Chapter 3

125K 6.3K 163
                                    

Unedited

Sarah duduk di kasurnya menatap kosong test pack yang sedang di pegangnya. Peristiwa yang terjadi di Bali lalu, singgah di kepala Sarah. Sudah satu minggu ini dia merasakan perubahan emosi yang begitu tiba-tiba. Tiga hari belakangan ini juga, dia sudah beberapa kali muntah-muntah.

Apalagi menstruasi-nya belum juga datang dan sudah lewat tanggal. Hal tersebut membuat Sarah panik.

Sarah sangat ketakutan. Test pack yang ada di tangan-nya sama sekali belum di pakai. Sarah masih takut, dia tidak siap.

"Please. Please, don't be pregnant" pinta Sarah lemah menepuk-nepuk lembut perutnya yang masih rata.

Sarah ingin menangis, tertawa dan berteriak.

Dia pun merebahkan tubuhnya terlentang. Sarah mengambil bantal kepalanya kemudian menutup wajahnya dengan bantal. Dan mulai berteriak se keras-keras-nya.

"Aaaaarrrgggggghhhhhh"

Habis berteriak dia tertawa keras. Nah, ini contoh dari perubahan dramatis emosinya. Cepat sekali berganti.

Selesai mengeluarkan emosinya, dia pun berdiri lalu mengambil test peck yang tergeletak di kasur. Sarah mulai mondar-mandir di dalam kamarnya sambil menepuk-nepuk test pecknya di tangan.

Dia memegang test pack tersebut dengan sangat erat. Dia belum siap untuk melakukannya. Tangan Sarah sampai berkeringat dingin saking gugupnya.

"Biasa aja, Sar. Belum tentu yang di pikirin elo itu benar" Dengan suara pelan Sarah berusah menghipnotis dan menyakinkan dirinya, "Tenangin diri lo, Sarah. Keep calm"

Okey. Lo bisa, Sar. Tenang. Tarik nafas, keluarkan. Tarik nafas keluarkan.

Sarah menghembuskan nafas panjangnya selesai menenangkan dirinya. Setelah keberanian-nya terkumpul, dengan perasaan campur aduk, was-was dan deg-deg-an, Sarah masuk ke dalam kamar mandinya.

You can do it, Sarah. You can do it.

Dia perlu menunggu sekitar lima menit untuk bisa mengetahui hasilnya test pecknya itu. Takut hasilnya tidak akurat, Sarah tidak hanya mencoba satu test peck saja, dia mencoba semua macam test peck yang baru di belinya di apotik untuk di bandingkan.

Jantung Sarah berdetak dengan kencang, seiring berputarnya jarum panjang yang menunjukan detik pada jam yang ada di dinding kamarnya.

Lima menit yang paling di tunggu-tunggu pun tiba. Sudah saatnya dia mengetahui hasilnya itu. Hidup dan matinya bergantung pada garis merah yang ada di test pecknya itu.

Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan. Okey, Sarah. Ini saatnya. Elo bisa. Gak mungkin lo hamil. Lo hanya telat aja. Sama kayak taon lalu. Santai aja.

Sarah pun mulai berdoa.

Akhirnya, tangannya yang sudah basah karena keringat mengambil salah satu test peck. Sebelum Sarah melihat hasilnya, dia menutup matanya lagi. Kembali mulai berdoa.

Dengan sangat perlahan Sarah membuka matanya. Begitu matanya melihat hanya ada satu garis merah pada test pecknya, hati Sarah langsung lega. Tubuhnya terasa ringan. Dia pun mengusap keringat yang mulai bercucuran di dahinya.

Thanks God. Tuh kan. Elo aja yang paranoid banget.

Melihat hasil test-pack-nya negatif, keberaniannya yang memudar mulai muncul kembali. Dengan berani Sarah mengambil test pecknya yang lain. Muka Sarah langsung pucat pasi begitu melihat hasi test pack yang dipegangnya sekarang memiliki dua garis merah. Dia pun dengan cepat mengambil test pack yang lain.

The Playboy's Baby [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang