15

61 12 0
                                    

Sebuah deringan alarm yang terdapat pada sebuah kamar telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Gadis yang tengah nyaman berbaring di atas ranjangnya dengan mata terpejam itu tak sedikitpun terusik dengan suara tersebut. Entah apa yang berada dalam mimpinya sehingga ia enggan sedikitpun untuk membuka matanya.

Hingga seorang pria menerobos masuk ke kamarnya yang memang tidak pernah gadis itu kunci, kecuali saat mengganti pakaian. Pria itu mendecak melihat pemandangan di depannya. Ia mematikan alarm yang sejak tadi berbunyi kemudian membuka tirai. Sinar yang sejak tadi tertutup oleh tirai seakan berbondong-bondong memasuki ruangan tersebut. Ternyata itu cukup mengusik kegiatan Drupadi.

Gadis itu mengeluh saat matanya terasa silau. Ia juga mengeluh saat samar-samar melihat salah satu siluet kakaknya berdiri bersedekap dada di sebelah jendela kamarnya. Tapi tunggu, kenapa sinar mataharinya sangat terang?

Seketika matanya terbuka lebar, ia menengok jam beaker nya yang kini menunjukkan pukul 07:45.

"AKU KESIANGAN!!"

Tanpa memperhatikan apapun, gadis itu loncat dari kasurnya dan buru-buru memasukki kamar mandi lalu membersihkan badan. Bibirnya tak henti-hentinya menggerutu, merutuki keempat kakaknya yang sudah berangkat tanpa dirinya. Tidak menghabiskan waktu lebih lama, ia segera memakai seragamnya dan buru-buru menuruni tangga tanpa menyisir rambut, tanpa memoles wajahnya dengan apapun, dan juga tanpa mengancingkan kemeja seragamnya terlebih dahulu.

Tetapi langkahnya terhenti begitu melihat 2 kakak kembarnya sedang bersantai di ruang tv tanpa mengenakan seragam. Bahkan dari penampilannya pun, dapat dipastikan mereka belum mandi.

Nakula mengalihkan pandangannya dari ponselnya ke adik perempuannya yang habis berlarian menuruni tangga. Tawanya seketika pecah begitu saja menyadari pakaian yang digunakan oleh Drupadi.

"Lo ngape ketawa Kul -- HAHAHAHAHAHAHA."

Sadewa yang awalnya terkejut dengan suara gelak tawa dari Nakula, ikut tertawa begitu mengetahui alasan saudara kembarnya tertawa keras.

"Rajin amat lo Minggu Minggu sekolah, kereeennn," ejek Nakula masih dengan tawanya.

Drupadi mendecih menanggapi 2 kakak kembarnya tersebut. Karena kesal, ia membuka kemeja seragamnya lalu melemparkannya pada Nakula hingga menutupi wajah menyebalkannya.

"Mana gue inget ini hari Minggu, tadi malem Kak Arjuna bilang besok gak sekolah, gue kira hari ini hari sekolah," ujar Drupadi. Disambung dengan batinnya yang berkata, keknya ditambah gue masih kebawa kebiasaan dari sana.. Disana mana ada hari Minggu libur..

"Gak dek, maksudku hari Senin besok," ujar Arjuna yang baru saja keluar dari kamarnya.

Kesal karena tidur Minggunya terganggu, Drupadi memilih untuk menyusul kakak tertua keduanya yang sedang berkutat di dapur. Bima sedikit terkejut melihat kedatangan adik bungsunya yang masih menggunakan rok sekolah dengan atasan kaos pendek.

"Kamu kenapa pake rok sekolah dek?" tanya pria tersebut.

"Kebawa kebiasaan lama kak," ujar Drupadi sembari menyandarkan tubuhnya pada pantri dapur dengan tangan menyilang di depan dada.

Bima hanya bisa menanggapi dengan tawa kecil saja takut membuat mood adik bungsunya semakin buruk. Drupadi membantu memindahkan makanan yang sudah matang ke meja makan. Tak lupa dengan peralatan makan juga.

Menyadari keberadaan kakak sulungnya yang belum terlihat, gadis itu berinisiatif untuk menyusul ke kamar kakaknya.

"Tidak ada yang terjadi disini bun."

Gadis itu mengurungkan niatnya, ia menurunkan kembali tangannya yang hendak mengetuk pintu dihadapannya. Kata-kata terakhir itu. Yudhistira sedang telepon dengan bundanya? Tidak biasanya..

Who We Are?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang