PROLOG

3.3K 337 251
                                    

"ANJING!!!"









BRAAAKKKK













Semua murid yang berada di kelas tersebut berjengit kaget. Beberapa dari mereka nampak ketakutan dan sisanya hanya terkejut di awal, kemudian selanjutnya nampak seperti tak terjadi apapun. Mereka sudah terbiasa dengan suasana kelas yang selalu seperti ini hampir setiap paginya.

Jongin berkerut menatap Sungjae yang baru saja menendang pintu kelas mereka. Bahkan matanya tak lepas dari pemuda itu hingga Sungjae duduk di depannya dengan wajah yang memerah kesal.

"Kenapa lu sampe bawa-bawa anjing segala? Ntar anjing gua ikut keselek disebut sama lu." Gurau Jongin namun hanya dibalas dengusan kesal dari Sungjae.

Pemuda tan itu ancang-ancang ingin melempar buku cetak kimia-nya jika saja tidak ingat bahwa pemuda di depannya ini masihlah teman mereka. Lalu ia melirik teman sebangkunya yang nampak tenang membaca buku dengan kacamata perseginya.

"Woy Nu, kira-kira nih anak kenapa dah?"

"Kepo banget jadi orang." Jeon Wonwoo, teman sebangku Jongin membalasnya dengan ketus. Dan Jongin akhirnya hanya bisa mengelus dadanya.

"Ya kan gua nanya, buset. Sebagai teman gua berusaha bersimpati."

"Lu kenapa item?"

"Kok nanyanya gitu sih?!"

"Kan gua nanya. Sebagai teman gua berusaha bersimpati." Jawab Wonwoo dengan santai.

Jongin melebarkan matanya.
"Kampret!"

Pemuda tan itu bingung sendiri. Entah kenapa ia bisa ikut masuk geng dengan orang-orang bertempera mental seperti mereka. Tidak bisa diajak bercanda sekali. Humor mereka ternyata tidak sekoin dirinya. Hm.

"Nyet! Serius gua nanya, kenapa lu? Siapa tau gua bisa bantu."

Sungjae menghela napasnya pasrah. Jongin memang tak mengerti kondisi temannya.

"Emang lu bisa bantu? Gua ditolak Joy untuk yang ke lima belas kalinya semester ini. Jadi lu bisa bantu gua gak?" Sindir Sungjae dengan wajah kesalnya.

"Etdah, gampang kalo itu mah. Entar, gua telpon emak gua dulu."

Sungjae mengerutkan keningnya, ia menoleh pada Jongin yang sedang mengotak-ngatik ponselnya.

"Ngapain sampe nelpon emak lu? Sinting ni orang!"

"Lah katanya minta dibantu." Jongin mendengus kesal. Ia kemudian mengambil buku dari siswi yang berwda disampingnya. Kemudian menuliskan sesuatu di kertas paling belakang dan merobeknya. "Nih." Katanya setelah melempar buku itu kembali pada sang pemiliknya.

"Apaan nih? Mak Erot?" Kening Sungjae berkerut, sedangkan Jongin malah cengengesan.

"Tuh udah gua bantuin. Coba deh lu dateng, kata emak gua dia itu dukun. Dah, guna-guna aja si Joy biar klepek-klepek kayak ikan cupang. Mantep gak tuh!" Kata Jongin dengan bangganya.

"Anjing!" Umpat Sungjae yang menuai protesan dari Jongin. "Mak Erot ini bukan dukun goblok! Tapi tukang pijet!"

Jongin yang awalnya hanya diam lantas tertawa terbahak-bahak. Sungjae yang kesal pun menendang meja Jongin, namun tak membuat si empunya berhenti tertawa.

"Gila! Tauan lu dong dari gua." Jongin semakin membesarkan suara tawanya. "Lu ke situ juga gak masalah. Siapa tau Joy sukanya yang gede trus panjang."

Sungjae mengambil tasnya lalu memberikan pukulan di kepala Jongin. Sedangkan pemuda tan itu masih tertawa walau tak sebesar tadi, bagaimana pun sakit juga di tempeleng dengan tas yang tak ada isinya.

Bel sekolah pun berbunyi, menandakan bahwa jam pelaharan pertama akan segera di mulai. Wonwoo yang sejak tadi duduk di samping Jongin akhirnya menghela napas lega, ia bisa merasakan telinganya pengang dan tubuhnya terasa sakit.

"Selamat Pagi semua!" Seorang guru laki-laki menyapa seraya masuk ke dalam kelas dengan sebuah penggaris kayu di tangannya. Diikuti oleh sosok asing di belakangnya, membuat kelas yang tadinya tenang mulai berbisik.

"Pagi Pak!" Jawab murid disana dengan tidak serempak.

"Nah, pagi ini kalian kedatangan teman baru." Guru laki-laki itu kembali berbicara. Saat tatapannya berpendar, ia menangkap basah seorang siswi yang tengah tertunduk.

"Hani, angkat kepala kamu! Ini baru jam pertama dan kamu udah tidur aja." Omel pria yang sudah berkepala tiga itu.

"Saya gak tidur pak!" Balas Hani yang masih saja membungkuk.

"Ya trus kamu ngapain?"

"Aduh pak! Ganggu deh!"

Hani lantas menegakkan kepalanya dan sontak membuahkan tawa yang menggema hingga terdrngar sampai ke kelas sebelah.

"Ya Ampun, Hani. Kenapa itu sama alis kamu?" Tanya Guru tersebut, tapi hanya dibalas dengusan kesal dari si empunya. Dan pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Udah deh, Han. Lu tuh emang cocoknya jadi cowok, gak pantes jadi cewek." Celetuk salah satu siswa di sana.

"Diem deh lu! Gatau aja gua lagi ngegebet anak basket! Yang mainannya cuma novel sama baca wattpad diem aja deh!" Balas Hani yang tak mau kalah.

"Sudah-sudah, kalian diam dulu. Bapak mau memperkenalkan teman kalian ini, kasian dia udah berdiri dari tadi. Ayo silahkan kamu perkenalkan diri ya."

Sosok itu mengangguk sembari tersenyum tipis.
"Halo, nama saya—"










BRAAAKKKKKK
















"ANJING!"









"EH AYAM AYAM!"













"WA'ALAIKUMSALLAM KETUA!"















Sosok yang baru saja datang, si pelaku pembuka pintu dengan kasar itu hanya tersenyum geli. Tas yang hanya berisi satu buku dan satu pena ia tenteng di bahunya.

"Aduh, kamu ini ya. Udah telat, bikin rusuh lagi. Kancingin seragam kamu itu, masukin ke dalem celanamu. Itu kenapa sepatu kamu ada warnanya segala? Itu lagi rambutmu, Ya Allah. Kamu itu sekolah, bukannya mau jadi artis. Apa-apaan rambut warna pink begini?"

Sosok yang tengah di ceramahi itu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu tanpa disuruh ia duduk di bangkunya. Tepatnya paling belakang  di pojok kelas. Di sebelahnya Jongin yang menepuk tangannya dengan bangga.

"Byun Baekhyun, kamu dengar gak?!"

Sosok itu memutar bola matanya malas.
"Bapak gak liat saya punya dua kuping? Udah ah, saya mau lanjut tidur nih! Jangan ganggu yak!" Katanya dengan seenak jidatnya langsung menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya.

Sedangkan guru itu hanya bisa menggeleng pasrah, percuma juga ia mengingatkan pemuda itu. Peringatan hanya dianggapnya angin lalu. Sudah datang ke kelas saja, sudah bersyukur. Walaupun hanya dipakai untuk tidur.

"Ayo kamu lanjutin perkenalannya."

Sosok itu kembali mengangguk. Ia menghela napasnya sebelum melanjutkan perkenalan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Park Chanyeol. Saya pindahan dari luar kota."


































To Be Continued

Ada cerita baru lagi nih! Yang ini versi lokal.
Gimana menurut kalian? Aneh gak ya?

Trus juga saya gak nyiapin nama lokal buat mereka. Kira2 nyaman pakek nama asli, apa pakek nama lokal aja?

Settingnya mau di mana nih? Indo aja apa gimana?

Oh ya, buat yang nunggu Last Love sama The Transporter besok deh ya saya up!

Hari ini ada kerjaan, jadi gak bisa buat nulis.

FREE [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang