chapter 2 | meet again

4.7K 596 45
                                    

Perempuan itu menghela nafas berat, bukan main bukan sulap, bayi yang ia lempar tadi ternyata ia lempar ke rumah nya sendiri, apes sekali dirinya yang lupa arah rumahnya itu. Kan alhasil dirinya jadi bertemu kembali dengan bayi yang kini dalam keadaan sekarat.

Bukannya tak kasihan, tapi perempuan itu sudah malas dalam merawat anak dan hendak membunuh bayi itu saja, tangannya terlalu kotor untuk sebuah kertas putih mengakibatkan dirinya sedikit ragu untuk merawat atau menghabisi anak ini dengan tangannya sendiri.

Maka dari itu dirinya dengan lelah melempar kembali anak itu ke arah lain, semoga saja lemparannya bisa mengenai satu atap pemukiman warga yang ada di desa sekitar sana, anggap aja berkah.

Perempuan itu menghela nafas kasar dan menutup pintu nya lagi, memperbaiki atap rumah nya dan mulai kembali diam dan menjahit pakaian yang entah digunakan untuk siapa.

Segala macam jahitan ia buat dalam keadaan 3L (lemah letih lapar), sedikit kesal dengan bagian tubuh pemotong kayu tadi yang tak enak sama sekali untuk di lahap, mencari babi hutan sekarang pun rasanya ogah ogahan, karna jarak dari hutan ke rumahnya lagi lumayan jauh. Tapi bagaimana dengan nasib si bayi?

Jika jarak ke hutan aja jauh bagaimana jarak ke pemukiman? Ya jangan tanya dia, anggap aja bayi itu akan beruntung kalo memang benar jatuh ke atap rumah salah satu warga. Itupun kalo dia benar benar masih hidup.

Perempuan itu menghembuskan nafas sejenak dengan baju baru yang ia buat, sebuah pakaian untuk pria dewasa berwarna putih bersih, dengan tepian berwarna biru tua. Ah dia jadi agak malas menjahit sekarang, dia terlalu simple membuat pakaian yang bahkan tak memiliki pola motif yang menonjol, tapi karna sayang dengan bahan nya yang dia pakai, maka dirinya dengan segera menyimpan baju itu dan mulai kembali menjahit dalam diam.

Tiap helai rambutnya ia copot satu persatu untuk menjadi pengganti benang yang kokoh sekaligus pengganti Jarum yang tajam, tanpa sadar waktu bisa saja berlalu lagi, membuat 3 tahun ia terdiam di kursi dalam keadaan lemas.

".... Aku sudah ga makan, rambut ku tak botak, dan lagi, aku masih hidup?" Gumam perempuan itu lalu menghajar sebuah papan kayu yang terukir nama nya di sana.

Himuro Nanami.

Nama yang pernah ia pakai dan terpaksa ia pakai untuk saat ini, marga yang menyiksa nya bagai sebuah perangkap, kebebasan yang langsung terengut begitu saja.

Himuro berdesis sebal, perutnya sudah terlalu lama kelaparan hingga akhirnya ia memutuskan turun begitu saja ke hutan dan mulai memetik hasil alam yang ada di sana dengan gratis, berduduk duduk santai di hutan yang hangat bagai musim semi itu, sosok nya yang sedang duduk di dahan pohon tampak tak diperhatikan oleh banyak orang.

Anak kecil bersurai pinkish itu tampak fokus pada sang perempuan yang terlihat seperti pengemis itu, dirinya masa bodo dengan orang yang memanggil nya dan memutuskan mendekat pada sang hawa sampai akhirnya membuat perempuan itu kaget sendiri.

"Bocah jangan mengagetkan orang, sialan." Kata perempuan itu tanpa menyadari sang sosok yang ia sebut bocah memang tak bermaksud begitu.

My Girl [Ryomen Sukuna x OC] ✅ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang