"Dadahh tee, kakk."
Sebuah motor melaju dengan perlahan meninggalkan pekarangan rumah dan bergabung dengan keramaian jalanan di malam hari. Sudah dapat dipastikan kemacetan yang terjadi disebabkan oleh banyak orang yang memutuskan untuk menghabiskan waktu berpergian orang-orang tersayang atau sekedar melepas rasa penat mereka setelah bekerja selama 5 hari ini.
Sayangnya untuk Arjuna dan Drupadi yang sudah seharian beraktivitas dan ingin segera sampai rumah lalu membaringkan tubuh mereka yang pegal di atas kasur mereka yang dingin dan juga empuk. Terutama Arjuna yang seharian harus disibukkan dengan membantu pelatihnya dalam melatih anggota ekskul untuk mengikuti pertandingan. Belum lagi dengan dirinya yang harus berlatih juga.
Gadis yang sedari tadi hanya diam di atas motor yang dikendarai oleh kakaknya itu segera turun begitu sampai di depan rumah mereka. Ia merogoh tasnya, mencari kunci lalu membukakan pagar rumah dan menutup kembali begitu kakaknya masuk dengan motornya.
"Aku pulangg!!"
Drupadi meletakkan tasnya di atas sofa, kemudian menyusul pria yang kini sedang memainkan ponselnya di meja makan. Diraihnya gelas yang berada disana dan air yang berada dalam teko, ia tuang dengan perlahan lalu menegak air yang sudah berpindah ke dalam gelas tersebut.
"Gimana mainnya?" tanya Nakula tanpa menghentikan jarinya yang menari dilayar ponselnya itu.
"Wah kak, kakak harus tau, bundanya Kak Satria cantikk banget," ujar Drupadi dengan antusias.
Nakula terkikik melihat mata gadis tersebut yang melebar saking terkagumnya dengan orang yang ia ucapkan tersebut. Ponselnya ia letakkan saat adik perempuannya itu menceritakan bagaimana gugupnya ia saat hendak mengetuk pintu, saat Nana menyahut ketukannya, apalagi saat pintu terbuka. Rasanya Drupadi ingin berlari, menyusul Arjuna yang entah saat itu sudah sampai mana yang jelas sudah tidak terlihat oleh pandangan Drupadi.
Yudhistira tertawa kecil kala tidak sengaja mendengar cerita adiknya tersebut saat meletakkan piring berisi lauk untuk makan malam.
"Loh kak, kok udah siap makanannya? Aku belum mandi.."
"Makanya begitu sampe itu langsung mandi, ganti baju kayak Arjuna," celetuk Bima ikut meletakkan lauk makan malam lainnya.
Mata bulat Drupadi melebar begitu Arjuna datang dengan rambut basah dan pakaian yang lebih santai, menandakan ia baru selesai membersihkan tubuhnya. Sedangkan gadis itu bahkan masih mengenakan celana jeans dan kaus mainnya hari ini.
"Hii bau, sono mandi," usir Sadewa yang baru bergabung di meja makan, bersamaan dengan Arjuna.
Drupadi merenggut kesal. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi tetapi seperti biasa, ia harus mandi dulu baru boleh makan malam. Mau tidak mau ia harus mandi terlebih dahulu. Hanya saja saat ia baru memundurkan kursi, cacing perutnya kembali meronta-ronta.
Ia meringis menatap kelima kakaknya yang kini mengarahkan pandangan mereka padanya.
"Sekaliii aja."
Gadis itu memasang wajah memohon sembari mengacungkan telunjuknya didepan wajahnya. Hal tersebut rupanya mengundang gelak tawa kelima pria tersebut.
"Nyoh nyoh, yang seminggu gak ketemu nasi hm," ujar Bima sembari mengisi piring Drupadi dengan secentong nasi beserta lauknya.
Dengan senang hati, Drupadi kembali menarik kursi yang ia duduki lalu melahap makanannya. Mereka menikmati makanan mereka masing-masing. Hingga perkataan Arjuna menginstrupsi kegiatan mereka.
"Kak, besok aku gak sekolah."
"Kenapa kak?" tanya Sadewa.
"Jam 9 aku baru ke sekolah terus berangkat buat pertandingan, jadi sekolah ngasih izin buat dateng terlambat," jelas Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who We Are?
Teen FictionWho Are We? ✨We are Pandavas & Draupadi✨ Apakah mereka Pandawa dan Drupadi yang sesungguhnya? [Hasil imajinasi sendiri, apabila ada kesamaan, saya mohon maaf dan tolong dibicarakan baik-baik karena itu murni sebuah ketidak sengajaan🙏]