Misteri

331 41 14
                                    

Dear Devan Maffei Pradipa
Or Should I call you 'bang' Devan?
Bang Devan masih mengingatku bukan? Aku yakin bang Devan tidak akan sanggup melupakanku hingga saat ini, karena aku pun begitu, tidak bisa menghapus semua kenangan kita walau sedetik.
Well, aku senang sekali mendengar kabar bahwa abang ada di London, di tempat yang sama denganku berada. Setelah selama ini hanya bisa mengagumi harumnya namamu di tanah air tanpa bisa meraihmu, kini aku bisa menyapamu secara langsung. Aku pindah ke negara ini setelah kamu meninggalkanku dan aku kesulitan untuk menghubungimu kembali. Aku senang kini aku bisa mendapatkan kesempatan untuk menghubungimu.
Hanya saja aku sangat terluka, ternyata kamu sudah melupakan semua janji yang kamu buat untukku dahulu. Semua janji manis itu ternyata palsu. Janji untuk mencariku. Janji untuk menikahiku. Kamu ternyata memilih untuk menikah dengan wanita lain sementara aku disini terus setia menunggumu sambil terus menggenggam erat 2 benda pusaka milik kita yang ada di tanganmu saat ini.

Aku rasa belum terlalu terlambat untuk menagih janjimu kembali. Toh kalian juga belum dikaruniai buah hati. Pernikahan kalian juga masih seumur jagung. Nikahi aku, bang. Sebagai seorang lelaki yang berintegritas, kamu harus menepati semua janji yang kamu buat padaku. Tidak masalah jika aku menikahi seorang duda. Bahkan di madu pun aku rela.

Temui aku hari ini di St. James Park Pukul 5 sore. Temani aku menikmati indahnya musim gugur dengan daun yang berubah menjadi kemerahan hingga kecoklatan. Kita kenang kembali masa indah kita berdua saat kita kecil dahulu. Aku sudah bersusah payah bertahan melalui neraka jahanam itu hanya demi bisa hidup bersamamu karena aku mempercayai janjimu. Untuk itu, Please, be a man. Datanglah dan Jadilah seorang lelaki sejati dan tepati janjimu. Kamu harus bertanggung jawab karena telah membuatku menjadi perawan tua dengan menunggumu. Karena aku senantiasa berharap bahwa kamu akan menepati janjimu seperti bang Devan yang selama ini ku kenal. Jangan lari ataupun menghindar dariku. Aku menghabiskan seluruh umurku di dunia ini hanya untuk menunggumu.
Karena kamu adalah galaksiku...
With love,
Bintang mu.

Devan meremas surat yang ada di tangannya dengan gemetar. Apakah ini ulah istrinya yang sedang mengerjainya?

Devan menggeleng keras. Sheryl bukan tipe orang yang suka bercanda keterlaluan seperti ini. Devan kembali menunduk, memandang foto polaroid yang ada di tangannya. Sempat dia berfikir bahwa itu adalah fotonya yang hilang saat taruna dulu, tapi begitu melihat tangan gadis kecil itu membentuk V, Devan yakin itu adalah foto yang disimpan oleh bintang. Ditambah lagi jepit rambut bintang berwarna pink. Jepit ini disematkan Devan di rambut bintang sesaat sebelum mereka berpisah.

Sudah beberapa kali lelaki gagah itu berjalan mondar mandir di depan kaca besar itu.

Pikiran Devan kalut. Jika gadis di surat ini sungguh bintang, maka Devan merasa inilah kegagalan terbesar dalam hidupnya. Salah mengenali Sheryl sebagai bintang benar-benar aib besar baginya. Sama rasanya seperti salah menduga seseorang yang baik sebagai teroris. Feeling tajam yang selama ini selalu diandalkan Devan ternyata salah.

Devan duduk sesaat untuk menenangkan dirinya dan meletakkan foto serta jepit rambut itu di meja yang ada di sebelah sofa. Perasaannya benar-benar tidak tenang.

Devan kemudian berdiri lagi berjalan ke depan kaca besar di hadapannya seraya terus memandang surat yang ada di genggamannya. Sungguh ini 'kasus' terberat dalam hidupnya.

Belum selesai Devan memikirkan semua kemungkinan, Istrinya kini telah berdiri di belakangnya, menyergapnya dengan surat itu. Bagaimana bisa Sheryl masuk senyap sekali seperti angin? Dan kini istrinya itu terus bertanya dan mendesaknya. Devan merasa kepalanya seperti di tanam bom yang siap meledakkan isi kepalanya.

AuristellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang