4. Janji Temu

2.6K 384 40
                                    

Naina mengetuk meja dengan jari bergantian untuk membuang jenuh karena menanti hujan masih tak kunjung reda. Hujan mengguyur kota Jakarta sejak pagi, membuat aktivitas terganggu. Seperti saat ini, Naina terjebak di restoran dekat kantor karena hujan. Suasana hati Naina pun tak seperti biasanya. Ada bekas kejadian kemarin menghantui pikirannya. Kejadian yang masih belum hilang dalam pikirannya adalah saat bertemu dengan Adit. Ada rasa kesal, senang, sekaligus bersyukur.

"Mau bareng?"

Perhatian Naina teralih ketika mendengar suara Ian di sampingnya. Ian terlihat memegang payung, menawari tumpangan untuknya. Naina tersenyum, lalu segera menggelengkan kepala.

Ian menatap jam tangannya. "Lima menit lagi jam istirahat selesai. Kamu yakin mau tetap di sini?" tanyanya memastikan.

Naina menatap ke luar kaca. Hujan masih terlihat cukup deras. Ia menimbang untuk merima tawaran Ian dan tidak. Jika tidak, maka dia akan semakin terjebak. Jika iya, maka siap-siap menjadi bahan gosip. Galau. Entah dari mana Ian mendapat payung itu. Naina beranjak dari kursinya. Itu keputusan yang diambil, menerima tawaran Ian. Ian menyilakan Naina untuk jalan lebih dulu. Senyum kemenangan tercetak di raut laki-laki bertubuh kekar itu.Naina melangkah menuju pintu keluar diikuti Ian. Ian berdiri di samping Naina, lalu membuka payung, dan memulai langkah bersama Naina. Mau tak mau Naina harus ikut bersama Ian agar tidak terlambat masuk kantor. Terpaksa.

"Rapatkan tubuhmu, Nai." Ian mengingatkan ketika bahu Naina terkena air hujan.

Tak ada balasan. Naina tetap menjaga jarak dari Ian. Satu payung dengan Ian membuatnya risih. Risih menjadi pusat perhatian karyawan kantor. Ia terpaksa menerima karena kondisi tak mendukung. Ian menyentuh bahu Naina, lalu menarik pelan agar Naina merapat ke tubuhnya. Naina sontak menggerakkan bahunya agar tangan Ian terlepas. Ian melepas tangannya dari bahu Naina. Pemandangan yang tak biasa. Akan terlihat romantis jika yang berada dalam satu payung itu pasangan kekasih.

"Terima kasih," ucap Naina ketika tiba di lobi kantor. Ia bergegas masuk ke dalam sebelum mendapat balasan dari Ian.

Rasa khawatir menghantui Naina. Khawatir jika akan menjadi bahan gosip karyawan kantor yang melihat kejadian itu. Itu kejadian langka. Pertama kali menerima tawaran bantuan dari Ian selain pekerjaan kantor. Naina masuk ke dalam ruangannya. Ia menghempaskan tubuh pada kursi kerja, mengembuskan napas sejenak, lalu sibuk dengan pekerjaan yang sempat tertunda karena jam istirahat.

Perhatian Naina teralih ketika mendapat notifikasi pesan masuk. Diraihnya benda pipih itu karena hampir dua jam tak disentuh. Dua pesan masuk dari orang berbeda.

From: Aditya
Sudah makan siang?

Naina mengetik pesan balasan untuk Adit.

To: Aditya
Sudah, baru saja.

Setelah membalas pesan Adit, Naina beralih pada pesan lain. Dari nomor yang tak ia kenal.

From: 0812xxxxxxxx
Saya ingin bertemu denganmu nanti sore.
Apa kamu bisa?
Tadi aku ke kantormu, tapi kamu tidak ada.

Ia menatap bingung pesan itu. Ke kantor ini? Siapa? tanya Naina dalam hati.

To: 0812xxxxxxxx
Maaf, ini siapa?

Naina meletakkan ponselnya ketika mendapati seseorang menghampiri meja kerjanya. Salah satu rekan kerjanya mengirim dokumen agar dikerjakan.

"Besok harus sudah jadi," katanya pada Naina.

Naina mengangguk sambil menerima dokumen itu. Pandangan kembali dialihkan pada ponsel setelah kepergian orang itu. Balasan pesan kembali masuk pada ponsel Naina dari orang yang tidak ia kenali.

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang