4

2.9K 304 49
                                    


Halo! Sebelumnya, aku mau minta maaf karena telat upload chapter selanjutnya.
Selamat membaca kelanjutan cerita Ivana, Naratama dan Rhea! ❤️❤️

•••••

Celotehan Liam dan Shaka bahkan tak mampu menghilangkan kesan dingin yang menusuk di dalam mobil ini. Ivana dan Naratama hanya diam, meski dalam pikiran dan juga hati mereka tak merasakan keheningan yang sama. Tadi, Ivana dan Naratama harus datang ke sekolah Liam untuk mengambil rapor sekaligus mendaftarkan Shaka ke sekolah. Lagi dan lagi, keduanya memainkan peran sebagai suami istri yang harmonis di depan guru Liam dan Shaka. Ivana lega sekali karena dapat menjalankan tugasnya dengan sangat baik, semua ini adalah untuk kebaikan kedua anaknya.

"Mas Liam dan De Shaka, sehabis ini Bunda sama Papa mau ke rumahnya Oma. Mas sama Dede di rumah ya sama Suster? Mas sama Dede juga ada janji berenang sama teman-teman, ya? Boleh 'kan Bunda sama Papa pergi sebentar?" seloroh Ivana. Tangan perempuan itu terulur, membersihkan bibir Shaka yang sedikit kotor lantaran tengah menyantap makanan.

Naratama masih merasakan keanehan ketika mendengarkan Ivana berbicara dengan kedua putranya. Mau tidak mau, Naratama seperti harus mengakui bahwa Ivana adalah Bunda terbaik untuk Liam dan Shaka. Suara lembut dan tatapan keibuan itu tak pernah lenyap dari sosok Ivana kala berhadapan dengan kedua putranya. Semalaman Naratama berpikir, apakah selain menjadi Ibu yang baik, Ivana juga sejatinya adalah seorang istri yang baik? Hanya saja, dirinya yang tak lagi mau mengakui itu semenjak bertemu dengan Rhea.

Ivana adalah sosok istri yang suportif, ia senang berdiskusi, mudah memahami dan mengerti, tak mudah menghakimi, memiliki selera humor yang sangat baik, dan yang terpenting begitu sabar dan penyayang. Semakin Naratama memikirkannya, semakin sulit ia menolak kenyataan itu. Saat bersama Rhea, ia berpikir bahwa Ivana tak sebanding dengan Rhea. Namun, kenyataannya adalah melalui segala kurang dan lebihnya Ivana, perempuan itu berhasil melengkapi dirinya. Ya, bersama Ivana, Naratama tak pernah merasa tidak lengkap, tidak utuh, yang ada justru sebaliknya, Ivana menjadikannya kuat tanpa mengubah dirinya sendiri.

Hari ini seperti yang sudah keduanya sepakati, mereka akan membicarakan perceraian mereka kepada kedua belah pihak keluarga. Besok, Ivana akan mendaftarkan gugatannya ke Pengadilan Agama. Semalaman Naratama memikirkan hal itu, bahkan ia juga mengabaikan panggilan dari siapapun, termasuk Rhea. Yang ada dalam pikirannya hanya Ivana dan pernikahannya. Tidak, ia tidak tengah mengasihani anak-anaknya. Justru, Naratama mengasihani dirinya sendiri dan juga mengasihani cintanya. Ya, cintanya. Laki-laki itu bahkan meneteskan air mata untuk perempuan yang semalaman suntuk selalu ia pandangi fotonya.

Ia merasa seperti pecundang. Kemarin, dirinya berkali-kali merendahkan Ivana di depan Rhea, tetapi malam ini, ia justru sangat kacau memikirkan nasib cintanya terhadap sahabat SMA-nya itu. Terlambat, kah? Yang jelas, Naratama tetap tak menyalahkan rasa cintanya untuk perempuan lain—Rhea.

"Bunda sama Papa pergi dulu, ya. Bunda sudah siapkan banyak banget makanan buat temannya Mas dan Dede. Dadah, sayang," ujar Ivana seraya melambaikan tangannya bersiap hendak kembali memasuki mobil. Shaka dan Liam turut melambaikan tangannya, mereka sudah tidak sabar untuk menunggu kedatangan teman-teman mereka.

"Tumben ya, Bi, Bunda mau ke rumah Oma tapi nggak ajak-ajak Mas," seloroh Liam kepada Bi Nikmah seraya menatap kendaraan orang tuanya yang kini sudah keluar dari rumah mereka. Bi Nikmah sempat tertegun sejenak, lalu menatap Suster Nisya yang juga menatapnya, ia lalu tersenyum seraya mengusap rambut Liam. "Ayo kita masuk, Mas. Itu De Shaka sama Suster Lia sudah masuk duluan," Suster Nisya mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Ivana sudah memperingati semua orang yang membantunya di rumah ini untuk tidak membahas perceraiannya dengan Naratama di depan anak-anaknya. Sebagai seorang Ibu, Ivana tak ingin jika perpisahannya ini akan menimbulkan trauma khusus dalam diri anak-anaknya.

Berlabuh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang