Chapter 6| Dukun

2.6K 447 43
                                    

Hari berlalu dengan lumayan cepat membuat sosok anak tiga tahun itu tetap santai dan bermain riang tanpa mengetahui mata yang menatap dirinya dengan kasihan.

Himuro bahkan tertawa terbahak bahak melihat pandangan itu, mereka menyiksa, mengabaikan, dan membiarkan bocah ini nyaris mati dan sekarang mereka iba karna di rawat sebuah mahkluk tak jelas?

Oh please.

Perempuan jelita ini tak sanggup menahan tawa nya sampai sebuah panah melayang dan nyaris membelah kepala nya menjadi dua bagian, netra nya menatap ke arah panah itu datang dan mulai mengkode agar anak yang terpaksa dia pungut itu masuk ke dalam kamarnya dan diam di sana dalam ketenangan.

Sontak anak kecil itu mengangguk dan mulai pergi meninggalkan Himuro berurusan dengan para dukun yang hendak menetralkan dirinya dengan embel embel untuk kebaikan manusia, sontak mendengus kesal, perempuan Surai coklat itu langsung menjentikkan jarinya saja untuk membuat para shaman atau lebih enak di sebut dukun itu mati dalam keadaan terpotong potong.

"Hei, boleh ku tahu kebaikan manusia itu seperti apa? Kau mau melenyapkan ku yang sudah bermutasi menjadi monster dengan beberapa shaman lemah yang di angkat menjadi shaman terkuat?" Tanya perempuan itu sambil mulai kembali menyusun potongan tubuh dukun tadi, membuat manusia itu te-regenerasi secara tak sengaja.

Dukun itu sedikit ketakutan, melihat potongan tubuh temannya dan melihat sosok yang sedikit menunjukkan bentuk aslinya, dari yang sebelumnya perempuan jelita yang sangat indah bagai musim gugur, berubah menjadi sebuah monster tak berbulu dengan tatapan hawa nafsu yang besar.

Himuro langsung menerkam manusia yang kembali hidup itu dan memainkan rambut putih khas dari dukun yang bahkan memiliki manik mata biru, sial sekali apa klan Gojo melemah ? Sosoknya pernah di buat terpuruk sebelumnya hanya karna seorang klan Gojo yang gagal.

Sekarang dia berhasil menghantam penyihir dari klan Gojo yang memiliki six eyes? Perempuan itu mendengus kesal, mata nya sontak memancarkan kebencian dan segera mencopot jantung penyihir berklan Gojo itu dalam diam, mata nya menatap sendu jantung itu dan mulai menguburnya dalam tumpukkan salju, masa bodo dengan salju putih yang mulai menampakkan warna merah darah, mata nya tetap memandang sendu ke arah tumpukkan mayat itu dan hendak muntah di tempat.

"Mama!" Satu panggilan kembali terdengar, menampakkan anak tiga tahun yang masih berdiri dalam diam di tumpukkan salju berwarna merah, anak itu menyeret tubuh yang terpotong potong itu ke sebuah tempat yang jauh dari rumah.

Lalu membopong perempuan monster ini kembali ke dalam dan merenung dalam kamarnya tuk beberapa waktu.

"Sukuna. Keluar dari sini."

"Hm? Ma...ma?"

"Keluar. Jangan kembali. Dan jangan tunjukkan muka mu itu di hadapan ku lagi."

Ujar Himuro sambil menyeret sukuna turun dari pegunungan penuh salju abadi itu, menyeret anak umur tiga tahun untuk pergi ke sebuah tempat lumayan mudah, bahkan tenaga ekstrim anak ini sudah dapat di atasi oleh Himuro dalam beberapa kali cobaan.

Dirinya memutari desa dan nyaris sampai ke sebuah kuil yang biasanya di hampiri para shaman, mengecup sejenak anak kecil itu

"Mama! Di mana ini?"

"Tempat kau harus belajar, Cara membunuh ku. Pakai nama baru, dan hidup saja kalo kau tak mau membunuh ku." Ujar Himuro sejenak membuat sebuah petir menyambar ke anak kecil berusia tiga tahun itu.

Pandangannya menunduk di saat Himuro mengangkatnya dan melemparnya ke kuil tanpa peduli nasib nya akan di apakan para shaman tersebut.

Satu hal yang di pikirkan anak kecil yang di beri nama sukuna itu.

'bunuh, atau tak di akui.'

"OH ASTAGA. ANAK KECIL INI BERDARAH!" Pekik seorang shaman sambil mulai mengangkat sukuna yang nyaris kehilangan kesadaran karna kehabisan banyak darah.

Sementara di sisi lain, perempuan berkimono hitam itu menghembuskan nafasnya dalam diam, nyaris dia kebablasan membantu anak itu lagi.

'aku cuma memberi tahu nya cara membaca, berbicara dan menulis. Dia sudah paham dan aku tak perlu merawatnya. anak cuma beban.' batinnya meyakinkan diri sendiri dan segera kabur sebelum ada shaman yang menyadari keberadaannya, sesampainya di tumpukkan salju kembali dirinya langsung tertawa senang penuh kebebasan dan mulai bersenandung ria kedalam kamarnya.

"Aku... akan mati pasti." Gumam nya di iringi senandung yang dia buat sendiri.

My Girl [Ryomen Sukuna x OC] ✅ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang