Chapter 6

109K 6.2K 82
                                    

Unedited

Single terbaru The Storm berhasil menduduki peringkat pertama dalam tangga lagu Indonesia. Jadwal mereka semakin padat karena banyak di undang ke dalam berbagai acara di stasiun televisi, radio, dan beberapa macam acara lainnya. Dan itu membuat Brandon sering bolak-balik ke luar kota.

Sekarang saja Brandon dan teman-temannya sedang berada di bandara. Mereka belum lama tiba dari Bandung. Sambil menunggu menejer mereka mengambil mobil, dengan malas Brandon memperhatikan orang yang sedang berlalu-lalang. Seperti biasa, Bandara Soetta tampak ramai dengan orang-orang yang akan berangkat, baru sampai, maupun yang sedang menunggu dan mengantar.

Sudah tiga bulan berlalu semenjak Brandon melihat wanita tersebut di supermarket. Kesibukannya membuat Brandon sudah tidak sesering lagi pergi ke supermarket itu.

Walaupun demikian, ketika dia memiliki waktu luang, Brandon akan secepat kilat tancap gas pergi ke sana. Siapa tahu saja dia melihat wanita itu lagi.

Single terbaru The Storm banyak menerima respon positif dari kalangan masyarakat. Para anak muda menyukainya. Dan hal itu membuat mereka banyak bertanya tentang siapa sosok wanita yang ada di balik lagu terbarunya itu.

Kalian pasti sudah tahu siapa wanita tersebut, bukan? Siapa lagi kalau bukan wanita berambut pendek itu. Wanita yang satu-satunya melarikan diri begitu selesai melakukan one-night-stand dengannya. Hah, ego Brandon sampai sekarang masih terluka karena perbuatan wanita itu. Dia bahkan sempat berpikir kalau performa-nya malam itu tidak memuaskan wanita tersebut sehingga menyebabkan wanita itu mencampakan-nya.

Kalau di pikir-pikir lagi, Brandon sebenarnya masih tidak habis pikir bagaimana bisa wanita tersebut tidak mengenalnya?

Mungkin dirinya terlalu sok kepedean atau percaya diri sampai menyimpulkan bahwa semua orang, tepatnya semua wanita sudah pasti mengenalnya. Salahkan wajah tampannya sampai membuat Brandon menjadi narsistik begini.

Ketidaktahuan wanita itu adalah satu tamparan keras di hidup Brandon.

"Woy, Brand" ucap Ferrel pelan melambaikan tangannya di wajah Brandon.

Panggilan Ferrel membuat Brandon tersadar dari lamunan-nya, "What?" jawabnya sedikit terlambat.

"Elo mau langsung balik ke apartement lo atau mau ke mana gitu?" tanya Ferrel sambil menenteng tas gitarnya. Perhatian Angga dan Daniel juga tertuju padanya.

"Gue mau langsung balik ke apartement. Capek gue. Pengen banget tidur" jelas Brandon sambil memijat pundaknya.

Ferrel mengangguk mengerti. Bukan cuma Brandon yang lelah, teman-temannya juga merasakan hal demikian. Hanya saja, jadwal Brandon lebih banyak dari mereka.

Jam tidur Brandon sangat terbatas. Jadwalnya yang padat tidak memungkinkan dia untuk memiliki jam tidur yang sehat. Tiga jam adalah waktu paling lama Brandon tidur dalam satu hari. Dan itu menyebabkan Brandon memiliki kantung mata hitam. Seperti panda.

Suara mas Bima, menejer mereka pun terdengar memanggil mereka. Berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Begitu di dalam mobil, Brandon langsung menyandarkan tubuhnya di kursi. Dinginnya AC membuat Brandon yang lelah mulai mengantuk. Belum lima menit, dia pun sudah tertidur.

Kalau saja mas Bima tidak membangunkan-nya, Brandon pasti tidak tahu bahwa dia sudah sampai di depan gedung apartement-nya.

"Yang lain kemana?" tanya Brandon begitu menyadari bahwa kurang ada dia dan menejernya di dalam mobil.

Dia bahkan tidak sadar bahwa teman-temannya sudah lebih dulu turun daripada dirinya.

"Udah turun. Mereka nggak tega nge-bangunin elo, jadi gue anter mereka duluan"

The Playboy's Baby [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang