11. Fighting

1.7K 332 37
                                    

Harap Tap bintang dulu sebelum baca.
Tak sarankan tahan emosi, ya.
Jangan tahan kentut, bahaya. Hahaha
Terima kasih.

♡♡♡

"Welcome to new day. Keep spirit!"

Sudah beberapa hari Naina bekerja di kantor itu, dan selalu ada semangat baru setiap hari untuk menjalani pekerjaan barunya. Memang tak mudah baginya karena ia merasa cukup dengan posisi jabatannya ditambah belum ada pengalaman dalam bidang itu. Tapi Naina yakin dan sanggup menjalani karena Frida menuntunnya. Bukan hanya Frida saja, tapi staf dan karyawan lain pun ikut membantunya.

Perhatian Naina teralih ketika seseorang berdiri di depan mejanya. Ia menatap sosok yang ada di depannya. "Pak Juna." Naina beranjak dari kursinya.

"Apa Mama ada di dalam?" tanyanya.

"Ada. Tapi ada Pak Firman di dalam sedang diskusi dengan Ibu." Naina menyampaikan.

Juna mengangguk, lalu beranjak menuju kursi tunggu yang ada di sisi pintu ruangan Frida. Naina meraih gagang telepon untuk menghubungi atasannya.

"Iya, Nai," sapa Frida.

"Bu, ada Mas Juna mau bertemu sama Ibu." Naina menyampaikan.

"Iya," balas Frida singkat.

Sambungan telepon mati. Naina menatap gagang telepon di tangannya, lalu bergegas meletakkan benda itu ke tempatnya. Tak biasanya Juna datang ke kantor di jam kerja seperti ini. Seperti ada hal penting yang terjadi antara Frida dan Juna.

Pintu ruangan Frida terbuka. Sosok Firman keluar dari sana. Juna beranjak dari tempat duduknya.

"Pak Juna," sapa Firman pada Juna.

Juna hanya mengangguk sambil tersenyum memaksa. Ia bergegas masuk ke dalam ruangan sang mama untuk mengutarakan maksudnya datang ke kantor itu.

Telepon di atas meja kerja Naina kembali berdering. Naina bergegas meraih gagang telepon itu karena bersumber dari atasannya.

"Bawa semua berkas yang ada di mejamu sekarang ke ruangan saya." Frida menginstruksi.

"Tapi masih ada yang belum saya koreksi, Bu." Naina menyampaikan.

"Bawa saja Nai."

Sambungan telepon terputus. Naina bergegas meraih tumpukan map di atas meja kerjanya, lalu membawa ke ruangan Frida. Suasana di ruangan itu tak seperti biasanya. Raut Frida pun menambah ketegangan karena tak ada ekspresi ramah seperti biasanya. Naina meletakkan tumpukan map di atas meja kerja Frida.

"Terima kasih, Nai," ucap Frida pada Naina.

Naina mengangguk, bergegas meninggalkan ruangan itu. Ia bernapas lega karena atasannya itu masih menunjukkan sifat ramahnya. Sudah beberapa hari ekspresi Frida tak seperti sebelumnya saat dia diterima di kantor itu. Tak mau beradumsi jauh, Naina kembali fokus pada tugasnya.

Konsentrasi Naina teralih ketika ponselnya yang tergeletak di atas meja mendapat notifikasi pesan masuk. Naina meraih benda pipih itu. Pesan dari Ian terlihat di layar utama. Fokusnya dialihkan pada jam di pojok layar ponselnya. Sudah hampir masuk jam makan siang. Naina membuka pesan dari Ian.

From: Pak Ian
Mau makan siang bareng nggak?
Kalau mau, aku langsung ke sana.

Naina berpikir sejenak. Kalau aku terima, aku takut Tante Frida ajak makan siang bareng.

To: Pak Ian
Kayaknya nggak bisa. Takut atasan ngajak makan siang bareng.

From: Pak Ian
Cowok?

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang