Kesalahan yang sama

431 44 2
                                    

Biasakan mem-vote sebelum membaca ya. Caranya simple, tinggal klik bintang di pojok kiri bawah, selesai deh. Hal mudah yang sangat berarti buat author dan bisa jadi imboost semangat buat nerusin chapter selanjutnya. Terima kasih sebelumya. Hatur nuhun

Sheryl mengamati foto seorang anak lelaki tampan di foto itu. Alisnya, bibirnya, hidungnya, matanya. Sheryl melirik Devan dan kembali melihat foto di ponsel Devan. Wajah itu sekilas mirip Devan. Ya, ini foto Devan kecil. Sheryl menatap Devan lagi dan kembali menatap foto di ponsel. Sheryl berusaha mengingat laki-laki yang selalu hadir di dalam mimpinya. Sheryl tertegun. Denyut jantungnya meningkat. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Sheryl. Wajah ini...

"Arrrgghhhhhh" Sheryl kembali merintih memegangi kepala nya. Sakit kepalanya kembali datang.

Devan segera melepas ponselnya dan memegangi Sheryl.
"Sheryl!! Sheryl!! Ada apa? sakit lagi? Ya Tuhan... Maafkan aku Sheryl.." ujar Devan panik tidak tahu harus melakukan apa. Di rumahnya tidak ada minuman beralkohol. Analgetik jelas tidak mempan.

Sheryl meremas selimutnya kuat dan berteriak kesakitan.

Devan segera mengambil ponsel Sheryl dan kembali menekan angka 1. Segera setelah diangkat oleh suara lelaki, Devan segera bicara
"Xavier, tolong! Sheryl sudah sadar, tapi sekarang kepala nya nyeri hebat lagi. Dia terus berteriak kesakitan. Di rumah ini tidak ada alkohol dan Sheryl tidak membawa alkohol lainnya. Apa yang harus saya lakukan?" Tanya Devan panik.

"Tunggu Sebentar. Saya kesana. Saya tidak jauh. Pastikan dia tidak menyakiti dirinya sendiri." Ujar Xavier lalu mematikan ponselnya.

Devan segera menelpon ajudannya
"Adrian, jika Xavier datang lekas segera bawa dia ke kamar ku." ujar Devan singkat lalu mematikan ponselnya kembali memegangi Sheryl yang berguling kesakitan.

Sheryl merintih sambil memegangi kepala nya yang terasa amat sakit kali ini. Kepalanya bagai dihantam baja berat. Rasanya seperti akan diremukkan.

Devan menatap Sheryl cemas. Devan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini untuk mengurangi sakit kepala Sheryl. Devan hanya bisa memperbaiki posisi Sheryl yang bergelung di kasur agar Sheryl merasa lebih nyaman dan mencegah Sheryl untuk menyakiti dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya. Sheryl menangkap tangan Devan yang memegang telapak tangannya. Sheryl meremas tangan Devan dengan kuat. Devan merasa genggamannya di cengkeram oleh Sheryl.

'Ya Tuhan.. Pasti sheryl kesakitan sekali.' Batin Devan.

Seketika seseorang masuk ke kamar tanpa mengetuk. Xavier tergopoh berlari menghampiri Sheryl.

'Untunglah infusnya belum dilepas' pikir Xavier sambil mengamati selang yang ada di tangan Sheryl.

Xavier segera menyuntikkan obat melalui jalur infus Sheryl agar efek obatnya bekerja lebih cepat.

Setelah menunggu beberapa menit, semua otot di badan sheryl melemah. Tangannya yang sedari tadi mencengkeram tangan Devan mulai mengendur. Sheryl berhenti merintih. Tubuhnya lemas. Sheryl sudah terlepas dari semua kesakitan yang menimpa kepalanya.

Gadis itu sudah tampak lebih tenang sekarang. Tapi tidak dengan Xavier. Seketika Xavier berjalan ke arah Devan yang berdiri di sisi berseberangan dengannya. Xavier langsung mencengkeram kerah kaos Devan dengan emosi. Xavier menarik tubuh Devan mendekatinya dan memandang Devan dengan mata yang seperti hendak keluar dari tempatnya. Mata Xavier tampak merah dan melotot marah.
"Kau masih memaksanya untuk menikah, hah? Dia tidak mungkin kesakitan lagi jika kau tidak memaksanya, Bajingan!" Maki Xavier.

Devan diam tak bergeming di tempatnya tanpa membantah ucapan Xavier. Ya. Xavier benar. Devan lah yang menyebabkan Sheryl kembali kesakitan. Devan memaksa Sheryl untuk mengingat masa lalunya sehingga memori yang ada di kepala Sheryl kembali berkelebat dan membuat sakit kepala nya kambuh.

AuristellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang