01

330 22 0
                                    

"Pandawa dateng."

"Nakula makin ganteng."

"Arjuna lirikan mu eumh."

Seperti biasa, begitu "Pandawa" atau sebutan untuk Yudhistira dan adik-adik menginjakkan kakinya di gerbang sekolah, bisikan-bisikan siswi-siswi sekolah mereka menyambut kedatangan mereka.

"Bima badboy vibes banget."

"Dahlah berlima ga ada celah buat keburikan."

Belum masuk wilayah koridor sekolah, tiba-tiba teriakan seorang gadis menyita perhatian kelima saudara tersebut.

"KAKAK !!!"

Mereka menghentikan langkah dan menoleh ke belakang bahkan orang-orang disekitarpun ikut mengalihkan perhatian mereka ke gadis itu.

"Weheeyy, kirain gak jadi sekolah disini," ujar Nakula.

Gadis itu menendang kaki dan mencibir kakaknya tersebut.

"Sakit bego," umpat Nakula sembari memegang kakinya yang kena tendang.

"Astaghfirullah kamu ini berdosah banged," ejek gadis tersebut.

"Cewek yang bareng Pandawa itu siapa?"

"Adeknya Pandawa."

"Cantiknya."

"Berasa jadi monyet aku di sebelah cewe itu."

"Bau bau akan insectivora."

"Insecure bego! Diem luh, Sadewa ganteng beut sumpah."

Menyadari mereka semakin menjadi pusat perhatian dan bisikan-bisikan orang disekitar semakin banyak karena siswa-siswa kini ikut membicarakan kecantikkan gadis itu yang notabene nya adalah adik perempuan mereka yaitu Drupadi, akhirnya Yudhistira berinisiatif untuk menyuruh kelima adiknya segera masuk ke kelas masing-masing.

"Udah ayo masuk ke kelas masing-masing," ujar Yudhistira.

"Eh eh tapi kak, ini aku kemana dulu? Ke kepsek dulu? Ruangannya dimana?" tanya Drupadi sebelum kelima kakaknya itu berpencar.

"Kalo gitu biar aku anter Drupadi dulu aja kak baru nanti masuk kelas, gimana?" tawar Arjuna dan disetujui oleh Yudhistira.

Akhirnya Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa mengambil jalan menuju kelas masing-masing. Sedangkan Arjuna dan Drupadi mengambil arah yang berlawanan dengan keempat saudaranya tersebut menuju ruangan kepala sekolah.

Selama menyusuri koridor sekolah, tak henti-hentinya gadis itu melihat dan mendengar pujian-pujian yang ditujukan untuk pria disebelahnya. Meski tak jarang pula ia mendengar pertanyaan siapa dirinya.

"Wah, banyak betull fans nya. Aku curiga kakak punya fanclub, kayaknya kakak harus ngadain fanmeet atau fansign," goda Drupadi.

Arjuna tertawa mendengar godaan dari adiknya tersebut dan membalas dengan kepercayaan dirinya, "Terbukti kan kalo aku yang paling ganteng dari Nakula?"

"No no no udah aku bilang, kak Nakula itu yang paling ganteng didunia kayangan, valid no debat!" balas Drupadi.

"Baiklah baginda ratu," balas Arjuna dengan mengatupkan kedua telapak tangannya.

"Bagus!"

Sesampainya di ruangan kepala sekolah, Arjuna tidak ikut masuk ke dalam ruangan sehingga Drupadi harus masuk ke dalam sendirian lalu diantar ke kelasnya. Barusan, Arjuna izin ke Drupadi nya sih mau balik ke kelas tapi ternyata dia diem-diem ngikutin Kepala Sekolah dan adiknya yang sedang menuju kelasnya.

Mungkin terkesan alay, tapi Arjuna begini karena pesan dari kakak tertuanya. Ya, mereka berlima selalu khawatir saat adik perempuannya bersama laki-laki lain. Mereka tahu bagaimana populernya adik bungsu mereka dikalangan para pria karena kecantikkan yang ia miliki.

Sebelum terjadi apa-apa maka lebih baik di jaga bukan?

"Kamu adeknya Pandawa ya?" tanya kepala sekolah sambil berjalan mengantarkan Drupadi ke kelasnya.

"Oiya pak," jawab Drupadi seadanya.

"Oo kakak kakakmu itu selalu membuat keributan disekolah," ujar Kepala sekolah membuat Drupadi kebingungan. Setaunya kelima kakaknya tidak ada yang suka berkelahi. Ahh kecuali Bima itupun jika ada yang memancing emosinya.

"Keributan gimana pak?" tanya Drupadi.

"Yaa keributan. Kalo lewat semua murid perempuan rebutan pengen liat mereka jalan. Bilang gantenglah apalah blablabla,"

Kepala sekolah itu menceritakan bagaimana kehidupan sekolah kelima kakaknya dan sesekali menirukan jeritan-jeritan dari siswi-siswi yang terpesona oleh kakak-kakaknya itu. Drupadi hanya menahan tawanya sesekali tawanya terlepas begitu saja.

Ni kepsek lawak banget dah napa sih, batin Drupadi.

Kebetulan saat dia menoleh ke kanan, ia melihat siswa yang sangat amat ia kenali sedang di kerumuni gadis-gadis kelasnya.

Lhoh kak Yudhis? Batin Drupadi.

Siswa tersebut adalah kakak tertuanya, Yudhistira. Pria tersebut terlihat sedang mengajari gadis-gadis tersebut materi yang mereka pelajari tetapi sepertinya gadis-gadis itu tidak memperharikan apa yang diajarkan kak Yudhis melainkan mereka mengagumi kepintaran dari kakaknya.

"Bukti pertama, kakakmu membuat keributan," celetuk Kepala sekolah yang tiba-tiba ada di sebelah Drupadi sehingga membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget.

"Kamu liat, padahal di depan ada guru mereka," ujar kepala sekolah lagi sembari menunjuk seorang pria paruh baya yang duduk melihat murid-muridnya lebih senang diajari oleh Yudhistira.

Drupadi ingin tertawa tetapi ia menahannya karena ia sedikit kasihan pada guru tersebut. Tiba-tiba Yudhistira melihat ke arahnya dan ia segera melambaikan tangannya.

Drupadi dan kepala sekolah kembali menyusuri koridor untuk sampai di kelas yang akan disinggahi oleh Drupadi. Arjuna? Ia tetap diam-diam mengikuti dari belakang.

Kepala sekolah tersebut mengetuk pintu di hadapannya, membuat kegiatan pembelajaran dikelas itu terhenti.

"Permisi bu, ini ada murid baru pindahan dari sekolah lain," ujar Kepala sekolah pada guru yang mengajar di kelas itu.

Akhirnya Drupadi disuruh masuk ke dalam kelas, tetapi sebelum gadis itu masuk, ia diam-diam melambaikan tangannya ke kakaknya yang tengah bersembunyi. Setelah Drupadi masuk kedalam kelas barunya, Arjuna bergegas masuk ke dalam kelasnya juga.

"Anak-anak, kita kedatangan teman baru, silakan perkenalkan diri kamu," ujar wanita tersebut.

"Halo namaku Drupadi --"

"Siapanya Pandawa?" celetuk salah satu siswi.

"Oiyaa, aku adek terakhirnya Pandawa, salam kenal," ujar Drupadi.

Sahutan yang paling keras adalah dari murid-murid laki-laki. Setelah diberi perintah untuk duduk, Drupadi langsung berjalan ke bangku yang paling belakang karena kursi yang kosong hanya di belakang dan tidak ada temannya.

Saat Drupadi mengeluarkan buku pelajaran, dua gadis yang duduk dihadapannya tiba-tiba menoleh dan melihatnya dengan pandangan mengintimidasi. Drupadi yang mendapat pandangan tersebut jelas kebingungan.

"Ada apa ya?" tanya Drupadi.

"Oh gak, kenalin namaku Kasya," ujar salah satu dari gadis itu sembari mengulurkan tangannya.

"Oh halo ak--"

Uluran tangan tersebut langsung ditarik sebelum Drupadi membalas jabatan tersebut bahkan gadis itu langsung menghadap depan saat sapaan Drupadi belum selesai.

"Tercium bau bau ketek kecut (sasaeng/fans fanatik) nya kakak."

Bersambung...

Who We Are?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang