Hari berlalu hingga hari terakhir, tampak lelaki itu sudah siap di kamarnya dengan pakaian putih bersih yang disiapkan Himuro sendiri. Tak menyesali seinchi pun perbuatannya dan hendak merasakan rasanya hidup sebelum akhirnya merasa tubuhnya terbelah belah dan kembali menjadi satu.
"Kau mati sebagai manusia. Hidup kembali sebagai kutukan. Lakukan sesuka mu di sini. Karna kebetulan aku perlu teman serumah." Ujar Himuro dengan pedang berlumuran darah.
"Heh." Hendak menyerang Himuro, lelaki itu terpental seketika ketika melihat perempuan itu berbalik badan dan hendak menginjaknya.
"Dengar bocah. Kau menjadi kutukan tapi kau tak sekuat diriku, Kalau mau menjadi kuat silahkan saja, Bunuh aku pada masa nya dengan keempat tangan mungil mu ini." Sekilas senyuman tampak terlihat kembali, perempuan itu mulai menghembuskan nafas nya sebelum mengecup kening lelaki yang baru saja menjadi kutukan itu.
"Bunuh aku suatu saat dengan keempat tangan mu ini, Ryomen sukuna."
"Lah empat? Bukan dua?"
"Iya ga sengaja ku tambahin tangan tadi."
"...."
.
.
.
Netra mata nya menatap kesal dengan keempat tangannya sekarang, bisa di gerakkan dengan natural mungkin sebuah kelebihan untuk nya, tapi dia jadi mirip sebuah laba laba sekarang.
Meski Himuro akhirnya mengizinkan dirinya untuk masuk dan keluar kamar nya dengan enteng, tetap saja kenapa bisa keliru dan memasang dua tangan baru?!
Sudah sehari berlalu dan dirinya melihat perawakan asli perempuan itu dengan mudah, dari yang awalnya dingin dan tegas malah menjadi sebuah perempuan malas yang bahkan melebihi sebuah Kukang.
Baik, sukuna ingin menyesali tindakannya yang tetap tinggal, dirinya mengira akan diasuh kembali oleh perempuan ini tapi yang dia dapat malah mengasuh perempuan ini.
"ARGAGAGGGHHHHHHHHH" teriakan kekesalan tampak membuat para gagak kabur secepat mungkin untuk mencari tempat yang lebih aman, bahkan Himuro yang sedang bersantai di kolam es dengan sangat tenang pun tertawa terbahak bahak ketika mendengar pekikkan jantan pria yang sudah menyesali pilihannya itu.
Cukup dengan image wanita dingin, waktunya melihat anak yang dia pungut ini tersiksa dalam batin karna perlu mengatasi dirinya yang lumayan susah di atur, kata orang.
Mulai dari rumah yang kian kotor, dan pakaian yang kalau kotor langsung di bakar. oh ku, Sukuna yang masih memiliki jiwa mandiri yang bangkit karna di lempar ke kuil saat masih unyu unyu ini mulai muncul dan bergetar melihat seluruh tingkah perempuan satu ini.
Kemalasannya terlalu gila untuk di katakan sebagai sebuah kemalasan yang normal. Dengan susah payah di bersihkan, maka perempuan satu ini akan kembali mengotori tempat itu dengan sangat mudah, hingga sebuah tali kesabaran kutukan baru (sukuna) ini langsung putus dan hendak mencekik Himuro andai saja perempuan itu tidak gercep dan segera menghindar sebelum di tangkap.
"sukuna kau terlalu lamban. Ayo sini sini. Ckckck pus pus."
Tersinggung? Tidak sukuna sabar, orang ganteng harus sabar meski muka nya jadi dua karna efek menjadi kutukan. Menghembuskan nafas pelan pria itu langsung melempar sapu yang ia pegang tadi ke arah Himuro, membuat perempuan itu refleks menghindar sambil memasang muka polos tak tau apa apa.
"Iiihhhh ngambek, cuit cuit ngambek pak? Ayolah Udin jangan ngambek, lagian kenapa pake cara tradisional nih cara cepet biar rumah bersih!" Ujar perempuan itu sambil menahan sukuna pergi dari tempatnya, menunjuk para mahkluk mahkluk kecil berbentuk aneh yang sedang membersihkan lantai hingga ke sela sela yang susah dijangkau.
Mata pria itu menatap Himuro sejenak sebelum menatap kembali ke arah kutukan mungil kelas terbawah itu.
"Harusnya kau bilang itu sejak awal sialan!" Umpat Sukudin-sukuna yang kesal sambil mengangkat Himuro untuk ia lempar ke tumpukkan salju di luar rumah."HEI! DASAR UDIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl [Ryomen Sukuna x OC] ✅ (Revisi)
De TodoKisah ibu dan si anak pungut. Keabadian bukan hal menyenangkan untuk setiap saat, ada kala waktu jenuh membuat sang mahkluk abadi merasa ingin mengakhiri hidup nya dan memilih pergi ke alam lain. Tapi bagaimana jika sosok sang anak pungut ini mena...