3

2.8K 293 58
                                    

Ivana juga tak memahami dirinya sendiri. Bahkan ketika rasanya ia ingin berdiam diri dan menangisi segalanya, justru timbul suatu dorongan yang luar biasa dahsyat dalam dirinya. Entah mengapa, Ivana lebih ingin memberontak dan sedikit berjuang. Tidak, ia tidak pernah memikirkan untuk kembali memiliki Naratama dengan utuh ataupun menjauhkan Naratama dari simpanannya. Baginya yang saat ini sudah terjadi, bukan lagi kewenangannya untuk mengubah hal tersebut. Dorongan itu yang membuat Ivana berdiri pada titik yang sekarang, berani melawan dan menyuarakan isi hatinya. Meski pernikahannya sudah berada pada titik yang hancur lebur, tetapi dirinya tidak boleh turut dipandang hancur, oleh siapapun.

Semesta ini selalu menyimpan tabir rahasia dengan begitu ciamik, maka Ivana memilih untuk berdamai dengan itu semua. Tidak hanya mencoba bersahabat dengan rasa sakit dan kecewa, ia juga belajar untuk dapat dengan fasih menertawakan kehidupannya. Sebab yang ia yakini adalah, ketika sudah mampu menertawakan takdir-takdir yang terkadang membuatnya terkesiap, di sana sudah tercipta lembah penerimaan tempatnya untuk bermuara. Sekalipun takdir itu membentuk belenggu kesengsaraan, kemalangan, ia tetap mampu tegap menghadapinya. Barangkali tidak apa jika tumbang di awal, tetapi tidak akan ia biarkan takdir sedih yang sialan itu memperoloknya karena tak mampu bangkit.

"Naratama meminta kepada saya untuk tidak berpisah, kamu tahu?"

Rhea yang nampak sudah sedikit luwes menghadapi Ivana itu hanya tersenyum. Dengan ekor matanya, ia melirik laki-laki yang duduk di sebelahnya. Bahkan ketika dirinya dan Ivana sudah terlibat banyak obrolan dan semakin tenggelam dalam sebuah perdebatan yang beralaskan perjuangan hati kedua wanita itu, laki-laki di sebelahnya ini belum juga berbicara.

"Tahu! Sudah saya katakan, Mbak Ivana, meskipun saya ini hanya istri simpanannya, saya tidak akan menyerah dengan cinta kami. Dia mencintai saya, memperlakukan saya dengan sebaik-baiknya, dan saya juga mencintainya, rasanya cukup untuk dijadikan pijakan dari hubungan kami berdua," tutur Rhea.

Larashea Risman, tidak pernah main-main dengan perkataannya. Sekali ia memutuskan untuk meneruskan sebuah hubungan, maka prinsip itu akan selalu ada dalam genggamannya. Naratama tidak hanya menjanjikan cinta, tetapi benar-benar merealisasikannya. Kebahagiaan begitu erat memeluk pernikahannya dengan Naratama dan ia yakini bahwa kebahagiaan itu ialah kebahagiaan yang berumur panjang. Rhea hanya ingin memperjuangkan hak bahagianya, tidak lebih.

"Dia juga pernah sebegitu mencintai saya, Rhe. Namun, bisa kamu lihat sendiri akhirnya. Saya hanya sedang berbaik hati, mengingatkan kamu bahwa laki-laki yang pernah berselingkuh, besar kemungkinannya akan kembali  berselingkuh," tandas Ivana. Meski perkataannya ini dimaksudkan untuk menanggapi omongan Rhea sebelumnya, tetapi matanya justru tajam menatap Naratama. Seolah ia ingin mempertegas bahwa ia memang tengah memperolok Naratama.

Naratama tertawa mendengarkan omongan istrinya itu. Barangkali saat ini ia merasa sangat marah dan menganggap Ivana begitu mudah menghakiminya. Seenaknya saja perempuan itu memberikan berbagai label negatif dalam dirinya sendiri. Meski katakanlah Ivana adalah pihak yang tersakiti, tetap saja ia tak berhak untuk menghinanya. "Van, jangan memperunyam keadaan!" hardik Naratama.

"Meski kejadian ini terulang, saya tidak akan menempuh jalan seperti Mbak Ivana. Saya akan memperjuangkan cinta saya, pernikahan saya, bukan justru melepaskan dan merelakan suami saya pergi dengan simpanannya," jelas Rhea.

Ivana tersenyum, bukan dengan senyuman yang penuh dengan sarkastik, tetapi senyuman yang memang biasa ia perlihatkan kepada orang lain. Senyum khas miliknya seorang.

"Saya juga sempat berpikir demikian, Rhe. Makanya saya tidak langsung membeberkan kepada Tama bahwa saya memiliki bukti perselingkuhannya. Tapi saya disadarkan, bahwa diri saya nyatanya terlalu berharga, untuk terus bersanding dengan seorang pengkhianat. Saya melepaskan pernikahan saya untuk meninggikan martabat saya, menyelamatkan diri saya sendiri, dan sebagai bukti bahwa saya bukan perempuan yang dengan mudahnya dimadu," jawabnya.

Berlabuh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang