggam jeruji kandangnya, seperti seorang narapidana yang sedang merengek ke penjaga penjara. Chuuya tidak mempercayai Dazai untuk keluar kandang jika ia sudah sedikit sehat. Pastinya nanti tubuh mungil itu akan berkeliaran dan merepotkan Chuuya. "Chuuyaaa, aku bosaaan!" Rengeknya.

Sebisa mungkin Chuuya tidak menghiraukan Dazai, dan fokus pada laporan yang baru diserahkan anak buahnya tadi.

"Chuuya, Chuuya, Chuuya, Chuuya," rapal Dazai tidak henti. Tentu saja tujuannya menaikkan darah Chuuya yang gampang mendidih.

"Berisik!" Kesal Chuuya.

"Aku bosaaan," rengeknya lagi. "Kau seorang eksekutif, kenapa cuma ongkang angking di sini? Dasar makan gaji buta!" Cemooh Dazai.

"Tolong berkaca terlebih dahulu," kesal Chuuya. Ia bukannya hanya bersantai di kantor eksekutif, namun seperti yang Mori katakan, Chuuya belum memiliki misi akhir-akhir ini.

"Aku bukan eksekutif tuh."

"Mantan eksekutif," ralat Chuuya. "Kau menaiki posisi tinggi cuma berdiri malas-malasan tidak pantas mencemooh aku yang baru ongkang angking akhir-akhir ini."

Dazai memutar bola matanya malas. "Ayolah Chuuya, aku bosan jika di ruanganmu yang begini-begini aja. Kau kan anjingku, kau harus menurut!"

Chuuya menyentil Dazai dari sela jeruji, dan Dazai langsung mengerutkan wajahnya. "Panggil aku anjing lagi, akan kutinggal kau di kandang anjing sungguhan. Aku tidak akan kemana mana, dan karena kau bersamaku, kau juga tidak akan pergi kemana pun."

Dazai menggerutu, lalu duduk dan membalikkan tubuh, memunggungi Chuuya. Pikirnya, ia masih bisa mengubah keputusan Chuuya jika ia mengambek, namun Chuuya tidak akan termakan sifat Dazai. Chuuya akan diam di sini dan Dazai tidak akan melakukan apapun.

Suara telepon berbunyi, Chuuya mengangkatnya dengan fokus masih membaca laporan. "Ya, Nakahara di sini."

"Chuuya san, saya diminta untuk mengabarkan anda perihal Bos yang ingin bertemu dengan anda pukul tiga sore hari ini. Bos mengatakan untuk membawa Dazai san juga."

Sang eksekutif mengerutkan wajah. namun tak berkomentar apapun. Chuuya berterima kasih dan kembali menutup telepon, menatap tubuh mungil Dazai yang sedang merajuk namun tetap menguping pembicaraan. "Kau dengar, nanti sore kita tidak ongkang angking saja di sini."

Dazai mendengus dan mengarahkan wajahnya ke Chuuya. Raut wajahnya mengerut. "Bertemu Mori san lebih membosankan dibandingkan duduk di sini, Chuuyaaa!"

Dazai MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang